Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
Kita sering mendengar orang berkata, "Apakah Tuhan mendengar doa saya atau tidak?" Bahkan mungkin pertanyaan yang sama sering keluar dari mulut kita juga. Apa kata Alkitab tentang jawaban Tuhan untuk doa-doa kita? Jamie Buckingham dalam bukunya Power for Living mengatakan bagaimana Allah menjawab doa-doa kita:
Bapa di surga dapat mengabulkan doa permohonan kita lebih dari seorang ayah di bumi yang penuh cinta kasih memberikan anak-anaknya hal-hal yang baik.
Allah dapat berkata "tidak" pada permohonan kita, namun Ia tidak pernah berkata "tidak" tanpa mempunyai jawaban yang lebih baik. Ketika Allah berkata "tidak", bukan berarti Allah tidak mampu atau tidak peduli.
Kita juga harus ingat bahwa sebagai Bapa yang baik, Allah tahu bagaimana dan kapan memberikan yang terbaik pada kita.
Dari pernyataan ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Allah pasti mendengar dan menjawab doa-doa kita, dan jawabannya dapat:
"Ya", seperti ketika Tuhan Yesus menyembuhkan orang-orang yang sakit, mengusir setan (lih. Matius 7:7-8).
"Tidak", seperti ketika Tuhan tidak mengabulkan doa Paulus supaya dia dilepaskan dari utusan Iblis yang menggocoh dia (2 Korintus 12:8). Salah satu sebab Allah tidak menjawab doa kita adalah karena kita salah berdoa, yaitu ketika kita meminta hanya untuk memuaskan hawa nafsu sendiri (Yakobus 4:2-3).
"Tunggu dulu", seperti ketika Tuhan Yesus 'menunda' untuk menyembuhkan Lazarus, saudaranya Maria dan Marta (Yohanes 11:1-6).
Dan ketika kita berbicara tentang jawaban doa dari Allah, kita juga harus mengingat tentang:
Kehendak Allah (lih. 1 Yohanes 5:14-15).
Melalui doa, kita seharusnya mengfokuskan hidup kita untuk terus menerus melihat segala sesuatunya dari sudut pandang Bapa, seperti Yesus yang selalu memusatkan hidup-Nya pada Bapa-Nya, bukan pada diri-Nya (lih. Matius 26:36-46, Doa Getsemani). Billy Graham suatu ketika mengamati sebuah kapal yang ditarik masuk ke dalam dermaga. Tali-tali yang tebal kuat diikatkan ke dermaga, dan ia mendengar mesin kapal yang sangat besar itu mulai menderu. Kemudian Billy memperhatikan sesuatu yang membangkitkan rasa ingin tahunya. Saat tali-tali itu ditarik semakin kencang, dermaga tersebut tidak terseret ke arah kapal, tetapi sebaliknya, kapal itulah yang tertarik ke arah dermaga. Doa seharusnya seperti ini. Ketika kita berdoa, kita tidak menarik Allah turun ke posisi kita supaya Ia menyelesaikan apa yang kita ’tugaskan’ kepada-Nya, tapi sebaliknya, doalah yang menarik kita lebih dekat kepada Allah supaya kita menerima kekuatan-Nya untuk melakukan perintah-Nya.
Waktu Allah.
Allah tidak pernah membuat anak-anak-Nya frustasi. Elmer L. Towns dalam bukunya The Successful Christian Life, mengatakan bahwa Allah tidak pernah bermain games dengan kita dan menyembunyikan kehendak-Nya supaya kita mencarinya seperti mencari telur Paskah. Namun kita harus sabar menunggu kapan Allah akan memberikan jawaban doa kita. Dalam hal ini, ada orang yang lebih banyak memerlukan waktu berdoa dibandingkan orang lain.
