Para Pendoa Syafaat 1

Uilfredo Pareto, ekonom Italia, mendapatkan suatu penemuan yang mengherankan sehubungan dengan kecenderungan pada abad ini. Ia mendapatkan bahwa apa pun sistem perpajakan yang dipakai oleh suatu negara, sekitar 20 persen orang memegang kendali atas 80 persen uang yang beredar. Kemudian, "Prinsip Pareto" ini pun dicoba diterapkan dalam berbagai hal, contohnya:

  1. 20 persen penjual asuransi, menjual 80 persen asuransi.
  2. 20 persen isi sebuah buku, memberi Anda 80 persen pengertian yang relevan.
  3. 20 persen nelayan, menangkap 80 persen ikan.
  4. 20 persen anggota gereja, memberikan 80 persen anggaran belanja.
  5. 20 persen politisi, mendapatkan 80 persen suara.

Memang, perbandingan 20-80 ini tidak persis benar, namun prinsip utamanya dapat kita pegang. Hal ini membantu kita untuk memahami "hukum, bahwa yang sedikit itu penting dan yang banyak itu tidak penting."

Yang Sedikit Itu Penting

Hukum 20-80 ini dapat diterapkan pula pada para pendoa syafaat di suatu gereja lokal. Namun, penelitian saya menunjukkan bahwa biasanya pendoa syafaat yang sedikit itu, hanya 5 persen, bukan 20 persen. Dengan kata lain, 5 persen anggota gereja, memberikan 80 persen doa syafaat yang berarti. Saya sesungguhnya sadar bahwa pernyataan seperti ini akan menjengkelkan, karena beberapa alasan. Beberapa orang akan mengatakan bahwa hal itu tentunya tidak benar, dan bahwa seharusnya lebih banyak jumlah orang Kristen yang benar-benar berdoa. Saya setuju dengan semua alasan tadi. Namun demikian, hal itu dapat disanggah, sebab sedikit saja anggota gereja yang mengenal dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai pendoa yang menonjol.

Waymon Rodgers -- gembala sidang sebuah jemaat besar di Kentucky, bercerita tentang seorang laki-laki di gerejanya yang datang dan berkata padanya, "Saya ingin meminjam kunci gereja. Saya ingin berdoa di gereja." Ketika Rodgers memberitahukan bahwa gereja setiap hari dibuka pukul 08.00 pagi, orang itu menjawab, "Saya biasa bangun dan berangkat kerja pukul 04.30 pagi. Setelah pensiun, Saya ingin memberikan waktu saya untuk berdoa dan berpuasa." Ia mendapatkan kunci itu, dan setiap hari ia datang ke gereja pukul 04.00 pagi dan berdoa sampai pukul 07.00 pagi. Sebagai gembala jemaat, Anda pasti tahu, bahwa tidak mungkin untuk mengatakan pada jemaat, "Kalau dia dapat melakukannya, pasti setiap orang dapat melakukannya juga," dan berusaha untuk memaksa setiap anggota jemaat untuk berdoa dari pukul 04.00 sampai pukul 07.00 setiap pagi. Jauh lebih realistis, untuk mengakui orang itu sebagai satu di antara sedikit pendoa syafaat yang penting dalam pelayanan doa jemaat. Siapakah mereka yang hanya sedikit namun penting ini? Mereka adalah orang-orang yang memunyai karunia doa syafaat.

Memahami Karunia-Karunia Rohani

Untuk dapat memahami karunia doa syafaat, kita perlu belajar untuk memahami pengajaran yang alkitabiah mengenai karunia-karunia rohani. Seperti kata Paulus, "Sekarang tentang karunia-karunia Roh, Aku mau saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya." (1 Korintus 12:1) Alkitab mengatakan bahwa jemaat adalah satu tubuh, yaitu Tubuh Kristus (Efesus 1:22-23). Tubuh Kristus memiliki berbagai fungsi sebagaimana halnya tubuh manusia. Paulus berkata, "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita (maksudnya tubuh manusia) memunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu memunyai tugas yang sama." (Roma 12:4-5) Ayat ini memberikan kunci penting bagi kita untuk memahami karunia-karunia rohani dan fungsinya. Kalau kita semua adalah anggota-anggota suatu tubuh, bagaimana kita tahu kalau kita adalah hidung atau ibu jari atau hati atau kelopak mata? Kita mengetahuinya dengan menemukan karunia atau karunia-karunia rohani yang kita miliki. "Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang diperoleh oleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah." (1 Petrus 4:10)

