Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Doa
Dalam keputusannya Ayub meminta Allah supaya meninggalkannya sendirian. Ia bertanya mengapa Allah mengunjunginya setiap pagi untuk menyiksanya? Kemudian ia meminta belas kasihan dan pengampunan. Sebenarnya, ia berkata: "Jika saya telah berbuat dosa, mengapa Engkau tidak mengampuni saya?"
Ayub merenungkan keadaannya dalam hubungannya dengan Allah, seolah-olah tidak ada seorang pun, tidak ada seorang wasit, tidak ada seorang perantara antara Allah dan Ayub; seseorang yang akan mengambil pentung Allah daripadanya (Ayub 9:32-35). Apakah Ayub entah dengan cara bagaimana memperlihatkan keperluannya akan seorang Penebus? Pada saat itu rupa-rupanya tidak ada yang menjadi pengantara antara ia dan Allah. Apakah tidak ada seorang yang dapat mendatangkan belas kasihan Allah kepada orang-orang berdosa? Apakah Ayub mengetahui, sebagaimana kita mengetahui sekarang, bahwa "Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus" (1 Timotius 2:5).