Doa Bapa Kami (Matius 6:5-14)

"DIKUDUSKANLAH NAMA-MU." (MATIUS 6:9B)

1 Korintus 3:16 mengatakan bahwa rumah Bapa yang sesungguhnya itu ada di dalam hidup kita. Bagaimana seseorang dapat mengenal atau mengetahui siapakah Yesus itu? Dengan cara melihat rumah-Nya, yang tidak lain adalah hidup kita ini. Jikalau hidup kita (rumah Allah) ini kudus, benar, dan ada terang, maka orang lain akan mengetahui juga siapa Juru Selamat dunia itu. Rasul Paulus berkata, "... aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Galatia 2:20a). Matius 5:8 mengatakan, "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." Bagaimana mereka bisa melihat Allah? Bagaimana orang lain dan bangsa-bangsa bisa melihat Yesus? Yaitu "DENGAN MELIHAT kehidupan kita yang kudus".

Buah yang manis dapat dilihat dari pohonnya, dan pohon yang baik pastilah berbunga dan menghasilkan buah yang manis. Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran tentang kehidupan yang berbuah ini melalui perumpamaan "Pokok Anggur yang Benar" sebagaimana tertulis dalam Yohanes 15:1-8. Dalam ayat 5 dikatakan, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." Kita adalah ranting yang menjadi satu dengan pokok anggur, dan makan seluruh sari makanan dari pokok anggur tersebut, kemudian baru bisa berbuah dan dinikmati hasilnya oleh orang lain. 2 Tawarikh 7:14 mengatakan, "... umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalan-Nya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari surga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." Ada satu jalan agar doa itu berkenan dan didengar Bapa, yaitu BERBALIK dari jalan-jalan yang jahat.

Ada sebuah ilustrasi. Jika seseorang berjalan dalam dosa, ada kebencian, kemarahan, kepahitan, pikiran kotor, perzinahan, kemabukan, perjudian, penyembahan berhala, maka orang tersebut akan berjalan dalam bayang-bayang kegelapan. Sebagai contoh, ada sebuah lampu yang memancarkan cahayanya dari sebelah timur, sementara orang yang berdosa tersebut berjalan menghadap ke barat, sehingga setiap kali ia melangkah, ada bayang-bayang kegelapan di depannya (sakit penyakit, kesulitan, kerugian, dan kesedihan). Bagaimanakah jalan keluar untuk melenyapkan bayang-bayang kegelapan tersebut? Yaitu BERBALIK ARAH 180 DERAJAT, dari barat ke timur (tinggalkan semua dosa), kemudian berjalan menuju atau menghadap kepada TERANG. Dengan demikian, terang inilah yang selanjutnya menerangi setiap langkah kita, sehingga jalan hidup kita diubah dari gelap kepada TERANG, dan YESUS ITULAH TERANG DUNIA. Tinggalkan bayang-bayang kegelapan, tinggalkan bayang-bayang maut dengan jalan berbalik menuju kepada TERANG agar setiap kali kita melangkah, yang ada hanyalah TERANG ..., TERANG ..., dan TERUS MENJADI TERANG! Dengan kata lain, hidup kita menjadi semakin kudus, lampu dalam hidup kita semakin terang. Semakin kudus hidup kita, lampunya menjadi 1.000 Watt, semakin kudus lagi menjadi 5.000 Watt ... dan terus meningkat lagi menjadi 10.000 Watt, sehingga Iblis menjadi SILAU dan mundur dari kita karena tidak tahan berhadapan dengan kita.

