Merayakan 30 tahun
melayani bersama
Kita dapat berbicara kepada Allah. Allah berbicara secara verbal kepada kita melalui firman-Nya dan nonverbal melalui pemeliharaan-Nya yang nyata. Kita bersekutu dengan Dia melalui doa. Charles Hodge menyatakan bahwa "doa merupakan persekutuan jiwa dengan Allah". Di dalam dan melalui doa, kita mengekspresikan penghormatan kita dan pemujaan kita kepada Allah; kita menelanjangi jiwa kita dalam pengakuan yang tulus di hadapan Dia; kita mencurahkan pengucapan terima kasih dengan hati yang bersyukur; dan kita mengajukan permohonan-permohonan kita kepada-Nya.
Di dalam doa, kita mengalami Allah sebagai pribadi dan berkuasa. Dia dapat mendengarkan kita dan bertindak sebagai respons kepada kita. Firman Tuhan mengajarkan kedaulatan ketetapan Allah dan kegunaan doa. Keduanya bukan merupakan dua hal yang tidak konsisten satu dengan yang lain, sebab Allah menetapkan alat-alat demikian juga tujuan akhir bagi rencana-rencana-Nya. Doa merupakan alat Allah yang digunakan untuk menjadikan kedaulatan-Nya terjadi.
Doa harus ditujukan kepada Allah saja. Pertama, kita harus datang pada Allah dengan ketulusan. Kata-kata yang kosong dan tidak tulus merupakan olok-olok kepada Dia. Doa yang semacam itu sangat tidak sesuai dengan praktik agama yang saleh, tetapi merupakan serangan melawan Allah. Kedua, kita mendekati Allah dengan penuh hormat. Di dalam doa, kita harus selalu ingat kepada siapa kita sedang berbicara. Menyebut Allah dengan cara yang kasual seperti berbicara kepada teman-teman di dunia adalah memperlakukan Dia dengan biasa saja. Sebagaimana halnya orang yang menghadap seorang raja dengan menghampiri dia dengan sikap tubuh yang penuh hormat dan penaklukkan diri, demikian pula kita datang ke hadapan Allah dengan kesadaran dan pengakuan penuh akan kemahamuliaan-Nya. Ketiga, kita menghadap Allah dengan kerendahan hati. Bukan saja kita harus ingat siapa Dia, tetapi kita juga harus ingat siapa dan apa kita. Kita adalah anak-anak yang diadopsi oleh Dia. Kita adalah makhluk yang berdosa. Dia mengundang kita untuk datang dengan berani kepada Dia, tetapi tidak dengan kesombongan.
Allah memberikan petunjuk kepada kita untuk tulus dan tekun di dalam permohonan-permohonan kita. Pada saat yang sama, kita datang dengan ketaatan dan penaklukkan yang tulus. Pada waktu kita mengatakan "kehendak-Mu yang jadi", hal ini bukan merupakan indikasi kita tidak beriman. Iman yang kita bawa dalam doa kita harus mencakup kepercayaan bahwa Allah dapat mendengar doa-doa kita dan bahwa Dia berkenan untuk menjawab doa-doa kita. Dan pada waktu jawaban Allah adalah tidak pada permohonan kita, maka iman itu mencakup percaya pada hikmat Allah. Kita harus percaya pada hikmat Allah dan kemurahan-Nya pada waktu kita menyatakan petisi-petisi kepada Allah. Kita berdoa di dalam nama Yesus oleh karena kita mengakui jabatan-Nya sebagai Pengantara. Sebagai Imam Besar kita, Kristus merupakan Pengantara kita, sebagaimana dengan Roh Kudus adalah Penolong kita di dalam doa.
Alat yang menolong untuk belajar berdoa adalah singkatan A-C-T S. Setiap huruf dalam singkatan itu mengindikasikan unsur vital dari doa.
A = Adoration (Pemujaan)
C = Confession (Pengakuan)
T = Thanksgiving (Pengucapan Syukur)
S = Supplication (Permohonan)
Dengan mengikuti singkatan yang sederhana ini, kita dipastikan telah mencakup semua unsur yang seharusnya ada dalam doa.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen |
Judul asli buku | : | Essential Truth of the Christian Faith |
Penulis | : | R. C. Sproul |
Penerjemah | : | DR. Rahmiati Tanudjaja |
Penerbit | : | Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1997 |
Halaman | : | 331 -- 332 |