Allah memberikan satu atau beberapa karunia rohani kepada setiap orang percaya. Tidak ada yang terkecuali. Dalam dunia pendidikan, ada sekolah khusus untuk "anak-anak berbakat". Namun, dalam jemaat kita, semua program disediakan bagi anak-anak Allah yang berbakat, karena kita semua berbakat (berkarunia). Memang karunia kita berbeda-beda. Beberapa orang adalah telinga dan beberapa orang adalah mata, dan telinga tidak perlu berkata "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh," (1 Korintus 12:16) Kalau kita memahami karunia kita, kita akan dapat melayani Allah dengan lebih baik lagi dalam jemaat. Tubuh Kristus begitu kompleks, sehingga Allah dengan bijaksana tidak membiarkan kita memilih sendiri karunia-karunia kita. Kalau dibiarkan, banyak orang yang akan memilih menjadi mata. Bagaimanapun, siapa yang akan memilih menjadi hati kalau ia dapat menjadi mata? Padahal sebenarnya tubuh bisa hidup tanpa mata, namun tidak mungkin tanpa hati. "Justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, itulah yang paling dibutuhkan." (1 Korintus 12:22)

Allah Menentukan Karunia

Hanya Allah yang kenal kita dengan pasti, sehingga menentukan kita ini bagian tubuh yang mana seharusnya. Roh Kudus "memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya." (1 Korintus 12:11) Allah telah memberikan kepada anggota suatu tempat pada tubuh "seperti yang dikehendaki-Nya" (1 Korintus 12:18). Karunia yang kita terima, bergantung sepenuhnya pada wewenang Allah dan anugerah-Nya. Kata yang digunakan dalam Alkitab untuk karunia rohani adalah "charisma" ( Yunani "charis" = anugerah). Kita tidak bekerja untuk mendapatkan karunia kita dan kemudian menerimanya sebagai upah. Allah, menurut anugerah dan hikmat-Nya, memberikannya pada kita. Jadi, bagaimana pertanggungjawaban pribadi kita? Sebagai orang percaya, salah satu prioritas utama kita adalah menemukan karunia mana yang diberikan Allah pada kita. Kemudian, kita bertanggung jawab untuk menjadi "pengurus yang baik" atas karunia-karunia itu (1 Petrus 4:10). Kita dapat menjadi pengurus yang baik, dengan mengembangkan karunia-karunia yang kita miliki, dan kemudian menggunakannya dalam pelayanan untuk kemuliaan Allah.

Berapa Jumlah Karunia Itu?

Sebuah buku teks anatomi menyebutkan berapa jumlah bagian-bagian anggota tubuh manusia. Sayang sekali, tidak demikian halnya dengan Tubuh Kristus. Sangat banyak perbedaan pendapat mengenai jumlah karunia rohani ini. Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan, saya menemukan ada 27 karunia rohani. Saya sama sekali tidak berusaha memancing perdebatan dengan orang-orang yang berpendapat lain. Bagaimana saya dapat menyimpulkan adanya 27 karunia ini? Pertama, saya mendapatkan 3 daftar utama karunia-karunia rohani dalam Perjanjian Baru di Roma 12, 1 Korintus 12, dan Efesus 4. Ketiga daftar itu tidak ada yang lengkap -- banyak karunia yang disebutkan tumpang tindih. Beberapa karunia disebutkan hanya dalam satu daftar, beberapa dalam dua daftar, dan beberapa lagi dalam ketiga-tiganya. Gabungan ketiga daftar itu menghasilkan 20 karunia: bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, memberi, memimpin, menunjukkan kemurahan, hikmat, pengetahuan, iman, penyembuhan, mukjizat, membeda-bedakan roh, berbahasa roh, menafsirkan bahasa roh, rasul, menolong, administrasi, penginjil, dan gembala.

