Mengapa Doa Sering Terasa Mustahil

Setiap kali saya bertemu dengan orang percaya untuk pertama kalinya, entah mereka bergabung dengan gereja kami sebagai anggota atau mereka adalah pemimpin pelayanan dalam konteks lain, saya suka bertanya, "Seperti apa doa bagi Anda?" Sering kali, tanggapan yang saya dapatkan adalah rasa bersalah: mereka menundukkan kepala dan mengakui kehidupan doa mereka tidak seperti seharusnya. Mengapa?

Kita semua hidup dengan kesenjangan antara siapa kita dan siapa yang kita inginkan. Ada kesenjangan antara di mana kita saat ini dan di mana kita berharap berada di sana pada tahap kedewasaan selanjutnya. Kesenjangan ini dapat menuntun kita merasa bersalah dan malu, atau dapat berfungsi sebagai dorongan -- dorongan menuju kehidupan yang lebih dalam, untuk berdoa, dan untuk memulai sekarang juga.

Ketika pendeta sekaligus penulis John Starke memperkenalkan doa dalam buku barunya, "mustahil" adalah salah satu kata pertama yang dia gunakan. Bukan karena dia percaya bahwa doa itu mustahil -- justru sebaliknya -- melainkan karena itu adalah perasaan dominan terhadap doa bagi banyak orang percaya. Dia menjelaskan:

Saya pernah duduk dengan seorang ibu muda yang merupakan wakil presiden di salah satu jaringan televisi besar di New York. Dia bekerja di bidang kompetitif dan baru saja melahirkan anak keduanya. Gagasan untuk meluangkan waktu dalam doa -- sesuatu yang dia inginkan -- tampak membingungkan dan mustahil. Namun, dia juga tahu bahwa memasuki dunia yang sibuk, dengan tekanan keluarga dan panggilan, tanpa kehidupan spiritual sepertinya mustahil. (5)

Paradoks ini menjadi inti dari buku Starke yang berjudul "The Possibility of Prayer: Finding Stillness with God in a Restless World" (Kemungkinan Doa: Menemukan Ketenangan dengan Allah di dalam Dunia yang Gelisah). Bagi banyak dari kita, doa terasa mustahil. Akan tetapi, kita juga mengakui: hidup tanpa doa itu mustahil. Jadi, dari mana kita memulai?

Kemustahilan Doa

Gambar: Doa sering terasa mustahil

Selama beberapa tahun, Starke telah melayani sebagai pendeta pengajar di Apostles Church di kota New York. Posisi dan kota ini memberi Starke perspektif unik dalam mengembangkan kehidupan yang penuh doa dalam waktu-waktu sibuk. Ada pepatah tentang Kota New York: jika Anda bisa berhasil di sini, Anda bisa berhasil di mana saja. Saya merasakan hal serupa dengan membaca buku ini: jika Anda dapat membuat doa "berhasil" di sini, Anda dapat membuatnya berhasil di mana saja. Saya kira Anda akan mengerti maksud saya.

"The Possibility of Prayer" membahas hambatan implisit yang dihadapi oleh banyak dari kita, bahwa "kehidupan doa yang mendalam dan memuaskan bukanlah untuk saya" (4). Mungkin Anda pernah merasakan ini. Bukankah kehidupan doa yang mendalam jauh lebih sulit sekarang ini dibandingkan pada generasi sebelumnya? Hanya biksu, orang biara yang mengkhususkan hidupnya untuk berdoa, dan orang tanpa pekerjaan harian, kita mungkin berasumsi, yang dapat menyebut kehidupan doa mereka "memuaskan". Seperti apakah kehidupan doa yang dalam dan memuaskan ini, dan untuk siapakah ini? Starke menjawab:

Kehidupan doa, penuh sukacita, kekuatan, dan kekaguman adalah untuk Anda. Ini bukan untuk "orang lain". Doa bukan untuk elite spiritual. Ini untuk Anda ... Saya tahu kelihatannya tidak demikian, tetapi semuanya itu dipersiapkan untuk menyambut kemenangan. (5, 9)

Buku "Possibility" dibagi menjadi dua bagian, masing-masing terdiri dari enam bab. Di Bagian 1, Starke menjelaskan beberapa realitas yang perlu kita pahami jika kita ingin percaya bahwa doa itu mungkin dan bahwa memulainya tidak terlalu sulit. Di Bagian 2, Starke memperkenalkan enam praktik yang harus dijalankan -- bukan teknik yang harus dikuasai -- untuk mengusahakan keintiman dengan Allah. Starke berpendapat bahwa ada tiga jalur utama (persekutuan, meditasi, dan kesendirian) dan tiga jalur sekunder, dalam artian mereka tidak dilakukan setiap hari -- puasa dan pesta, istirahat Sabat, dan ibadah bersama.

Secara keseluruhan, Starke memberi kita teologi praktis tentang doa, kemudian memperkenalkan kita pada praktik doa yang dimulai dengan sederhana, berkembang perlahan, dan menuntun kita ke persekutuan yang lebih dalam dan lebih terhubung dengan Allah.

