Merayakan 30 tahun
melayani bersama
Seperti tanaman tidak dapat hidup tanpa air, demikian pula kebangunan rohani di kota-kota kita tidak dapat terjadi tanpa doa. Benih-benih yang telah ditabur, diairi oleh air mata para pendoa syafaat, menghasilkan jiwa-jiwa yang bertobat dan datang kepada Tuhan. Air melunakkan tanah yang kering kerontang. Air membawa mineral yang memberikan kesuburan. Air memberikan kehidupan bagi tunas yang baru muncul. Air mata para pendoa syafaat telah membanjiri dunia, mempersiapkan sebuah kebangunan rohani besar- besaran yang akan terjadi di akhir zaman ini.
Di Dunia
David Barrett memperkirakan, ada 170 juta orang Kristen di seluruh dunia yang berdoa setiap hari bagi kebangunan rohani dunia. Dari jumlah ini, 20 juta menganggap doa syafaat sebagai pelayanan utama mereka. Diperkirakan pula, ada 10 juta kelompok doa yang bertemu secara teratur dengan tujuan mendoakan kebangunan rohani di dunia. (Sumber: "The Days of God´s Visitation". Charisma, Januari 1997).
19 September 1998 merupakan hari yang bersejarah, karena pada hari itu, World Prayer Center (pusat doa dunia) dibuka di Colorado Springs, Colorado. Dimulai dengan sebuah nubuatan pada tahun 1992 yang menyatakan bahwa gerakan doa dunia akan melebihi apa yang dibayangkan saat itu. Setahun kemudian, Peter Wagner, seorang pakar pertumbuhan gereja dan doa, bertemu dengan Ted Haggard, gembala gereja New Life di Colorado Springs yang kemudian mengajaknya membangun sebuah pusat doa dunia di kota tersebut. Visi ini diwujudkan dengan sebuah gedung megah, lengkap dengan auditorium yang memuat 500 orang, 10 ruangan yang dapat digunakan untuk doa puasa, selain gua-gua doa. World Prayer Center (WPC) merupakan pusat penghuhung para pendoa syafaat dunia. Sebuah jaringan dirancang sedemikian rupa sehingga 50 juta pendoa syafaat dapat mendoakan hal yang sama pada saat yang sama di seluruh dunia. Sebuah permohonan doa yang sangat mendesak di Bangladesh akan didoakan dengan segera di Jepang, Ekuador, Ghana, Swedia, dan di negara-negara lain. WPC juga dihubungkan dengan 120 National Prayer Network, atau kantor-kantor doa nasional di tiap-tiap negara yang akan memberikan update mengenai gerakan doa di bangsa mereka.
(Sumber: Prayer Track News, Jul-Sept 1998)
"Reconciliation Walk" atau Jalan Pendamaian sedang dilakukan di seluruh penjuru dunia. Kelompok-kelompok pendoa syafaat mengadakan doa rekonsiliasi di daerah-daerah yang pernah terjadi perpecahan atau peperangan, seperti di tempat pembantaian orang Indian oleh orang Amerika, tempat terjadinya perang Salib, dan lain-lain. "Reconciliation Walk" juga memasukkan Libanon, Turki, dan Siria dalam agenda mereka.