Beberapa karunia juga disebutkan di luar ketiga daftar utama tadi. Jumlahnya ada lima yaitu: selibat (1 Korintus 7:7), hidup miskin secara sukarela (1 Korintus 13:3), martir (1 Korintus 13:3), memberi tumpangan (1 Petrus 4:9-10), dan utusan Injil (Efesus 3:6,9). Jadi, seluruhnya ada 25 karunia yang disebutkan dalam Perjanjian Baru. Nah, masalah berikut ini sangat penting untuk dapat memahami adanya karunia berdoa syafaat. Kalau ketiga daftar utama karunia rohani itu tidak ada yang lengkap, dan kalau gabungan ketiganya juga tidak lengkap, mungkinkah ke-25 karunia yang terdapat dalam Perjanjian Baru itu, hanya suatu daftar yang terbuka dan masih dapat ditambahi lagi? Saya rasa bisa, namun harus terlebih dahulu diakui bahwa saya tidak dapat berdebat dengan mantap untuk membuktikan dugaannya. Saya memberanikan diri, karena beberapa sarjana dan pengarang lain juga telah menarik kesimpulan yang sama. Hal ini alkitabiah, karena Alkitab tidak mengatakan bahwa daftar itu tertutup; memperdebatkannya tidak mendatangkan banyak manfaat. Namun, kami juga melakukannya berdasarkan pengamatan yang mendalam, mengenai bagaimana orang-orang Kristen berfungsi sebagai anggota-anggota Tubuh Kristus.

Beberapa orang yang berpola pikir seperti ini menyarankan 4 karunia lain, yang tidak termasuk dalam daftar saya. Bagi saya tidak ada masalah. Keempat karunia itu adalah bertukang, berkhotbah, menulis, dan bermain musik. Beberapa kali saya diminta untuk memasukkan karunia bermain musik di dalam daftar saya, sehingga menjadi 28. Dua karunia yang saya tambahkan dalam daftar itu adalah mengusir setan (yang bisa juga disebut pelepasan) dan berdoa syafaat. Alasan utamanya adalah karena saya telah melihat karunia-karunia ini bekerja dalam jemaat.

Karunia Mengusir Setan

Di kalangan teologis, kerasukan setan semakin dikenal sebagai suatu masalah dalam jemaat. Bahkan di gereja-gereja yang sudah lama memiliki pelayanan pelepasan, orang-orang tertentu secara teratur dipanggil untuk menangani kasus-kasus yang sulit. Mereka memiliki karunia yang lebih dibandingkan dengan orang lain, dalam kemampuan untuk berurusan dengan roh jahat, meskipun saya percaya setiap orang Kristen diberi kuasa untuk mengusir setan dalam nama Yesus.

Perbedaan Antara Karunia-Karunia Rohani dan Peranan Orang Kristen

Setiap karunia rohani, seperti halnya setiap anggota tubuh manusia, secara terpisah adalah minoritas. Anggota tubuh yang bukan jari tidak dapat menggantikan jari. Yang bukan paru-paru tidak dapat menggantikan paru-paru. Demikian juga dalam jemaat. Yang bukan gembala tidak dapat menggantikan gembala. Yang bukan pengajar tidak dapat menggantikan pengajar. Yang tidak berkarunia menyembuhkan tidak dapat menggantikan yang berkarunia menyembuhkan. Demikian pula dengan karunia-karunia yang lain. Meskipun secara relatif hanya sedikit orang Kristen yang memiliki suatu karunia rohani, semua orang Kristen, tanpa kecuali, memiliki peranan yang sejajar dengan sebagian besar karunia-karunia itu. Misalnya, tidak semua orang Kristen memiliki karunia penginjil, namun semuanya memiliki peran untuk menjadi saksi bagi Kristus dan membawa orang kepada Tuhan. Tidak semua orang memunyai karunia memberi, namun semuanya memunyai peran untuk memberi persepuluhan dan persembahan secara murah hati. Tidak semua orang memunyai karunia penyembuhan, namun semua orang memunyai peran berdoa untuk orang sakit. Demikian seterusnya untuk karunia-karunia yang lain. Perbedaan ini benar-benar sangat penting. Kita semua melakukan berbagai hal dalam jemaat kita, dengan menggunakan berbagai peran yang Allah berikan. Namun, biasanya hanya sedikit hal yang kita lakukan dengan tingkat kuasa dan efektivitas yang lebih tinggi dan lebih konsisten, karena kita menerima urapan khusus dari Roh Kudus melalui karunia (karunia) rohani kita.

