Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
"O, Guruku yang ilahi, ajarkan aku bahasa diam yang mengatakan banyak hal ini." (Jean-Nicholas Grou)
Richard Foster dalam bukunya Prayer: Finding the Heart's True Home, mengatakan bahwa Doa Kontemplasi, menenggelamkan kita ke dalam keheningan Allah. Betapa sangat butuhnya kita yang tinggal dalam dunia modern ini memerlukan baptisan tanpa kata ini! Kita semua telah menjadi seperti yang diucapkan oleh bapa gereja yang mula-mula Klemen dari Alexandria, seperti sepatu tua -- semua usang, kecuali lidah kita. Kita hidup dalam sebuah dunia penuh kata dengan sistem telekomunikasi teknologi tinggi yang canggih. Kita kini memiliki perbedaan yang belum pasti antara mampu mengkomunikasikan lebih banyak hal dan mengatakan lebih sedikit ketimbang peradaban mana pun dalam sejarah.
Isaac dari Niniwe, seorang imam Siria, pernah melakukan observasi, katanya: "Mereka yang menikmati banyak kata, walaupun mereka mengucapkan kata yang menyanjung, sebenarnya kosong di dalam." Dewasa ini kita semua berada dalam bayangan teguran observasinya.
Doa Kontemplasi adalah satu disiplin yang dapat membebaskan kita dari kecanduan kita akan kata. Kemajuan dalam keintiman dengan Allah berarti kemajuan menuju keheningan. "Hanya dekat dengan Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku," kata Pemazmur (Mzm. 62:1). Bapa gereja dari gurun pasir, Ammonas, salah satu murid Santo Anthony, menulis.
"Justru keheningan yang memiliki daya cipta inilah yang disebut sebagai Doa Kontemplasi."
Sebuah Peringatan dan Sebuah Pencegahan
Foster memberikan sebuah peringatan, seperti peringatan pada kemasan obat dari dokter. Doa Kontemplasi bukanlah untuk para pemula. Ini tidak berlaku untuk jenis doa lain. Apa pun tingkatannya, semua pendoa boleh dengan bebas melakukan penyembahan, renungan, syafaat, dan bentuk-bentuk doa lain. Namun, Doa Kontemplasi berbeda. Walaupun kita semua sama di hadapan Allah, kita semua tidak siap untuk mendengarkan "ucapan Allah dalam keheningan-Nya yang ajaib, menggentarkan hati, lembut, penuh kasih, dan mencekam".
Seorang bayi diberi susu dan bukan daging sapi karena daging tidak akan membuatnya sehat. Seorang yang baru belajar tentang listrik tidak diizinkan untuk melakukan tugas seorang yang sudah berpengalaman karena ia belum siap melakukannya dan bila ia memaksa melakukannya, itu bisa berbahaya.
Demikian juga dengan kehidupan rohani. Kita harus belajar mengalikan angka sebelum mencoba rumus-rumus matematika lain. Secara sederhana ini menggambarkan dunia spiritual dan Anda bisa saja salah bila tidak mengetahuinya.
C.S. Lewis mengatakan kepada sahabatnya Malcolm bagaimana sejak awal ia sudah mencoba berdoa dalam keheningan dan gagal total. Ia menulis,
"Saya masih berpikir bahwa doa tanpa kata adalah yang terbaik -- jika seseorang benar-benar bisa melakukannya. Tetapi kini saya melihat bahwa dalam upaya untuk menjadikannya sebagai suatu kebiasaan sehari-hari, saya harus memiliki mental yang lebih kuat dan kekuatan rohani lebih dari yang saya miliki saat ini."
Untuk berdoa dengan berhasil tanpa kata, seseorang perlu berada dalam kondisi puncak.
Apa yang dikatakan Lewis itu benar. Doa Kontemplasi diperuntukkan bagi mereka yang telah cukup lama melatih otot rohaninya dan tahu sedikit banyak tentang peta spiritual. Sesungguhnya, mereka yang melayani di bidang peperangan rohani selalu mencari sinyal-sinyal kematangan iman sebelum mendorong individu-individu memasuki Doa Kontemplasi. Beberapa dari indikasi yang lebih umum ialah rasa lapar yang berkesinambung untuk keintiman dengan Allah, kemampuan untuk mengampuni kesalahan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri, suatu keyakinan bahwa hanya Allah saja yang dapat memuaskan kerinduan hati manusia, suatu kepuasan yang mendalam dalam doa.
Peringatan lain ialah bahwa dalam keheningan Doa Kontemplasi, Anda sedang memasuki ke dalam dunia spiritual secara mendalam dan bimbingan supernatural bisa saja bukan berasal dari Allah. Sementara Alkitab tidak memberikan banyak informasi tentang dunia spiritual, kita tahu bahwa ada banyak hirarkhi makhluk-makhluk roh.
