Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
Jika mengakui dan menerima kedaulatan Allah menyebabkan kita kurang berdoa, maka kita belum memahami kedaulatan-Nya, atau doa. Pemeliharaan Allah tidak menjadikan doa sebagai hal yang opsional atau insidental, tetapi vital dan sangat diperlukan. Bukan karena Allah tidak dapat melakukannya dengan cara lain - Allah melakukan semua yang dikenan-Nya sesuka hati-Nya - tetapi karena Allah yang berdaulat telah memilih, dengan tepat dan bijaksana, untuk menggantungkan banyak rencana-Nya pada doa-doa umat-Nya.
Adakah yang mencintai dan memproklamirkan kedaulatan mutlak Allah seperti Rasul Paulus? Namun, dia berkata dalam 2 Korintus 1:11, "Kamu juga turut menolong kami melalui doa-doamu sehingga banyak yang akan bersyukur atas nama kami karena kasih karunia yang diberikan kepada kami melalui doa-doa banyak orang." Dia juga memanggil orang-orang percaya untuk "Teruslah berdoa!" (1 Tes. 5:17, AYT), dan berdoa "setiap waktu dalam Roh dengan semua doa dan permohonan" (Ef. 6:18, AYT).
Halaman-halaman Kitab Suci dan sejarah dipenuhi dengan kekuatan dan kebutuhan doa, karena Allah Yang Mahakuasa telah memilih untuk mendengar dan menjawab doa.
Berdoalah Karena Allah Berdaulat
Gereja mula-mula tentu tidak merasakan ketegangan antara kedaulatan Allah dan doa. Kedaulatan-Nya, nyatanya, menjadi fondasi dan pendorong yang besar untuk berdoa. Ketika mereka berseru di tengah penganiayaan, mereka menyerahkan diri mereka pada tangan Allah yang berdaulat: "Ya Tuhan, Engkaulah yang telah menjadikan langit, bumi, laut, dan segala isinya," (Kis. 4:24, AYT). Dan, mereka tidak berhenti pada peristiwa penciptaan, tetapi menikmati kedaulatan-Nya, bahkan dalam kengerian dan ketidakadilan terburuk dalam sejarah:
"Sebab, sebenarnya di kota ini telah berkumpul bersama untuk melawan Yesus, Hamba-Mu yang Kudus, yang Engkau urapi, baik Herodes dan Pontius Pilatus, bersama dengan bangsa-bangsa lain, dan orang-orang Israel, untuk melakukan segala sesuatu yang oleh tangan-Mu dan rencana-Mu telah tentukan sebelumnya untuk terjadi."(Kis. 4:27–28, AYT)
Dan, fakta bahwa Allah secara berdaulat menciptakan, menentukan, dan mengatur segala sesuatu tidak menghalangi mereka untuk meminta-Nya melakukan sesuatu yang baru dalam hidup mereka. Selanjutnya, mereka berdoa,
"Dan sekarang, Tuhan, lihatlah ancaman-ancaman mereka dan karuniakanlah hamba-hamba-Mu ini untuk memberitakan firman-Mu dengan segala keberanian, sementara Engkau mengulurkan tangan-Mu untuk menyembuhkan dan tanda-tanda serta keajaiban-keajaiban terjadi oleh nama Hamba-Mu yang Kudus, Yesus." (Kis. 4:29-30, AYT)
Mereka tidak menerima rencana-Nya (atau keberanian mereka sendiri) begitu saja. Mereka tidak menunggu sampai Allah menyembuhkan. Mereka tidak menganggap doa mereka tidak membuat perbedaan dalam pemeliharaan-Nya. Tidak, mereka berdoa karena mereka tahu bahwa doa adalah bagian penting dari rencana kedaulatan-Nya. Mereka tahu bahwa doa benar-benar mengubah banyak hal, yang selalu direncanakan oleh Allah yang berdaulat untuk menjawab doa.
Perhatikan apa yang Allah lakukan sebagai jawaban atas doa mereka. "Dan, setelah mereka berdoa, terguncanglah tempat mereka berkumpul bersama dan mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus, serta terus memberitakan firman Allah dengan berani." (Kis. 4:23–31, AYT). Pertama, Dia menjawab permintaan spesifik mereka. Mereka menyatakan kebenaran dengan keberanian yang telah mereka doakan. Akan tetapi, selain menjawab doa utama mereka, Allah mengguncang bangunan tempat mereka berdoa. Mengapa Dia melakukan itu?
Tampaknya Allah yang berdaulat ingin memberi tahu mereka betapa Dia senang mendengar mereka berdoa, dan betapa ingin Dia menjawabnya.