Di Jendela 10/40
Jendela 10/40 adalah daerah di khatulistiwa, antara 10 derajat dan 40 derajat Lintang Utara, antara Afrika dan Asia Timur, sebuah daerah yang paling membutuhkan Injil, karena 97% penduduknya belum terjangkau Injil. Bulan Oktober 1993, 249 tim melakukan perjalanan doa ke Jendela 10/40. Dua tahun kemudian, tahun 1995, peserta meningkat drastis. Ada 35,3 juta pendoa syafaat dari 143.447 gereja mendoakan 100 kota di Jendela 10/40. Selain itu, 407 tim doa datang ke kota-kota di Jendela 10/40 untuk bersyafaat. (Sumber: "The Days of God´s Visitation" oleh Dick Eastman. Charisma, Januari 1997)
Di Asia
Sebuah gerakan doa syafaat bagi Asia yang bernama "Prayer Wave Asia" (Gelombang Doa Asia) dimulai tahun 1997. Gerakan Gelombang Doa Asia ini menyatukan gereja-gereja di Asia untuk berdoa bagi kelepasan/kemerdekaan orang-orang yang terikat di benua ini. Dengan tema "Biarkan Umat-Ku Pergi", gerakan doa ini mengkonfrontasi kuasa "Firaun" yang telah mengikat dan menekan "unreached people Group" (kelompok suku terabaikan) di Asia. (Sumber: brosur Prayer Wave Asia)
Di Amerika
Gembala-gembala mulai menyadari pentingnya doa bersama dengan hamba Tuhan lainnya di kota mereka. Asian Task Force (ATF) yang berada di bawah pimpinan Pdt. Paul Tan, merupakan persekutuan para hamba-hamba Tuhan dari Asia yang tinggal di Amerika. Mereka membangun hubungan untuk meningkatkan sinergi dalam pelayanan dan mematahkan kuasa kegelapan yang membutakan mata orang Asia terhadap Injil. Konferensi dan pertemuan-pertemuan doa merupakan bagian dari agenda mereka.
Selain itu, para pemimpin mulai bergerak dalam doa dan puasa. Bill Bright, pemimpin "Campus Crusade for Christ", selama tiga tahun berturut-turut mensponsori tiga hari doa dan puasa bagi Amerika. Ribuan orang dari seluruh Amerika yang dihubungkan dengan satelit mengikuti acara tersebut.
(Sumber: "God is Up to Something!" oleh David Bryant)
Di Houston
Sebuah gedung yang mirip garasi (warehouse) digunakan sebagai "bukit doa". Spanduk besar bertuliskan "Prayer Mountain" yang dipasang di gedung tersebut pasti terbaca oleh orang-orang yang lalu lalang di dua jalan layang utama di kota tersebut. Bukit doa ini merupakan ekspresi kesehatian dan kasih di antara gereja- gereja di kota tersebut. Tiap malam, tim pujian dan penyembahan yang berbeda melayani di tempat tersebut. Malam ini, pujian dinyanyikan dengan irama Tiongkok, malam berikutnya dengan nada Meksiko dan seterusnya. Kota Houston merupakan pelopor dan contoh kota yang telah ditutupi dengan doa-doa umat Kristen di sana. (Sumber: Prayer Mountain -- Houston oleh Renee DeLoriea)
Di Argentina
Gereja Tuhan membuat rencana untuk membangun 2.000 rumah doa atau keluarga yang memiliki komitmen untuk berdoa syafaat bagi komunitas mereka, sehingga seluruh kota/negara ditutupi oleh tirai doa secara menyeluruh. Para gembala juga bertemu sebulan dua kali dalam retreat doa bersama.