Kekudusan dalam hidup kita dapat terjadi karena Yesus Kristus Tuhan. Mengenai kekudusan ini, Alkitab berkata, "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan." Kudus adalah sifat hakikat Allah, PRIBADI ALLAH. Roma 1:7 mengatakan, "Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah." Dalam 1 Korintus 1:2 dituliskan, "Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita." Jelas sekali, bahwa panggilan Allah bagi setiap orang percaya terutama adalah pada kekudusan. Dan kekudusan itulah yang mendatangkan keselamatan, berkat, kesehatan, kekuatan, damai sejahtera, sukacita, kemuliaan Allah. Semua ini terjadi karena kekudusan, sebab tanpa kekudusan, kita tidak bisa menikmati hadirat-Nya. 1 Petrus 1:15-16 dengan tegas mengatakan, "... hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."

Kekudusan adalah perintah Allah. Dan perintah Allah disertai KUASA yang membuat perintah-Nya pasti dapat dilakukan. Perintah-Nya adalah YA dan AMIN! Namun demikian, Bapa tidak sekadar memerintah. Bapa Surgawi kita tidak seperti ayah duniawi yang sering kali hanya bisa memerintah tapi tidak memberikan contoh atau teladan. Di dalam memberikan perintah-Nya, Bapa Surgawi sendiri terlebih dulu memberikan teladan, sebagaimana dikatakan dalam 1 Petrus 1:15b, "Sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu." Bapa Surgawi tidak hanya memerintah dan memberikan teladan, melainkan Ia juga memberikan jalan keluarnya untuk kita bisa hidup KUDUS, yaitu seperti yang dinyatakan dalam ayat 16, "Kuduslah kamu, sebab AKU KUDUS." Inilah jalan keluarnya, yaitu DI DALAM YESUS barulah bisa HIDUP KUDUS, darah-Nya menahirkan atau menguduskan setiap orang yang percaya kepada-Nya dan hidup di dalam Dia. Di luar Yesus, manusia tidak bisa berbuat apa-apa! Kepada jemaat di Tesalonika, dan ditujukan bagi kita juga, Paulus berkata, "Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita" (2 Tesalonika 2:13-14). Ada KEBENARAN DAN ADA KEMULIAAN TUHAN YANG MENUNTUN kita, yang mendatangkan WIBAWA DAN KEHORMATAN.

Apakah tujuan Bapa menghendaki kita supaya hidup kudus?

  1. Tubuh atau hidup kita menjadi BAIT Allah tempat Roh Kudus berdiam di dalamnya (1 Korintus 3:16). Roma 12:1 mengatakan, "... demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."
  2. Kita dapat melihat (kemuliaan) Tuhan (Ibrani 12:14).
  3. Kita berbuah banyak atau lebat (Yohanes 15:1-8).
  4. Kita menjadi terang, yaitu menyatakan kebaikan, keadilan, dan kebenaran (Efesus 5:9).

Sering kali, kita menghadapi banyak hambatan, kesulitan, sakit penyakit karena:

  1. kita tidak menempatkan kesucian atau kekudusan sebagai tujuan pokok dari panggilan Allah; atau
  2. kita menginginkan berkat kesucian tanpa hidup dalam kesucian.

Apa akibat dari ketidakkudusan? Dapat dilihat dalam Matius 22:11-14, "Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya, 'Hai, Saudara, bagaimana engkau masuk kemari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?' Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya, 'Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.' Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." MUSUH kekudusan adalah nafsu kedagingan dan motivasi.

"DATANGLAH KERAJAAN-MU." (MATIUS 6:10A)