Doa Syafaat sebagai Suatu Peran bagi Orang Kristen

Syafaat adalah salah satu jenis doa. Syafaat ini sangat penting, sehingga Yesus sendiri disebut sebagai pendoa syafaat. Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, "juga berdoa syafaat bagi kita" (Roma 8:34, NKJV). Demikian juga, Roh Kudus "sesuai dengan kehendak Allah, berdoa syafaat untuk orang-orang kudus." (Roma 8:27) Bapa, tentu saja tidak disebutkan sebagai pendoa syafaat, karena hanya kepada Dialah doa syafaat ini dinaikkan. Dalam tataran manusia, Paulus menandai dirinya sebagai seorang pendoa syafaat, ketika dia berkata kepada orang-orang di Roma, "dalam doa aku selalu mengingat kamu." (Roma 1:9) Sebelum mengembangkan gagasan mengenai doa syafaat sebagai suatu karunia rohani, saya ingin menegaskan, bahwa syafaat adalah suatu peran yang selayaknya dilakukan oleh setiap orang Kristen yang setia. Dalam kenyataan, saya tidak pernah menjumpai orang Kristen yang tidak dengan agak teratur, berdoa bagi orang lain. Paulus berkata kepada Timotius, "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang." (1 Timotius 2:1) Yakobus mengatakan, "Hendaklah kamu saling mengakui dosamu dan saling mendoakan supaya kamu sembuh." (Yakobus 5:16)

Bukan hanya setiap kita seharusnya berdoa syafaat untuk orang lain, namun sebagian besar dari kita, seharusnya melakukannya lebih banyak lagi. Saya mengakui bahwa meskipun saya bersyafaat untuk orang lain, syafaat saya itu belum cukup. Saya perlu bersyafaat lebih banyak lagi untuk pasangan hidup saya, anak-anak saya, keluarga besar saya, rekan-rekan pelayanan saya, gembala saya, dan teman-teman saya, baik yang sudah selamat maupun yang belum selamat. Suatu kehidupan Kristen yang layak, seharusnya ditandai dengan suatu waktu khusus setiap hari untuk berdoa. Peraturan itu bukan hanya untuk beberapa orang Kristen, namun untuk semuanya. Bersyafaat adalah suatu peran universal untuk orang Kristen.

Doa Syafaat sebagai Suatu Karunia Rohani

Doa syafaat tidak termasuk dalam ke-25 karunia rohani yang disebutkan secara khusus dalam Perjanjian Baru. Namun, seperti karunia mengusir setan, saya percaya, bahwa karunia doa syafaat dapat ditambahkan ke dalam daftar ini. Ketika saya membicarakannya kepada para gembala, mereka hampir tanpa kecuali mengatakan bahwa dalam jemaat mereka, ada orang-orang tertentu yang secara terbuka, diakui memiliki suatu pelayanan doa yang khusus, melebihi orang-orang pada umumnya. Inilah kunci awal, bahwa mereka mungkin memiliki karunia bersyafaat. Berikut ini definisi saya mengenai karunia berdoa syafaat: Karunia doa syafaat yang diberikan oleh Allah kepada beberapa anggota Tubuh Kristus selama waktu-waktu yang agak lama, dan sering melihat jawaban-jawaban khusus untuk doa mereka dalam kadar yang lebih besar daripada yang diharapkan dari orang Kristen biasa.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul asli buku : Prayer Shield
Judul buku : Perisai Doa
Judul asli artikel : Para pendoa Syafaat
Penulis : C. Peter Wagner
Penerjemah : Arie Saptadji
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 1999 dan Metanoia Publishing, Jakarta 1999
Halaman : 29 -- 38

Komentar