Persoalan lain yang seringkali menjadi pergumulan kita ketika berdoa adalah bahwa Allah kelihatannya tidak memberi jawaban atas doa-doa kita. Allah senyap, seperti yang pernah dialami Ayub (Ayub 30:20) ataupun Nabi Yeremia (Ratapan 3:8-9). Ketika persoalan yang kita hadapi semakin lama semakin parah, Tuhan seolah-olah semakin lama semakin tidak terlihat. Tuhan seolah-olah tidak hadir, pasif. Ketika orang bertanya, "Apakah Allah mendengar dan menjawab doa?", kita akan menjawab, "Ya". Tetapi, pada kenyataannya kita seringkali mengalami seakan-akan Allah diam saja, sepertinya Allah tidak mendengar doa kita. Apakah Allah diam dan tidak menjawab doa-doa kita? Pdt. Yohan Candawasa dalam khotbahnya tentang "Kesenyapan Allah", yang dituliskan dalam buku "MendapatkanMu dalam Kehilanganku", mengatakan:
"Diamnya Allah adalah saat kita sepenuhnya hidup dengan hanya mengandalkan, percaya penuh pada janji-janji-Nya sebagai Bapa yang sayang kepada anak-anakNya. Walaupun Allah tidak selalu memberikan kita segala jawaban, tidak berarti Ia tidak mempunyai jawaban. Kita harus belajar bahwa kita tidak harus mengharapkan Allah memberi kita segala jawaban dan penjelasan. Kita tidak dalam posisi duduk untuk menghakimi Allah, Allah-lah yang duduk menghakimi kita. Allah tidak wajib menjawab doa kita."
Diam berarti Allah berkarya. Ketika Asaf (lih. Mazmur 73) mengira Allah mendiamkan kejahatan orang fasik, ternyata diamnya Allah di situ justru adalah tindakan-Nya menaruh mereka di tempat licin. Ketika Musa dibuang ke sungai Nil, kelihatannya Allah diam, tetapi sesungguhnya Dia bekerja untuk membawa Musa masuk ke istana Firaun. Ketika Yusuf dijual, dipenjarakan, Allah kelihatannya diam. Ternyata Allah bekerja untuk membawa Yusuf menjadi pejabat penting di Mesir.
Diam mungkin karena kita yang tidak mendengar. Tidak selalu diamnya Allah itu karena Ia benar-benar diam, melainkan karena kitalah yang tuli. Karena dalam kesulitan kita sering panik, menangis, berteriak, jiwa kita dipenuhi suara-suara yang mengakibatkan bisikan Allah tidak terdengar.
Selanjutnya Pdt. Yohan Candawasa mengatakan bahwa tidak dapat disangkal, kita seringkali tuli dalam mendengar suara Tuhan. Namun, acapkali Allah memang benar-benar diam. Mengapa? Hal itu perlu untuk mengokohkan akar hidup rohani kita. Bahkan kesenyapan Allah membuat kita sadar betapa kehadiran Allah itu – hal yang mungkin sudah menjadi biasa – adalah sangat berharga. Kesenyapan Allah memang mengganggu kita, tetapi hal itu justru menempa iman kita dan menyehatkan rohani kita.
Sesungguhnya, dari waktu ke waktu, Allah berkarya dan menunjukkan kuasa-Nya yang semakin lama semakin besar. Pada saat kehadiran dan kuasa-Nya itu dinyatakan dengan dahsyat, justru itu merupakan saat di mana kita sangat sukar merasakan kehadiran dan karya-Nya dalam hidup kita. Dapatkah kita mengaminkan bahwa pada saat kita tidak melihat kuasa Allah, sebenarnya pada saat itulah kuasa Allah paling melimpah diperlihatkan. Allah tidak terikat dan diperintah oleh siapa pun di luar diri-Nya sendiri. Allah tidak dapat dipaksa. Allah dengan bebas menganugerahkan rahmat-Nya menurut kerelaan kehendak-Nya berdasarkan kebaikan dan belas kasihan-Nya sendiri.
Ada sebuah syair pendek yang sarat dengan keteguhan iman tertulis di sel penjara Cologne, Jerman, pada masa Perang Dunia kedua. Syair itu berbunyi demikian:
"I believe in the sun, even when it is not shining I believe in love, even when I feel it not I believe in God, even when He is silent."
"Aku percaya pada matahari, bahkan saat ia tidak bersinar. Aku percaya pada kasih, bahkan saat aku tidak merasakannya. Aku percaya kepada Allah, bahkan ketika Ia diam."
Andrew Kuyvenhoven dalam bukunya "Comfort and Joy" mengatakan, janganlah kita berprasangka bahwa ketika Allah tampaknya tidak menjawab doa-doa kita, Dia sedang berbalik dari kita. Allah tahu segala kebutuhan kita lebih dari yang kita pikirkan.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs | : | Hok Im Tong |
Alamat URL | : | http://www.hokimtong.org/www/index.php?page=inner&sub=artikel&id=51 |
Penulis artikel | : | Tjong Wun Jen |
Tanggal akses | : | 15 November 2013 |