Seorang duta besar Indonesia ditetapkan dan diutus ke negara lain oleh pemerintah Indonesia, maka otoritasnya pun adalah dari pemerintah Indonesia, legitimasi yang diperolehnya juga dari rakyat dan bangsa Indonesia. Duta besar tersebut bertindak di negara asing tempat ia diutus, bukan atas dasar otoritas pribadi, golongan, organisasi, atau kelompok tertentu, melainkan atas nama pemerintah Indonesia. Demikianlah pula halnya dengan pendoa. Otoritas yang ia miliki adalah otoritas Kerajaan Allah, dan legitimasinya juga dari Kerajaan Allah. Pendoa tidak bisa dibatasi oleh organisasi, denominasi, atau golongan. "Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus" (Roma 14:17). Karena otoritasnya adalah Kerajaan Allah, maka pendoa bertindak atas KUASA dan KEDAULATAN BAPA. Pendoa adalah seorang IMAM yang ditetapkan oleh Bapa Surgawi. Ia menerima tugas, semua perlengkapan, dan kasih karunia dari Bapa, dan ia bertanggung jawab kepada Bapa di surga. Pemerintahan surgawi itu adalah Bapa, Yesus, dan Roh Kudus yang menjadi satu, fungsinya berbeda, tapi menjadi satu. Gereja Tuhan yang menangkap pemerintahan surgawi akan menangkap pula kehendak Bapa. Gereja yang demikian akan mengerti hati Bapa, akan menangkap hati Yesus, dan akan berjalan atas tuntunan Roh Kudus.

Di dalam OTORITAS Kerajaan Allah, ada tiga tanda ajaib. Hal tersebut dapat dilihat dalam peristiwa ketika Yesus dimuliakan di atas gunung (Lukas 9:28-36). Pada ayat 28-31 ditulis, "Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes, dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem." Pada waktu Yesus menampakkan diri dalam kemuliaan bersama Musa dan Elia, maka sesungguhnya ini adalah gambaran otoritas Kerajaan Allah dengan 3 tanda ajaib di dalamnya, yaitu:

  1. MUSA yang diberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah yang dijanjikan Allah. Kita tahu bahwa di dalam seluruh perjalanannya, Musa menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang amat berat, namun demikian MUSA BERDOA menghadap Allah dan ia memperoleh KEMENANGAN. Inilah tanda ajaib pertama, yaitu KEMENANGAN.

  2. ELIA berdoa, dan sebagai jawabannya, selama tiga setengah tahun hujan tidak turun di seluruh tanah Israel. Kemudian saat Elia menghadapi 450 nabi Baal di Gunung Karmel, ia membangun mezbah korban bakaran dan ia berdoa kepada Allah yang hidup. Maka sebagai jawabannya, API DARI SURGA TURUN membakar seluruh korban bakaran itu, dan sesudah itu dibunuhnyalah seluruh nabi Baal. Lalu Elia berdoa kembali supaya hujan turun, dan sebagai jawabannya, hujan pun turun dengan lebatnya. Inilah tanda ajaib kedua, yaitu MUKJIZAT TERJADI.

  3. YESUS adalah Surya Kebenaran (Maleakhi 4:2). YESUS adalah Surya Pagi (Lukas 1:78). YESUS adalah TERANG DUNIA (Yohanes 8:12). Inilah tanda ajaib ketiga, yaitu TERANG. Terang inilah yang mengalahkan kegelapan, dan saatnya kegelapan akan mencari terang. Jadi, KEMENANGAN, MUKJIZAT, dan TERANG adalah OTORITAS Kerajaan Allah.

Dalam Mazmur 97, ada 4 unsur yang terdapat dalam Kerajaan Allah, yaitu:

  1. kebenaran dan keadilan (ayat 2),
  2. kuasa-Nya untuk memerintah seluruh bumi (ayat 1, 6, dan 9),
  3. kemenangan-Nya atas ilah-ilah palsu (ayat 7), dan
  4. sukacita orang benar (ayat 8-12).

Ester 4:15-17 mengatakan, "Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai, 'Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.' Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya." Oleh karena kehendak Allah, pada waktu itu Ester, yang diangkat sebagai anak oleh Mordekhai yang berasal dari keturunan Yahudi, terpilih sebagai ratu yang mendampingi Raja Ahasyweros dari Kerajaan Persia. Suatu saat Mordekhai mengetahui suatu upaya persekongkolan, yang diprakarsai Haman dengan rencana dan muslihatnya yang jahat, untuk memusnahkan semua orang Yahudi yang tinggal di wilayah kerajaan tersebut. Pada waktu itu, Haman adalah tangan kanan raja, kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan raja. Rencana dan muslihat Haman menyebabkan terjadinya suasana perkabungan yang besar di antara orang Yahudi (ayat 3). Dalam ayat 4 ditulis, "Ketika dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian supaya dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain kabungnya dari padanya, tetapi tidak diterimanya."

