Natal dan Trend Perubahan Zaman (YOHANES 1:1-13)

Setiap manusia pada dasarnya menghendaki adanya perubahan. Orang yang tidak menyukai adanya perubahan adalah orang yang tidak memahami dinamika suatu kehidupan yang sesungguhnya. Firman Tuhan menyatakan bahwa jauh sebelum orang berbicara tentang perubahan, Allah telah mengadakan perubahan. Allah adalah Ahlinya perubahan. Dia adalah Arsiteknya perubahan. Perubahan yang dari Allah itu sifatnya pasti dan sempurna. Allah dari zaman ke zaman terus-menerus menyuarakan/menawarkan tentang perubahan kepada manusia. Inti dari suatu pemberitaan Injil adalah pembaruan dan pemulihan terhadap hidup manusia. Janji perubahan yang ditawarkan oleh Allah bukan hanya sekadar teori, melainkan sudah terbukti. Sejarah mencatat ada begitu banyak orang yang telah menyambutnya, akhirnya mengalaminya. Isu perubahan yang ditawarkan Allah bukanlah isu murahan, melainkan suatu berita yang amat sangat menggiurkan dan nilainya kekal. Ketika Injil diberitakan dan disambut, maka pastilah akan mendatangkan perubahan, tidak saja secara rohani tetapi juga segi-segi yang lain. Natal yang benar haruslah membawa misi perubahan. Natal yang tidak membawa misi perubahan pada hakikatnya bukanlah Natal, melainkan hanyalah suatu perayaan belaka dan tidak lebih dari itu.

Bertolak dari ayat di atas, ada empat segi kebenaran yang akan kita renungkan terkait dengan Natal yang membawa perubahan hidup manusia.

  1. Kemungkinan untuk mengalami perubahan status dari orang berdosa menjadi anak Allah (ayat 12).

  2. Perhatikan kata "tetapi". Kata "tetapi" ini membuka pelbagai kemungkinan, artinya walaupun ada orang yang menolak untuk percaya, tetapi ada juga yang mau menerima. Kendatipun ada orang yang tidak mau percaya, tetapi terbuka kemungkinan ada orang yang mau percaya. Sekalipun banyak orang yang menolak, tetapi banyak juga orang yang membuka hati dan menyambut-Nya. Allah dalam hal ini memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih dan menentukan pilihannya, mau percaya atau menolak. Firman Tuhan mengatakan bahwa menerima Tuhan Yesus berarti selamat dan menolak-Nya berarti binasa. "Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya tetapi dunia tidak mengenal- Nya." (ayat 11)

    Pada suatu hari, Ratu Elisabeth berjalan-jalan di suatu daerah, tiba- tiba hujan turun rintik-rintik. Ia pun mampir di salah satu rumah penduduk dengan maksud untuk meminjam payung. Lalu, dia mengetuk pintu, maka keluarlah seorang janda. Dia tidak kenal orang itu. Ia memunyai dua payung: payung yang pertama masih bagus dan payung yang kedua sudah rusak/jelek, sudah bolong-bolong. Setelah ditimbang- timbang, akhirnya dia pun memberikan payung yang sudah rusak itu dengan pesan, "besok harus dikembalikan ya?" Keesokan harinya pengawal istana mengembalikan payung tersebut. Janda ini bertanya kepada pengawal istana itu: "Siapa kau ini? Siapa yang kemarin datang meminjam payung ini?" Pengawal istana berkata, "Oh... sayang sekali Ibu tidak tahu. Dia adalah Ratu Elisabeth, orang nomor satu di negeri ini." Mendengar hal itu, ibu ini langsung pingsan. Setelah sadar, dia balik bertanya, "Kapan dia kembali lagi?" "Ya, nggak tahu," kata pengawal istana itu. Kini tinggal penyesalan. Dia menyesal dan meratapi nasibnya, tetapi sudah terlambat. Inilah gambaran orang yang terlambat percaya Tuhan Yesus. Inilah gambaran orang yang suka menunda-nunda waktu untuk bertobat dan datang pada Tuhan secara serius. Pastikan bahwa Anda sudah siap dan didapati tetap setia kepada-Nya.

  3. Siapakah yang berhak untuk menjadi anak Allah itu? (ayat 12).

  4. Perhatikan kalimat, "semua orang". Artinya, tanpa terkecuali. Sebagaimana matahari dan hujan diberikan sama kepada semua orang, demikian halnya dengan keselamatan. Allah menawarkan keselamatan itu kepada semua orang tanpa terkecuali. Natal bukan hanya untuk orang Kristen saja, melainkan juga untuk semua orang. Artinya, peluang dan kesempatan untuk menjadi anak Allah itu terbuka untuk semua orang.