Enam Manfaat Berdoa kepada Allah Yang Berdaulat
"Inilah rancangan doa," A.W. Pink menulis, "bukan bahwa kehendak Allah dapat diubah, tetapi bahwa itu dapat digenapi dalam waktu dan cara-Nya sendiri yang baik" (The Sovereignty of God, 172). Kita tidak berdoa seolah-olah Allah membutuhkan sesuatu dari kita, "karena Dia sendiri yang memberikan hidup dan napas kepada seluruh umat manusia" - termasuk doa kita - "dan segala sesuatunya." (Kis. 17:25, AYT). Kita berdoa karena Allah memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dunia yang nyata, mendalam, dan mendesak melalui doa-doa kita. Dan, karena Dia memenuhi kebutuhan yang nyata, mendalam, dan mendesak dalam diri kita ketika kita berdoa.
John Calvin, dalam bukunya "Institutes of the Christian Religion," secara singkat menyoroti enam manfaat besar berdoa kepada Allah yang berdaulat (3.20.3). Ini bukanlah alasan mengapa kita berdoa, tetapi hanya buah kebahagiaan seumur hidup dari sujud di hadapan takhta pemeliharaan. Mengapa Allah Yang Mahakuasa memutuskan untuk menjalankan begitu banyak hal di dalam dunia dan sejarah melalui doa? Sebagian, karena Dia ingin memberkati anak-anak-Nya yang membutuhkan, terbatas, dan terpilih - dan untuk memberkati kita jauh melampaui harapan dan imajinasi kita yang hanya sedikit.
Jadi, selain kenyataan bahwa Allah benar-benar menjawab doa dan bahwa Dia memerintahkan kita untuk berdoa, alasan mulia apa lagi yang kita miliki untuk berdoa kepada Allah kita yang berdaulat?
1. Agar hati kita lebih bersatu dengan-Nya.
"Pertama, agar hati kita dipicu oleh keinginan yang bersemangat dan membara untuk selalu mencari, mencintai, dan melayani Dia, sementara kita menjadi terbiasa dalam setiap kebutuhan untuk berlari kepada-Nya sebagai sauh yang kudus."
Beberapa hal akan memicu keinginan dan kasih kita kepada Allah menyukai doa. Dan, beberapa hal akan menguras ketetapan hati dan hasrat spiritual kita menyukai tidak berdoa. Perhatikan percampuran antara sukacita dan doa dalam Mazmur 37:4–7:
"Senangkanlah dirimu dalam TUHAN, dan Dia akan memberikan kepadamu keinginan hatimu.
Serahkan jalanmu kepada TUHAN, percayalah kepada-Nya, dan Dia akan bertindak.
Dia akan mendatangkan kebenaranmu seperti terang, dan keadilanmu seperti siang hari.
Jadilah tenang dalam TUHAN, dan nantikan Dia dengan sabar."
Kesukaan dalam Allah meluap dalam doa kepada Allah - dalam diam di hadapan-Nya, menyerahkan hidup kita kepada-Nya, dan menyerahkan keinginan hati kita di hadapan-Nya (Mazmur itu sendiri adalah doa). Dan, doa di dalam Allah menambah kegembiraan dan keinginan kita akan Dia. Doa juga secara konsisten mengingatkan kita bahwa, di dalam Kristus, kita memiliki "jangkar bagi jiwa kita, kuat dan pasti" (Ibrani 6:19, AYT).
Yesus berkata, "Jika kamu tetap tinggal di dalam Aku dan perkataan-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu inginkan, dan itu akan dikabulkan bagimu." (Yohanes 15:7, AYT). Persekutuan yang lebih besar dengan Yesus meningkatkan keefektifan doa-doa kita, seringkali hanya dengan menyelaraskan hati dan permintaan kita dengan-Nya. Dan, ketika hati kita selaras dengan-Nya - ketika kita paling dipuaskan dengan Allah dan kemuliaan-Nya - kita akan mencari, menerima, dan lebih menikmati Dia, terutama dalam doa.
2. Agar keinginan kita dimurnikan.
"Agar tidak ada hasrat yang memasuki hati kita dan sama sekali tidak ada keinginan yang harus membuat kita malu menjadikan-Nya saksi, sementara kita belajar untuk meletakkan semua keinginan kita di hadapan mata-Nya, dan bahkan untuk mencurahkan segenap hati kita."
