Menanti Jawaban-Nya

Waktu saya tinggal di luar, saya sering malas-malasan ke gereja karena saya agak kurang mengerti dan saya hampir tiap malam minggu kerja dari malam sampai pagi. Walau saya tidak banyak ke gareja, tapi saya tetap sering berdoa kepada Tuhan. Ketika saya balik dari luar, saya coba usaha dengan jual beli mobil. Waktu itu sangat lancar dan saya mendapat seorang wanita yang saya kira akan bisa menjadi istri. Di sini saya tiap minggu ke gereja dan memuji Dia. Saya tidak pernah bolos. Tetapi dalam persembahan persepuluhan, saya tidak pernah ingin memberi karena saya pikir toh sama aja kalau saya membantu orang susah yang ada di depan mata saya. Waktu itu hampir berjalan 1 tahun, saya merasakan bahagia. Apapun saya punya dan bisa menanggung hidup orang tua dan saya merasa begitu dekat degan Tuhan. Tapi sesudah 1 tahun, saya merasakan kehancuran demi kehancuran. Mantan calon istri saya selingkuh. Tanpa saya sadari itu adalah awal kejatuhan dan percobaan yang saya akan jalanin. Saya stres berat, ditipu orang, buka usaha lain malah hancur.

Setelah semua itu terjadi, saya merasa marah kepada Tuhan. Kenapa saya selama ini pergi ke gereja dan menyembah-Mu, tapi saya di hancurkan begini? Tiap hari saya bergumul dengan Tuhan. Saya malu dengan orang tua dan kasihan melihat mereka harus bikin kue lagi tiap hari untuk membiayai hidup mereka. apalagi mereka sudah umur 74 tahun. Tiap malam, saya bergumul dengan Tuhan. Hati saya mulai marah sekali sama Tuhan tapi saya tetap percaya. Saya pindah dari rumah karena tidak kuasa menahan kesedihan, melihat mereka membuat kue untuk hidup. Saya kos di daerah Jakarta Pusat. Di sana saya bertemu dengan teman-teman sebaya saya. Mereka ada yang sudah menikah dan bekerja. Di sana juga saya mulai suka pergi malam ke diskotik dan memakai obat-abatanan. 6 bulan pertama, saya masih bergumul dengan Tuhan. Kenapa semua ini harus terjadi? Kapan saya akan menjadi baik lagi degan keuangan karena uang saya sudah menipis dan saya tidak tahu harus usaha apalagi. 6 bulan aku tidak mendapat apa-apa dari Tuhan dan saya merasakan Tuhan menjauh dari saya.

Dengan putus asa, saya mulai pergi ke diskotik dengan teman-teman kos. Walau saya ke diskotik tapi tiap hari minggu saya pergi ke gereja. Saya dengan marah menantang Dia dan meminta agar semua keadaan ekonomiku membaik dan baru saya akan tidak pergi ke diskotik lagi. Tetapi saya tetap tidak merasakan apa-apa. Saya pergi ke diskotik tiap hari dan karena sudah parah, saya bisa menekan obat 8 butir tanpa saya merasakan apa-apa. Hari minggu, tetap saya pergi ke gereja dan bergumul dengan Tuhan. Waktu itu saya tidak pernah percaya dengan bahasa roh. Sampai akhirnya saya buka toko variasi dan sound system dengn modal pas-pas-an dengan teman (yang dulu pernah buka juga). Saya masih suka pergi ke diskotik waktu itu. Teman sering memberitahu saya agar berhenti.

Sampai kira-kira bulan Januari 2009, hari sabtu (lupa tanggal) saya berjanji akan berhenti diskotik. Tapi minggunya pulang gereja saya tetap mau pergi untuk terakhir kalinya. Pas minggu itu ada perjamuan kudus. Gembala sidang yang memimpin doa kita. Pada waktu itu juga gembala sidang mengatakan kita harus bisa berdoa roh karena mungkin doa biasa kita sudah tidak ada kata-kata lain lagi. Dengan bahasa Roh, itu artinya apa yang ada di dalam hati kita, kita keluarkan kepada Tuhan. Tanpa sadar, saya tiba-tiba bisa berdoa dalam bahasa Roh. Sesudah kebaktian, saya tetap bilang mau pergi ke diskotik karena sudah janji dan saya pikir doa dalam bahasa Roh tadi hanya kebetulan dan waktu itu saya juga mulai pulang ke rumah dan tinggal dengan orang tua. Tapi minggu ke-2 sampai hari ini Puji Tuhan saya dapat berdoa dengan bahasa Roh. Tapi sampai hari ini juga dengan kondisi yang benar-benar (duniawi) sekarat, Tuhan masih belum memberikan saya mujizat atau jawaban. Saya tiap hari menangis dan merindukan kuasa dan belas kasihan dari Tuhan apalagi setiap kali melihat mama membuat kue. Saya masih bingung kenapa Tuhan masih tidak mau menjawab doa saya?

Sudah 7 bulan saya menyerahkan semua, tapi Tuhan seperti tidak mau mejawab doaku apalagi keuanganku sudah benar tidak ada lagi. Rasanya ingin tutup mata selamanya tapi karena saya masih sayang dengan orang tuaku -- spesial mama, aku mencoba bertahan. Kapan semua cobaan ini akan berlalu? kapan Tuhan akan menjawab doaku?

The Mistery Unswered Prayer

"The Mistery Unswered Prayer" mungkin merupakan kalimat yang pas untuk menggambarkan apa yang sedang Anda alami saat ini.

Komentar