Anda harus tahu bahwa "si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Ptr. 5:8), tetapi di pihak lain, Anda juga tahu bahwa "Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia" (1 Yohanes. 4:4).
Berikut adalah doa perlindungan yang biasa dipanjatkan Luther, "Lindungi kami, Tuhan, dengan tangan kananmu. Selamatkan kami dari kejahatan dosa yang mengerikan." Foster biasa berdoa, "Dengan kuasa Allah Yang Mahakuasa, aku tutup diriku dengan darah Yesus, dengan cahaya Kristus, dan aku materaikan diriku dengan salib Kristus. Semua kuasa kegelapan harus meninggalkan tempat ini. Tak ada pengaruh yang bisa menerobos, kecuali melewati filter cahaya Yesus Kristus, yang dalam nama-Nya aku berdoa. Amin."
Suatu Perhatian yang Penuh Kasih terhadap Allah
Richard Baxter menyebut pengalaman Doa Kontemplasi sebagai "pengalaman penuh sukacita akan perenungan surgawi" dan Nicholas dari Cusa menyebutnya sebagai "pandangan Allah". Sedangkan Madame Guyon menyebutnya sebagai "doa realitas".
Dalam Doa Kontemplasi perkataan ditarik ke belakang dan perasaan dikedepankan. Richard Rolle ketika bertelut di Kapel "tiba-tiba merasakan di dalam dirinya suatu api yang luar biasa dan menyenangkan". Dan John Wesley menyatakan setelah pertemuan Moravian yang masyur di Aldersgate, "Saya merasa hati saya menjadi hangat secara aneh."
Foster menekankan bahwa pengalaman ini lebih pada perasaan ketimbang pikiran, namun ini lebih dalam daripada sekadar emosi. Dalam bahasa perasaan, Doa Kontemplasi mengacu kepada suatu pengalaman akan kehadiran Allah secara mendalam -- semacam telinga batin. Yesaya 55:3 berkata, "Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup."
Ingatlah bahwa Doa Kontemplasi diperuntukkan bagi para veteran dalam kehidupan iman. Ini bukanlah bagi orang yang mudah diombang ambingkan dengan pelbagai doktrin atau hembusan emosi. Mereka adalah orang yang rindu untuk menjauhi kehidupan dunia, kedagingan, dan si jahat. Mereka adalah orang-orang yang melalui pengalamannya yang luas mengetahui perbedaan antara semangat kerohanian yang temporer dan suatu keyakinan mapan yang diberikan oleh Roh Kudus. Mereka dapat membedakan suara Kristus dari suara-suara manusia yang penuh tipu daya.
Bersatu dengan Allah
Apakah sasaran dari Doa Kontemplasi? Jawaban Juliana dari Norwich mungkin bisa menjelaskan, katanya, "Alasan mengapa kita berdoa ialah supaya kita bisa memiliki visi dan perenungan dari Dia kepada siapa kita berdoa."
Dan Madame Guyon menulis,
Kita sekarang tiba pada tahapan terakhir dari pengalaman Kristen: Bersatu dengan Allah. Ini tidak dapat diperoleh hanya melalui pengalaman Anda. Perenungan tidak akan membawa kita ke sana; tidak juga kasih, penyembahan, ibadah, pengorbanan Anda... Akhirnya dibutuhkan tindakan Allah untuk membuat persatuan itu menjadi kenyataan."
Ungkapan ini mengingatkan kita akan ucapan Yesus dalam Yohanes 15 tentang pokok anggur yang benar. "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting -rantingnya... Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. .. supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita" (Yoh. 15:5,11; 17:21).
Bersatu dengan Allah bukan berarti kita kehilangan kepribadian kita, tetapi justru sebaliknya: kita mencapai kedewasaan penuh dalam kepribadian kita. Kita menjadi seperti yang direncanakan-Nya bagi kita. Kita menjadi seperti balok kayu dalam api yang menyala; balok yang menyala menyatu dengan api, tetapi kita tetap adalah balok.
Dua Persiapan Vital
Bagaimana kita bisa mencapai sasaran bersatu dengan Allah ini? Sementara persatuan adalah pekerjaan Allah dalam hati, ada dua persiapan vital yang bisa kita lakukan: mengasihi Allah dan kemurnian hati.
Doa Kontemplasi dimulai dari kasih akan Allah, seperti motor penggerak. Kita menerima kasih-Nya dan kita membalas kasih-Nya dengan mengasihi Dia. Thomas Merton menulis, "Allah mengasihi Anda, Dia hadir di dalam Anda, hidup di dalam Anda, tinggal di dalam Anda, memanggil Anda, menyelamatkan Anda, dan menawarkan suatu pemahaman dan terang yang tak pernah Anda temukan dalam buku-buku atau dengar dalam khotbah-khotbah."