Doa yang setia menyingkapkan keinginan jangka pendek, egois, atau duniawi di dalam diri kita. Ketika kita membuka hati kita di hadapan Allah, kita sering merasakan betapa dapat kelirunya kerinduan kita. Yakobus memperingatkan kita tentang bahaya dorongan hati yang membandel ini:
"Dari manakah datangnya perkelahian dan pertengkaran yang terjadi di antara kamu? Bukankah itu berasal dari hawa nafsumu yang berperang di dalam anggota-anggota tubuhmu? .... Kamu tidak mendapat karena kamu tidak meminta. Atau, kamu meminta, tetapi tidak mendapat karena kamu meminta dengan alasan yang salah, yaitu untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yak. 4:1–3, AYT)
Bagaimana kita berperang melawan keinginan pemberontak ini? Yakobus melanjutkan, "Karena itu, serahkanlah dirimu kepada Allah. Lawanlah setan, maka dia akan lari darimu. Mendekatlah kepada Allah, dan Dia akan mendekat kepadamu .... Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Dia akan meninggikanmu." (Yak. 4:7–8,10, AYT). Dan, apa yang lebih baik untuk merendahkan diri (mengakui betapa sesatnya keinginan kita), menyerahkan diri kita (berkomitmen kembali pada apa adanya dan memiliki hasrat Allah), dan mendekat kepada-Nya, selain dari berdoa?
Berdoa kepada Allah yang berdaulat juga mengingatkan kita bahwa bahkan keinginan dan permintaan kita yang paling mulia dan paling murni pun mungkin tidak terjawab. Pemeliharaan-Nya meyakinkan kita bahwa jika Dia tidak menjawab, dengan cepat atau pun seterusnya, itu karena dia memiliki rencana yang lebih baik. Betapa pun menyakitkan doa yang tidak dijawab, itu jauh lebih dapat ditanggung (bahkan, anehnya berharga) ketika kita tahu bahwa Allah yang mengasihi kita, yang sangat teliti dan cermat mengendalikan semua hal, mengerjakannya untuk kebaikan kita.
3. Agar kita lebih siap untuk bersyukur.
"Agar kita siap menerima berkat-Nya dengan rasa syukur dan terima kasih yang tulus, berkat yang diingatkan oleh doa kita bahwa itu berasal dari tangan-Nya."
Doa dapat membuat kita semakin sadar akan semua yang Allah lakukan untuk kita dan di sekitar kita. Dan, kesadaran itu melipatgandakan alasan kita untuk bersyukur. Rasul Paulus menjelaskan hubungan ini secara eksplisit: "Kamu juga turut menolong kami melalui doa-doamu sehingga banyak yang akan bersyukur atas nama kami karena kasih karunia yang diberikan kepada kami melalui doa-doa banyak orang." (2 Kor. 1:11, AYT).
Setiap pemberian yang baik dan setiap pemberian yang sempurna datang dari atas (Yak. 1:17). Dia memberikan hidup dan napas kepada seluruh umat manusia dan segala sesuatu (Kis. 17:25). Doa membuka pandangan kita lebih lebar dan lebih luas untuk semua yang Dia berikan - khususnya apa yang Dia berikan sebagai jawaban atas doa, tetapi kemudian jauh melampaui doa-doa kita untuk semua berkat yang tidak diminta yang Dia berikan kepada kita.
4. Agar kita bisa merasakan besarnya kebaikan-Nya.
"Bahwa, setelah mendapatkan apa yang kita cari, dan diyakinkan bahwa Dia telah menjawab doa-doa kita, kita harus dituntun untuk merenungkan kebaikan-Nya dengan lebih tekun."
Kapan terakhir kali Allah menjawab salah satu doa Anda dengan jelas? Dapatkah Anda mengingat waktu ketika sesuatu yang Anda doakan benar-benar terjadi, dan keadaan membuat Anda menyimpulkan bahwa itu terjadi karena Anda berdoa? Untuk saat itu, surga mengintip melalui awan mendung semua yang kita derita dan tanggung untuk mengingatkan kita bahwa kita memiliki Bapa yang Mahakuasa dan penuh perhatian. Istri saya dan saya baru saja mengalami momen seperti itu, setelah berbulan-bulan berdoa untuk terobosan khusus dalam keluarga kami.
Bagi siapa pun yang ada di dalam Kristus, kebaikan Allah bukanlah pengalaman tidak penting atau sesekali. Itu adalah seluruh atmosfer pengalaman kita - seluruh pengalaman kita. Dan, akan selalu demikian. Allah menyelamatkan kita -- supaya pada masa yang akan datang, Ia boleh menunjukkan kekayaan anugerah-Nya yang tak terukur dalam kebaikan-Nya kepada kita dalam Yesus Kristus.-- (Ef.2:7, AYT). Doa yang dijawab adalah kilatan cahaya yang cemerlang, seperti sambaran petir, yang mengumumkan kebaikan Allah yang selalu ada dan tidak pernah habis.
Setiap kali kita berdoa, kita mengundang kilas pandangan lain, sensasi lain dari kelembutan dan kasih sayang-Nya yang mengejutkan, kesempatan lain untuk membangunkan hati kita yang egois, tidak sabar, dan menggerutu akan kebaikan-Nya.