Saat Ester mengetahui semua permasalahan yang tengah dihadapi bangsanya, maka ia menyuruh Hatah untuk memberitahukan kepada Mordekhai demikian: "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja" (ayat 10-11). Di sini, Ester menyatakan bahwa ada risiko yang sangat besar yang harus dihadapinya, yakni HUKUMAN MATI, apabila raja tidak berkenan saat ia menghadap raja. Apa yang dilakukan Ester sungguh-sungguh luar biasa! Ia ternyata tidak berpikir demi keamanan dan kepentingan dirinya sendiri. Ester kemudian menyuruh orang menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai, "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati" (ayat 15-16). Ester membangun gerakan doa. Ia yakin akan KUASA dan OTORITAS Kerajaan Allah yang sanggup membuka jalan, yang dapat menerobos dan yang membuat dia berani melawan arus kerajaan dunia.

"Pada hari yang ketiga Ester mengenakan pakaian ratu, lalu berdirilah ia di pelataran dalam istana raja, tepat di depan istana raja. Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu. Ketika raja melihat Ester, sang ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga raja mengulurkan tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu mendekatlah Ester dan menyentuh ujung tongkat itu" (Ester 5:1-2). Alkitab mencatat bahwa kemenangan ada di tangan Ester dan orang-orang Yahudi. Haman dihukum mati dan Mordekhai dihormati. Kemenangan itu terjadi karena:

  1. Wawasan, mental, dan paradigma lokal diubah menjadi wawasan, mental, dan paradigma regional -- teritorial. Wawasan dan mental yang berpusat pada diri sendiri, denominasiku, kelompokku, dan kotaku diubah menjadi wawasan dan mental untuk kepentingan bangsa, negara, wawasan kebangsaan.
  2. Wawasan denominasi diubah menjadi wawasan Kerajaan Allah.

Generasi seperti Ester inilah yang bisa mempersatukan semua gereja masuk ke dalam gerakan doa untuk bangsa-bangsa. Inilah generasi yang mampu mengubah, menerobos, melawan arus, dan generasi yang memerintah teritorial. Inilah generasi Ester yang dapat mengubah nasib bangsanya dengan gerakan DOA PUASA yang sangat luar biasa! Sekarang inilah saatnya para pendoa masuk dalam gerakan doa puasa yang sungguh-sungguh dapat mengubah perjalanan sejarah dan nasib bangsa kita, sebagaimana dinyatakan oleh nabi Yesaya, "Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN? Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata, 'Ini Aku!'" (Yesaya 58:4-9a)

"JADILAH KEHENDAK-MU DI BUMI SEPERTI DI SURGA." (MATIUS 6:10B)

Doa tidak bisa memaksakan supaya kehendak kitalah yang jadi, tetapi kehendak Bapalah yang jadi, sebab kehendak-Nya adalah yang terbaik untuk kita. Dan kehendak Bapa tersebut tertulis dalam Kitab Yeremia 29:11, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Orang yang dalam keadaan apapun, dan setiap hari hatinya serta doanya mengatakan: "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga", adalah orang yang di dalam hidupnya terdapat ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Takut akan Allah. Orang yang hidupnya takut akan Allah adalah orang yang sangat suka akan perintah-Nya (Mazmur 1:12); juga adalah orang yang merenungkan firman siang dan malam, ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air yang menghasilkan buahnya pada musimnya dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mazmur 1); IALAH ORANG YANG BERBAHAGIA.

  2. Bersandar kepada Bapa, berharap sepenuhnya kepada Bapa, dan selalu menanti-nantikan Bapa setiap waktu. Inilah orang yang hatinya teguh, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan, dan tidak takut menghadapi masalah apapun (Mazmur 112).