Pemazmur menyatakan, "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan,dan yang tidak bersumpah palsu" (Mzm. 24:3,4). Dan Yesus meneguhkan pernyataan tersebut, kata-Nya, "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Mat. 5:8).
Yang murni dan tidak murni tak mungkin bersatu padu. Untuk bersatu dibutuhkan sifat yang sama. Kotoran dan emas tak mungkin menyatu. Api harus digunakan untuk membakar yang tidak murni dan memperlihatkan kemurnian emas. Madame Guyon berkata, "Allah mengirim api ke bumi untuk menghancurkan semua kekotoran dalam diri Anda. Tak ada yang bisa melawannya; api menghanguskan semuanya. Hikmat-Nya membakar semua ketidakmurnian dalam diri seorang manusia sehingga membuatnya siap untuk menyatu dengan Allah."
Kita menjadi responsif terhadap Allah. Kita hanya melihat apa yang dilihat Bapa. Kita hanya menginginkan satu hal, yakni Allah sendiri. Inilah kemurnian hati.
Belajar Menenangkan Diri
Itu berarti kita menenangkan diri sendiri sampai kita bersatu atau menjadi utuh. Basil Pennington menggunakan frase centering prayer (doa yang dipusatkan). Sue Monk Kidd menyebutnya prayer of presence (doa hadirat) dan kelompok Quakers menyebutnya dengan centering down (memusatkan perhatian). Mereka semua mengacu pada pengalaman yang sama. Gagasannya ialah melepaskan semua yang mengganggu pikiran kita dan merasakan kehadiran Allah di kamar doa kita. Anda mungkin bisa membayangkan Kristus sedang duduk di hadapan Anda. Izinkan Dia untuk menenangkan angin ribut yang sedang berkecamuk dalam hati Anda dengan mengatakan, "Diam, tenanglah." Kita izinkan keheningan-Nya yang teduh menenangkan hati kita yang galau. Foster mengingatkan bahwa pemusatan doa ini tidak begitu mudah pada awalnya.
Doa dalam Diam
Sementara kita mulai terbiasa dengan doa menenangkan diri, kita dihantar kepada langkah kedua dalam Doa Kontemplasi, doa yang menurut Teresa dari Avila disebut sebagai "doa dalam diam". Setelah jiwa kita ditenangkan, kita masuk dalam keheningan yang siap untuk mendengar. Roh kita menjadi waspada dan siap mendengarkan pengajaran yang diberikan Allah.
Sementara kita menunggu di hadapan Tuhan, kita akan diberikan suatu roh yang mau belajar. Jika kita benar-benar mau dan taat, pengajaran Tuhan adalah kehidupan dan terang. Sasarannya ialah menjadikan doa yang siap mendengarkan suara Allah ini menjadi pengalaman setiap hari. Namun, ini tidak terjadi begitu saja. Dengan berjalannya waktu kita akan semakin memiliki perhatian penuh ke dalam batin kita untuk mendengar bisikan-bisikan ilahi dalam semua segi kehidupan -- entah kita sedang memeriksa buku keuangan kita, sedang membersihkan lantai, berkunjung ke tetangga atau berbicara dengan mitra bisnis kita.
Ekstase Spiritual
Langkah terakhir dalam Doa Kontemplasi ialah ekstase spiritual. Ekstase ini sangat berbeda dengan dua langkah sebelumnya. Keadaan ini bukan merupakan upaya kita, melainkan karya yang dilakukan Allah terhadap kita. Bagian dan tanggung jawab kita ialah untuk terus melanjutkan keterbukaan dan penerimaan kita agar Roh Kudus berkarya dalam diri kita. Ekstase ini lebih merupakan upaya Allah dan bukan upaya kita.
Anda pasti ingat akan pengalaman Rasul Paulus yang terangkat sampai ke surga tingkat tiga di mana ia mendengarkan kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia (2 Kor. 12:1-5). Ekstase spiritual merupakan Doa Kontemplasi pada tingkatan tertinggi. Sekali lagi, ini merupakan sesuatu yang diberikan Allah kepada kita dan hanya Dia yang tahu kapan kita siap menerimanya.
Mungkin artikel tentang Doa Kontemplasi ini tidak menarik dan Anda belum pernah mengalaminya. Foster mengatakan bahwa mungkin pada suatu saat akan tiba waktunya di mana kita tidak lagi mampu mengucapkan doa-doa kita -- dan inilah kemuliaannya -- kita masih mampu untuk berdoa tanpa kata-kata. Bersama Gerhard Tersteegen kita dapat berkata, "Memandang Allah, yang Mahahadir, dan mengizinkan Dia memandang kita".
Diambil dari: | ||
Judul majalah | : | Sahabat Gembala Mei 2005 |
Penulis | : | RS |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 25 -- 30 |