5. Agar kita bisa yakin akan janji kedaulatan-Nya.
"Penggunaan dan pengalaman itu dapat, menurut ukuran kelemahan kita, menegaskan pemeliharaan-Nya, sementara kita memahami Dia tidak hanya bahwa berjanji untuk tidak pernah mengecewakan kita, dan atas kehendak-Nya sendiri akan membuka jalan untuk memanggil-Nya pada saat yang paling dibutuhkan, tetapi juga bahwa dia pernah mengulurkan tangan-Nya untuk membantu milik-Nya."
Ketika kita berdoa, kita memercayai Allah melalui firman-Nya - bahwa Dia akan mendengarkan, bahwa Dia akan menjawab, bahwa Dia tidak akan pernah mengecewakan kita atau memberikan kita apa pun yang pada akhirnya tidak baik untuk kita, bahwa Dia akan memenuhi semua janji-Nya, termasuk janji-Nya tentang doa. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Jadi, Aku mengatakan kepadamu mintalah, kamu akan menerima. Carilah, kamu akan menemukan. Ketuklah, pintu akan dibukakan bagimu. Sebab siapa pun yang meminta akan menerima. Siapa pun yang mencari akan menemukan. Dan siapa pun yang mengetuk, pintu akan dibukakan baginya." (Luk. 11:9-10, AYT)
Saat kita berdoa, kita menganggap serius setiap janji itu. Kita mengharapkan Bapa surgawi kita memberi kita pemberian yang baik (Lukas 11:11-13), entah apa yang kita minta maupun apa pun yang lebih baik bagi kita.
Jadi, doa membuktikan kesetiaan Allah saat Dia menjawab doa spesifik kita (dalam hikmat dan waktu) seperti yang Dia katakan. Doa juga memungkinkan kita, bagaimanapun, untuk membuktikan setiap janji Allah lainnya. Calvin berkata, "Bagi kita, tidak ada yang dijanjikan untuk diharapkan dari Tuhan, yang juga tidak kita minta dalam doa dari Dia."(3.20.2). Salah satu cara doa menyediakan pemeliharaan Allah dan sukacita kita di dalam Dia adalah dengan mendorong kita untuk memohon kepada-Nya, untuk melaksanakan semua yang telah Dia janjikan dalam Kitab Suci.
Jika Anda ingin mulai mendoakan janji-janji Allah, John Piper telah mencontohkan jenis doa ini dengan baik, dan membagikan janji-janji yang paling dia andalkan selama puluhan tahun dalam iman dan pelayanan.
6. Agar kita lebih puas di dalam Allah.
"Bahwa pada saat yang sama kita menerima dengan kesukaan yang lebih besar akan hal-hal yang kita akui diperoleh dengan doa."
Allah telah menjadikan doa sebagai alat untuk melayani memberikan dan menambah sukacita. Yesus mengatakan hal ini dengan tepat ketika Dia memberi tahu murid-murid-Nya, "Pada hari itu, kamu tidak akan menanyakan apa pun kepada-Ku. Dengan sesungguhnya, Aku mengatakan kepadamu, apa pun yang kamu minta kepada Bapa-Ku dalam nama-Ku, Ia akan memberikannya kepadamu. Sampai sekarang, kamu belum pernah meminta apa pun dalam nama-Ku. Mintalah, dan kamu akan menerimanya supaya sukacitamu menjadi penuh." (Yoh. 16:23–24, AYT). Doa tidak hanya menyingkapkan kebaikan Allah dan membangkitkan rasa syukur yang lebih besar kepada-Nya, tetapi juga mengobarkan kegembiraan kita dalam pemberian yang Allah berikan, yang kemudian mengobarkan kegembiraan yang lebih besar di dalam Allah sebagai Pemberi. Doa yang terkabul menyalakan api kebahagiaan sejati dan abadi.
Dan, saat kegembiraan kita di dalam Allah bertambah, kemuliaan-Nya naik semakin tinggi dan lebih tinggi dalam hidup kita. Kita percaya bahwa Allah paling dimuliakan di dalam kita ketika kita paling dipuaskan di dalam Dia. Jadi, jika doa mengobarkan kepuasan yang lebih hangat dan lebih intens dalam jiwa kita, itu juga meninggikan hikmat, kekuatan, dan keberhargaan Allah. Saat kita meminta, menerima, dan bersukacita, Dia semakin mendapatkan kemuliaan yang lebih, yang merupakan satu tujuan utama sejarah dan masing-masing peran kita di dalamnya.
Jadi, jika Allah berdaulat, mengapa kita berdoa? Semakin kita menyelidiki penggabungan dinamis dan bersemangat antara pemeliharaan dan doa, semakin kita akan bertanya: Bagaimana mungkin kita tidak berdoa? (t/N.Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Desiring God |
URL | : | https://www.desiringgod.org/articles/pray-because-god-is-sovereign |
Judul asli artikel | : | Pray Because God Is Sovereign |
Penulis artikel | : | Marshall Segal |