(Sumber: "God is Up to Something!" oleh David Bryant)
Di Filipina
Melanjutkan "Marc for Jesus" (Berbaris Bagi Yesus) yang diikuti oleh 330.000 orang pada bulan Juni 1994, sebuah kongres doa mengumpulkan 2.000 gembala dari seluruh pelosok Filipina. Tujuannya untuk memperlengkapi para pemimpin untuk memobilisasi gerakan doa pada komunitas, kota, negara, dan dunia. Apa yang ditulis oleh Zakaria telah digenapi:
"Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati TUHAN dan mencari TUHAN semesta alam! Kami pun akan pergi!" (Zakaria 8:21)(Sumber: "God is Up to Something!" oleh David Bryant)
Di Singapura
Sebuah gerakan doa terjadi secara dahsyat di Singapura, tepatnya pada tanggal 27 April - 1 Mei 2004 silam. Setelah gebrakan seminar yang diadakan oleh Rev. Ed Silvoso, umat Kristen di Singapura termobilisasi untuk menjangkau kota melalui doa. Empat hari berturut-turut, acara yang disebut National Charity Walk-athon ini, menjadi terobosan baru bagi Singapura. Sekitar 40.000 umat Kristen (dari berbagai negara) berjalan santai di sepanjang kota dengan rute-rute strategis yang telah diatur. Dimulai pk. 06.30 pagi hingga 12.30 siang, umat Kristen memuji Tuhan dan terus menaikkan doa-doa, tanpa mempedulikan cuaca yang panas. Jika diperhatikan, pada rute-rute tersebut, telah diletakkan pokok- pokok doa yang mudah terbaca sehingga orang-orang yang melewatinya dapat mendoakan. Suasana doa memenuhi Singapura pada saat itu, sebuah seruan untuk mengubah kota.
Di Indonesia
Gereja-gereja di seluruh Indonesia mengambil bagian dalam doa puasa 40 hari bagi bangsa dan negara yang dimulai 1 Juli hingga 10 Agustus 1998. Di kota-kota besar juga diadakan pertemuan-pertemuan doa, seperti di Semarang, yang melibatkan 10.000 umat Tuhan. Gerakan doa rekonsiliasi juga telah dimulai beberapa kali, diawali di tahun 1995 bersama tim doa "Praying Through the Window" (Doa di Jendela 10/40) dan John Dawson, pertengahan 1998. Daftar ini berkembang terus dan bertambah panjang. Tidak hanya dalam tingkatan negara, namun dalam kota, hamba-hamba Tuhan bekerja bersama-sama dalam berbagai kegiatan doa, antara lain:
Konser doa (rally doa bersama dengan fokus untuk kebangunan rohani di gereja, kota, negara, dan dunia).
Doa berjalan (berdoa syafaat bagi komunitas, saat orang-orang Kristen yang dibagi dalam tim berjalan menyusuri komunitas mereka).
Doa keliling (sebuah tim pendoa berdoa mengelilingi kota dengan kendaraan, mendoakan tempat-tempat penting dan strategis).
Doa berbaris (contohnya: Berbaris Bagi Yesus, dimana umat Tuhan bersyafaat untuk kotanya dengan cara berbaris ke pusat kota sambil menyanyikan puji-pujian).
Perjalanan Doa (tim-tim pendoa syafaat pergi ke suku atau bangsa tertentu untuk berdoa di tengah-tengah mereka).
Kegiatan-kegiatan di atas dapat pula dilakukan oleh sebuah gereja lokal, selain tren doa yang telah dilaksanakan di gereja-gereja lokal seperti: menyediakan ruang doa 24 jam, mengadakan doa berantai, menggerakkan altar keluarga, membuat buletin doa, membentuk perkumpulan doa, dan kegiatan-kegiatan doa lainnya.
Waktu kairos Allah bagi Indonesia adalah sekarang ini! Waktu Allah ini didukung pula dengan gencarnya gerakan doa, baik dari luar negeri maupun dari Indonesia sendiri, untuk menumbuhkan bibit-bibit kebangunan rohani yang telah ditaburkan.
Namun demikian, ada bagian yang harus dilakukan oleh gereja Tuhan, yaitu kesehatian untuk menaruh kepentingan jiwa-jiwa di kota, di atas interpretasi dan metodologi gereja masing-masing. Sebuah panggilan untuk mengutamakan yang utama.
Bahan Diambil Dari:
Judul Buku: | : | Kota Doa -- Mengobarkan Api Kebangunan Rohani di Komunitas Anda |
Judul Artikel | : | Gerakan Doa bagi Kota Anda |
Penerbit | : | Harvest Publication House, Jakarta, 1998 |
Penulis | : | Jimmy B. Oentoro |
Halaman | : | 262 - 267 |