Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
SIKAP BAGAIMANA YANG SEHARUSNYA MEMBENTUK BERBAGAI PERMOHONAN SAYA?
Berimanlah bahwa Allah itu cukup berkuasa dan memiliki belas kasihan untuk mau bertindak. "Adakah seorang daripadamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (Matius 7:9-11) Lihat juga Markus 1:40-42, 9:22-24.
Jangan mencoba untuk memproduksi iman. Allah menjanjikan jika kita memiliki kepastian yang murni bahwa sesuatu itu adalah kehendak Allah untuk saat itu, maka kita dapat berdoa untuk hal itu dengan keyakinan yang mutlak (Markus 11:24). Tetapi, iman semacam itu bergantung pada kehidupan kita bersama Allah dalam kedewasaan rohani dan atas dasar suatu pengertian yang lebih dalam yang diberikan Allah khusus tentang situasi itu. Kita diharapkan dan didorong untuk meminta banyak hal tanpa iman yang mutlak ini, dengan hanya beriman pada sifat Allah dan kehendak-Nya yang umum. Allah tidak menjamin bahwa Ia akan mengabulkan apa yang diminta, tetapi Ia pasti akan memberi jawaban. "Tolonglah aku yang tidak percaya ini" (Markus 9:24) merupakan doa yang jujur dan sah.
Didengar itu lebih penting daripada mendapatkan apa yang Anda minta. Alkitab tidak banyak bicara mengenai soal memperoleh hasil dari doa. Alkitab lebih banyak bicara soal doa yang "didengar" atau "dijawab". Agama palsu berorientasi pada hasil; doa Kristen berorientasi pada soal hubungan. "Kita dapat menanggung doa-doa yang ditolak tetapi bukan doa-doa yang diabaikan."
Terimalah "nanti", "tidak", dan diam sebagai jawaban Allah. Bila Allah melihat bahwa Anda sudah cukup beriman untuk menanggung sikap diam-Nya atau jika Allah melihat bahwa Anda siap untuk dimasukkan ke dalam kesengsaraan, secara moral atau jasmani demi kerajaan-Nya, Ia mungkin akan berdiam diri. Dan pada akhirnya doa itu akan dijawab, tetapi dengan cara yang sama sekali berbeda dari yang Anda perkirakan.
Tuhan Yesus memohon kepada Bapa-Nya untuk melepaskan Dia dari keharusan untuk disalibkan. Ibrani 5:7 mengatakan, "Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan." Doa Tuhan Yesus didengar, tetapi jawabannya ialah "tidak" (untuk soal melepaskan dirinya dari penyaliban) dan "ya" (untuk pada akhirnya menyelamatkan-Nya dari maut). Dari lubuk hati yang terdalam, kita perlu mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang terbaik bagi kita dan bagi orang lain. Ia tidak akan memberikan kita batu jika kita meminta roti (dan Ia juga tidak akan memberikan batu jika kita meminta batu).
Bertekun. Meminta satu kali memerlukan iman yang sangat sedikit. Itu sebabnya, Allah sering menunggu untuk melihat apakah kita telah menaruh seluruh harapan kita dalam Dia (atau hanya "mencoba-coba dengan doa") dan apakah kita benar-benar memercayai Dia walaupun dari luar kelihatannya ada yang mencobai kita agar kita putus asa.
Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan-perumpamaan yang keras untuk memacu murid-murid-Nya supaya bertekun di dalam doa. Salah satu perumpamaan itu mengenai seseorang yang memberikan roti kepada tetangganya bukan karena ia temannya tetapi karena tetangga itu terus mengganggunya (Lukas 11:58). Perumpamaan yang lain lagi mengenai seorang hakim yang bukannya memberikan keadilan kepada seorang wanita karena ia memedulikan Allah atau orang lain melainkan karena ia telah muak mendengarkan permohonan yang terus-menerus dari wanita itu (Lukas 18:5). Jika orang-orang yang semacam itu saja akan memberi respons terhadap ketekunan, masakan Allah yang penuh kasih tidak memberi respons?
Dasarkan keyakinan Anda untuk berdoa pada apa yang sudah dilakukan Tuhan Yesus bagi Anda (Roma 5:12, Ibrani 4:16). Karena Tuhan Yesus telah membayar hukuman dosa-dosa kita di kayu salib, maka hubungan kita dengan Bapa telah dipulihkan. Kita memunyai keyakinan bahwa kita berhak untuk menghampiri Sang Raja dan mengajukan berbagai permintaan kita.
Berdoa dalam nama Yesus (Yohanes 16:23). Kita dapat menghadap Raja karena kita mengenal Anak Sang Raja. Berdoa dalam nama Tuhan Yesus berarti mengatakan kepada Bapa, "Tuhan Yesus mengatakan bahwa saya dapat meminta ini pada-Mu dengan wewenang dari Dia." Jika apa yang kita mohonkan itu sesuai dengan watak, cara, dan sasaran-sasaran Tuhan Yesus, maka kita dapat memunyai kepastian mutlak bahwa kita akan didengar jika kita berdoa dalam wewenang Tuhan Yesus. Jika tidak, maka kita dapat memperkirakan bahwa Bapa akan menjawab, "Yesus tidak memberi kamu wewenang untuk mengajukan permintaan yang semacam itu!"
Berdoa sesuai dengan kehendak Allah (1 Yohanes 5:14-15). Cara yang terbaik untuk belajar apa saja yang merupakan kehendak Allah dan apa yang dapat Anda minta dengan sah dalam nama Tuhan Yesus adalah dengan mempelajari Alkitab. Kehendak Allah yang spesifik untuk sesuatu situasi tidak pernah akan bertentangan dengan kehendak-Nya yang diungkapkan di dalam Alkitab.