  5. Bagaimana caranya agar kita dapat menjadi anak Allah?

  6. Dalam konsep Rasul Yohanes, ada dua cara orang dapat menjadi anak Allah, yaitu melalui percaya (Yohanes 3:16) dan melalui menerima Tuhan Yesus secara pribadi (Yohanes 1:12). Kedua kata kerja ini memberikan pengertian bahwa tidak cukup hanya percaya, tetapi juga harus menerima Dia secara pribadi. Tidak cukup hanya dibaptis karena baptisan tidak menyelamatkan. Masalahnya adalah sudah menerima Tuhan Yesus atau belum. Firman Tuhan berkata, "Terang yang sesungguhnya itu sudah datang dan akan datang...", artinya, Sang Pembawa Keselamatan itu sudah ada, sudah datang. Keselamatan itu sudah Ia kerjakan, sudah Ia sediakan, bahkan sudah Ia tawarkan. Tinggal kita mau terima atau tidak (Efesus 2:8-9). Konsep keselamatan semacam ini berbeda dengan konsep keselamatan dalam agama atau kepercayaan lain di dunia ini.

  7. Apa akibatnya setelah seseorang menjadi anak Allah?

    1. Status hidupnya diubah/dipulihkan oleh Allah. Ketika seseorang menjadi milik Allah, maka bukan hanya statusnya yang diubah oleh Tuhan, melainkan paradigma/gaya hidupnya juga berubah dan diubah oleh Tuhan. Tadinya budak dosa, sekarang menjadi milik Allah. Kalau dulu hidup untuk diri sendiri, sekarang hidup bagi Allah. Pemahaman ini hendaknya membawa kita semakin giat untuk memberitakan Injil, agar semakin banyak orang yang hidupnya diubah dan dipulihkan oleh Allah.

    2. Memiliki kuasa (exosia), otoritas, dan kewibawaan Allah. Firman Tuhan menyatakan bahwa segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Ku dan kuasa itu juga diberikan-Nya kepada orang percaya yang telah menjadi anak-anak Allah. Kalau orang percaya tidak memiliki kuasa Allah ini, maka terbuka peluang/kesempatan bahwa orang itu akan terjebak dan dijebak oleh kuasa dan kekuatan lain. Orang yang punya jabatan/kedudukan, punya harta/kekayaan mudah sekali terjebak pada dosa tidak percaya pada kuasa Tuhan. Kalau kita menjadi Anak Allah dan berpegang pada kekuatan-Nya, maka akan ada sesuatu yang dahsyat terjadi dalam hidup kita.

Memasuki Natal tahun ini, mari kita merenungkan dua hal, yaitu:

  1. Natal haruslah membawa misi perubahan dan pembaruan dalam hidup kita.

  2. Natal tidak akan berarti apa-apa, tanpa membawa misi perubahan dan pembaruan. Natal yang tidak membawa misi perubahan bukanlah Natal yang sesungguhnya, melainkan hanya suatu pesta/perayaan. Natal yang sesungguhnya haruslah menyentuh segi-segi dalam hidup kita, dan membuat kita sampai pada suatu keputusan yang suci untuk berubah dan diubah oleh Tuhan. Oleh karena itu, jadikanlah momentum Natal tahun ini untuk bertobat dan datang pada Tuhan. Tanggalkan gaya hidup yang sia-sia, tinggalkanlah kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini mengikat dan membelenggu Anda. Buanglah segala kemunafikan, singkirkan segala jenis kepalsuan dalam hidup, dan berhentilah bermain sandiwara dengan Tuhan dan sesama. Jangan biarkan hidup Anda ditipu dan dipermainkan oleh bujuk rayu dunia ini, yang kelihatannya menjanjikan/menggiurkan, tetapi ujung-ujungnya justru menghancurkan seluruh hidup, keluarga, dan masa depan Anda.

  3. Natal bukan hanya sekadar peringatan kelahiran Tuhan Yesus

  4. Lebih daripada itu, Natal harus membawa makna pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua. Thomas Scatt, seorang politikus Inggris kenamaan, pernah berujar saat detik-detik terakhir dia akan mengembuskan napasnya, "Saya tidak pernah percaya kalau surga dan neraka itu ada, tetapi sekarang saya baru percaya kalau keduanya ada." Namun sayang sudah terlambat, sesudah itu dia mati. Rupanya semasa hidupnya, dia tidak menyiapkan diri untuk memasuki dunia akhirat. Dia terbuai dengan segala keindahan dunia ini. Akibatnya, dia binasa karena tidak percaya dan menunda-nunda untuk percaya dan bertobat. Kita tidak tahu apakah Natal ini merupakan Natal terakhir bagi kita. Mengapa? Karena hari esok tak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi dengan hidup ini. Oleh karena itu, ambillah keputusan hari ini untuk Anda serius hidup dengan Allah dan bagi Allah. Jangan sampai terlambat, jangan sampai Anda didapati tidak siap, akhirnya menyesal dan menyesal, mati dalam kebinasaan yang kekal.

Diambil dari:

Judul buletin : Apostolos, Edisi Khusus (November/Desember 2008 - Januari 2009)
Penulis : Pdt. Mairil Asman
Penerbi : Departemen Evangelisasi dan Misi Persekutuan Pelayanan Injil Indonesia, Batu
Halaman : 1 -- 3

Komentar