Doa Dipersiapkan untuk Kemenangan

Bagaimana mungkin, seperti yang ditegaskan Starke, pengejaran kita akan doa yang dalam itu "dipersiapkan untuk kemenangan"? Saya menghitung beberapa cara Starke percaya kehidupan doa yang mendalam dapat diakses dan, pada tingkat tertentu, tak terelakkan bagi pengikut Kristus.

1. Doa Dimulai dengan Allah

Seperti panggilan untuk beribadah pada awal kebaktian, doa dimulai bukan dengan kita -- bukan dengan mengumpulkan tenaga atau memberi selamat atas usaha kita -- melainkan dengan Allah sendiri. Dia telah memanggil kita kepada diri-Nya sendiri. Dia telah membuat doa menjadi mungkin. Dia mengundang kita, bukan sebaliknya.

Meskipun kita mungkin tergoda untuk memulai dengan kata-kata Yesus dalam doa, Starke menyarankan kita untuk memulai lebih jauh lagi:

Pertanyaan pertama dalam membaca cerita bukanlah apa yang Yesus lakukan dan bagaimana Dia melakukannya, melainkan apa yang Yesus tawarkan dan bagaimana kita menempatkan diri dalam posisi untuk menerima-Nya? Yesus mencoba membuat kita melihat bukan siapa yang perlu kita ajak berteman, melainkan apa yang kita butuhkan agar Yesus berteman dengan kita! Dan, tentu saja, Yesus berteman dengan orang yang sakit dan membutuhkan. (19)

Allah mengundang kita untuk mengenal dan menikmati Dia dalam doa. Itulah tempat kita bertemu dengan Allah dan menemukan kesembuhan dan kedamaian-Nya. Oleh karena itu, pekerjaan utama doa telah diselesaikan; di kayu salib, Yesus telah membuka jalan bagi kita untuk duduk di hadapan Bapa tanpa rasa takut atau malu.

Membaca "The Possibility of Prayer", saya dikejutkan lagi dengan kuasa Injil Yesus. Dari 20 buku atau lebih tentang doa di rak buku saya, saya dapat mengatakan bahwa buku Starke adalah yang paling berpusat pada Injil, meskipun menurut saya dia tidak pernah menggunakan frasa tersebut. Injil meresapi setiap halaman. Semuanya dimulai dengan Allah.

2. Doa Tidak Lepas dari Realitas

Orang yang skeptis mungkin menolak doa sebagai omong kosong agama, tetapi Starke menunjukkan kepada kita bahwa doa bukanlah langkah menjauhi kenyataan; doa adalah langkah menuju realitas yang lebih dalam. Dalam bab tentang doa dan rasa sakit, Starke memberikan beberapa contoh dari mereka yang telah belajar berdoa melalui penderitaan. Sepanjang jalan, Starke sering membaca Mazmur untuk membimbing kita bagaimana berdoa melalui penderitaan.

3. Doa Mengubah Kita

Di Bagian 2 tentang praktik doa, Starke menarik kita kembali ke pengamatan awal bahwa doa terasa mustahil, namun sesungguhnya hidup tanpa doa itulah yang mustahil. Dia membahas tentang tawaran budaya kita yang tidak mengenal doa, mulai dari citra hingga status dan dari kendali hingga kenyamanan. Namun, kita tahu tidak ada yang bisa memuaskan kita; mereka sudah pasti tidak bisa membawa kita menuju kedewasaan. Starke menunjukkan bahwa perdamaian dan transformasi tidak mungkin terjadi selain dari doa. Saat dia menjelaskan, "Doa mengubah kita dengan memperkecil jarak antara siapa diri kita sekarang dan seperti apa kita rindu menjadi dalam Kristus. Kita tidak diselamatkan atau dikuduskan oleh kebiasaan baik, tetapi kebiasaan tertentu menempatkan kita di jalan transformasi dan perubahan" (92).

Transformasi bukanlah tujuan doa. Persekutuan -- sekadar berada dengan Allah -- adalah tujuan yang sebenarnya. Meski begitu, tidak ada yang mengubah kita seperti meningkatnya persekutuan dengan Allah dalam doa. Starke menggambarkan "lingkaran kebajikan" yang berkembang melalui doa: "(1) Kita merenungkan diri kita secara mendalam dalam hadirat Kristus, dan dengan melakukan itu, (2) kita menemukan diri kita aman dalam Kristus, yang menuntun kita untuk (3) menemukan sumber daya dan kekuatan untuk mengasihi mereka yang dikasihi Kristus. Akan tetapi, untuk mempertahankan perilaku mengasihi orang-orang yang Kristus kasihi itu, (4) kita didorong kembali ke kesendirian ke sumber daya ilahi yang tak terbatas" (133).

4. Doa Tidak Terlalu Rumit

Meditasi adalah praktik membaca firman Allah secara mendalam dan membalikkannya kembali dalam doa. Starke tidak menawarkan skema besar atau teknik cepat. Sebaliknya, dia menawarkan suatu versi dari model doa ACTS yang sudah dikenal (Adoration/Pemujaan, Confession/Pengakuan dosa, Thanskgiving/Pengucapan syukur, Supplication/Permohonan), hanya dengan kata-katanya sendiri dan dengan penjelasan yang memadai (116-17).