  3. Rohnya orang itu kuat, tidak mudah goyah, dan hidupnya menjadi berkat untuk orang lain serta berkemenangan.

Ilustrasi berikut ini menjelaskan bahwa kehendak Bapa itu yang terbaik. Ada sebuah kapal yang tenggelam di tengah lautan lepas karena amukan badai. Semua penumpang beserta awak kapal tewas, kecuali satu-satunya pemuda yang selamat. Ia terdampar di sebuah pulau kecil yang tak berpenghuni, sehingga mustahil ada seseorang lainnya yang menolong dia. Pemuda yang ternyata adalah orang Kristen tersebut terus berdoa memohon pertolongan kepada Tuhan, namun sejauh mata memandang hanya terlihat lautan luas dan semak di sekelilingnya. Tidak ada tanda-tanda akan ada orang yang datang menolongnya. Maka ia pun lalu membuat pondok kecil dari beberapa potong kayu dengan atap alang-alang kering. Ia tidak punya persediaan makanan, sehingga setiap hari ia masuk ke dalam hutan dekat pondoknya untuk mencari buah yang dapat dimakan. Pemuda ini terus berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkan pertolongan dan perlindungan. Suatu hari ketika ia kembali dari mencari makanan, ia menemukan pondoknya telah habis dilalap api. Rupa-rupanya ia lupa mematikan api sehingga menyebabkan kebakaran pondoknya. Pemuda itu termenung sambil memandangi asap yang membumbung tinggi. Ia menjadi kecewa dan marah kepada Tuhan karena ia merasa bahwa semuanya telah dirampas darinya, sepertinya Tuhan menghendaki ia menjalani penderitaan yang lebih berat lagi. Ia duduk dan menangis sambil berteriak, "Tuhan, apakah semua penderitaan saya belum cukup? Mengapa Engkau membiarkan saya seperti ini?" Di dalam keputusasaannya, ia tertidur lelap sepanjang malam itu. Keesokan paginya ia terbangun karena mendengar suara yang menderu, dan suara itu sepertinya semakin mendekat. Ia berdiri dan memandangi lautan di depannya di mana tampak sebuah kapal yang terus melaju ke arahnya, ternyata kapal tersebut datang untuk menyelamatkannya. "Bagaimana Anda bisa datang ke sini, padahal pulau ini jarang sekali dikunjungi orang?" tanyanya kepada orang yang datang menyelamatkan dia. "Kami melihat asap yang naik ke atas," jawab mereka.

Ketika sesuatu yang amat sulit, beban berat, masalah besar terjadi dalam hidup kita, sering kali kita menjadi kecewa, marah, bersungut-sungut, dan sering kali kita berpikir bahwa Tuhan mengabaikan kita. Di tengah-tengah penderitaan, kita sering kali kecewa dan lupa bahwa sesungguhnya Bapa mengasihi kita, pertolongan-Nya yang ajaib pasti datang, Bapa pasti menyatakan KEHENDAK-NYA yang terbaik buat kita. Bapa selalu bekerja dengan cara-Nya yang ajaib untuk membebaskan kita. Kasih-Nya tidak akan membiarkan kita berada di tengah-tengah penderitaan yang berkepanjangan. Di tengah-tengah keterbatasan kita, sering kali Ia mengizinkan sesuatu yang berat terjadi dalam hidup kita, tetapi di balik itu, rencana-Nya dan pertolongan-Nya yang ajaib dinyatakan kepada kita. Oleh karena itu, TETAPLAH BERDOA: "JADILAH KEHENDAK-MU."

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Sekolah Doa
Judul asli artikel : Hal Berdoa -- Doa Bapa Kami
Penulis : J. H. Gondowijoyo
Penerbit : Andi, Yogyakarta 2004
Halaman : 44 -- 56

Komentar