Starke menempatkan praktik doa sederhana dan klasik ini dalam bahasa yang baru, dan menciptakan jalan menuju transformasi yang membuat saya ingin memulainya sekarang.

5. Doa Itu Menyenangkan

Saya tidak yakin bagaimana lagi mengatakannya: Membaca "Possibility" mengingatkan saya bahwa doa itu menyenangkan. Itu memuaskan. Itu menenangkan. Itu menggembirakan.

Kita adalah makhluk dengan kebiasaan, dan, seperti anjing Pavlov, kita kembali ke hal yang memberi kita makanan dan kesenangan. Meskipun pola manusia ini sering dieksploitasi oleh dosa, mari kita ingat: rancangan Allah adalah memberi kita rasa lapar akan diri-Nya sendiri dan untuk memuaskan rasa lapar itu melalui doa dan penyembahan.

Starke memakai satu bab utuh untuk membahas tentang berpuasa dan berpesta. Keduanya, tegasnya, adalah jalur spiritual untuk menikmati Allah dengan lebih penuh. Puasa mengajari kita untuk lapar; pesta mengajari kita untuk kenyang. Puasa melindungi kita dari kelesuan spiritual; berpantang makanan mengajarkan kita untuk lapar akan Allah melebihi makanan dan minuman yang biasanya kita dambakan. Berpesta melindungi kita dari memprioritaskan disiplin daripada kegembiraan; menikmati makanan dan minuman adalah cara untuk berpartisipasi dalam kebaikan dan kedekatan kerajaan Kristus.

Meskipun secara klasik tidak diasosiasikan sebagai bentuk doa, baik puasa maupun pesta "mengajari kita tentang surga dan bagaimana menjadi puas ketika kita sampai di sana" (145). Seperti yang ditulis Starke:

Irama pesta dan puasa membentuk hati yang tenang dengan Allah daripada hati yang gelisah mendambakan hal-hal dunia ini. Itu membuat kehidupan yang penuh doa menjadi lebih mudah. Puasa mengajarkan hati saya untuk lapar akan hal-hal yang mendalam tentang Allah. Doa adalah pesta harian untuk hal-hal itu. (149)

Membuat Yang Mustahil Menjadi Mungkin

Pada akhirnya, duduk diam bersama Tuhan dalam doa tampaknya tidak mustahil, tetapi cukup mudah didekati, menarik, dan menyenangkan.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Starke membantu kita melihat kehidupan doa yang mendalam sebagai sesuatu yang jauh lebih mungkin daripada yang mungkin kita sadari. "Possibility" terus-menerus mengundang kita untuk memulai dengan sederhana dan rendah hati, tetapi ia tidak membuat kita puas dengan doa yang singkat dan berulang-ulang. Sebaliknya, dari kesederhanaan, Starke mengarahkan kita ke kedalaman, dan setiap bab membawa kita lebih jauh ke dalam kualitas baru hubungan dengan Allah. Pada akhirnya, duduk diam bersama Tuhan dalam doa tampaknya tidak mustahil, tetapi cukup mudah didekati, menarik, dan menyenangkan.

Penekanan berat "Possibility" adalah pada doa yang bersifat pribadi dan devosional. Meskipun penekanannya tidak eksklusif (bab tentang ibadah bersama menutup buku ini), fokus pada dimensi kontemplatif doa adalah kekuatan dan kelemahannya.

Saya pribadi ingin melihat lebih banyak hubungan antara doa kontemplatif dan apa yang disebut doa "perang" atau "menegaskan" -- berdoa agar kerajaan Allah datang dan kehendak-Nya terlaksana. Starke dengan lihai menunjukkan bahwa doa dapat mengubah kita, tetapi hanya sedikit yang menunjukkan bahwa doa dapat banyak mengubah di luar hati kita sendiri. Doa dapat dan harus juga mencakup memohon kepada Allah untuk karya penyelamatan-Nya dalam kehidupan sesama dan rekan kerja kita, untuk kebangkitan gereja kita, dan untuk pembaruan dunia.

Berdoa "datanglah kerajaan-Mu" tidak bertentangan dengan doa yang reflektif dan memuaskan jiwa; yang pertama sering kali merupakan pintu gerbang ke yang kedua. Doa kita agar dunia menjadi benar dapat menjadi cara hati kita dijadikan benar.

Meskipun demikian, saya menyelesaikan "The Possibility of Prayer" karya Starke dengan cepat-cepat ingin berdoa -- untuk menempatkan diri saya di hadapan Bapa kita yang penuh kasih dan membiarkan karya pemulihan-Nya mengalir melalui saya dalam percakapan. Dalam kehidupan saya yang sibuk dan sering berantakan, itulah yang paling saya butuhkan. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Gospel Coalition
Alamat situs : https://www.thegospelcoalition.org/reviews/possibility-prayer-john-starke/
Judul asli artikel : Why Prayer Often Feels Impossible
Penulis artikel : Jeremy Linneman

Komentar