Biarkan doa-doa Anda mengalir dari kehidupan yang berakar dalam Kristus (Yohanes 15:7). Jika kita tetap tinggal dalam Kristus, kita seperti carang-carang yang tinggal tetap pada pokok anggur; sambil terus berusaha melakukan kehendak-Nya dan segera mengakui setiap dosa yang menghambat hubungan kita, kita mendapatkan makanan dari Dia. Dengan tinggal dalam Kristus kita akan mengetahui apa yang Allah ingin kita doakan, dan kita dapat yakin bahwa kita akan mendapat jawaban.
Beritahukan Allah apa yang sesungguhnya Anda inginkan. Kejujuran itu sangat penting. Allah menaruh perhatian pada doa-doa yang besar dan juga pada doa-doa yang kecil. Ia menaruh perhatian pada keinginan jasmani Anda dan juga pada kebutuhan-kebutuhan rohani Anda. Jika Anda mengatakan kepada-Nya, "Bapa, saya mengetahui bahwa ini sebenarnya hal yang remeh, tetapi saya tidak dapat melupakan hal itu, dan saya benar-benar mengingininya", Allah yang akan memutuskan apakah Ia akan meluluskan keinginan Anda atau menolong Anda untuk melepaskan keinginan itu.
Menekan segala yang mengalihkan perhatian Anda itu hanyalah akan memperburuk keadaan. Jika Anda meminta sesuatu yang seharusnya tidak Anda minta, maka mungkin Allah akan dengan penuh kasih memberikan kepada Anda sebagai pelajaran, atau mungkin Ia tidak akan memberikan. Ia lebih besar daripada kesalahan-kesalahan kita.
Janganlah menuntut. Keyakinan untuk mengajukan permintaan dengan rendah hati dan dengan penuh kepercayaan kepada Bapa tidaklah sama dengan mengemukakan tuntutan dengan sikap congkak. Kita perlu memeriksa diri sendiri apakah kita sedang mencoba menagih janji kepada Allah dengan melupakan siapa yang menjadi pusat alam semesta ini atau seakan-akan kita lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita daripada Allah.
Janganlah berdoa untuk sesuatu jika Anda sendiri tidak siap. Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya berdoa, "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga" (Matius 6:10). Ini mengandung arti bukan saja kerajaan itu dapat datang hanya jika Allah membuat hal itu terjadi, melainkan juga bahwa murid-murid itu juga harus bersedia untuk melakukan tugas-tugas mereka kelak. Jika kita berdoa "Jadilah kehendak-Mu", maka kita sedang menawarkan diri dengan sukarela untuk melakukannya.
APAKAH GUNANYA DOA SYAFAAT?
"Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya". (Yohanes 15:12-13)
"Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus". (Galatia 6:2)
Memanjatkan doa syafaat berarti berdiri di antara dua pihak, menjadi perantara, mengajukan permintaan bagi orang lain. Pekerjaan Tuhan Yesus untuk menebus manusia sudah selesai untuk selama-lamanya, tetapi pekerjaan-Nya sebagai perantara bagi kita masih terus berlangsung (Ibrani 7:25). Salah satu cara kita mengasihi sesama kita seperti Ia mengasihi kita ialah dengan menjadi perantara bagi mereka, membawa beban-beban mereka kepada Allah dalam doa.
Segala macam doa lainnya dimulai dari manusia, tetapi doa syafaat yang benar dimulai dari Allah. Roh Allah menggerakkan hati kita untuk mengundang Allah mengatur segala sesuatu menjadi beres (Roma 8:26). Doa syafaat itu perlu, karena walaupun Allah berdaulat, Ia telah memberi manusia kebebasan untuk memilih sesuai dengan kehendak-Nya. Ia menghendaki kita sebagai anak-anak-Nya, dan bukan robot-robot. Allah tidak membutuhkan kita untuk membantu-Nya dalam menjalankan berbagai kegiatan di dunia ini, tetapi dalam kemahakuasaan hikmat-Nya Ia merencanakan agar kita dapat memerintah bersama dengan Dia (Wahyu 5:9-10). Untuk ini Ia melimpahkan kuasa kepada hamba-hamba-Nya untuk mengundang Dia untuk bertindak. Bila kita menaikkan doa syafaat, kita tidak boleh berupaya untuk mengubah pikiran Allah, tetapi mengundang Dia untuk melakukan kehendak yang telah diungkapkan-Nya kepada kita.
Allah mengatakan kepada Nabi Yehezkiel bahwa Ia berniat untuk menghancurkan Yerusalem. Allah berfirman, "Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya". (Yehezkiel 22:30) Inilah pekerjaan orang yang memanjatkan doa syafaat: berdiri di antara seseorang dan Allah serta memohon berkat dan bukan kutuk bagi orang itu, dan juga membawa beban dan kesedihan yang terlalu berat untuk ditanggung sendiri oleh orang itu kepada Kristus. (Kejadian 18:16-33; Keluaran 32:9-14, 30-34; Mazmur 106:23; Daniel 9:4-19; Yohanes 17:1- 26; Efesus 1:15-23; 3:14-21; Filipi 1:9-11; Kolose 1:9-14.)
BILAMANA DAN BAGAIMANA SAYA HARUS MEMANJATKAN DOA SYAFAAT?
Apabila Anda merasakan ada kebutuhan yang mendesak dalam hati Anda, berdoalah. Bukalah mata dan hati Anda terhadap kebutuhan-kebutuhan orang-orang di sekitar Anda. Kasih itu memberi dan melupakan diri sendiri. Pusatkanlah perhatian Anda pada berbagai kebutuhan orang lain, dan jadikanlah hal itu kebutuhan Anda sendiri.
Bila Anda merasa tidak mampu, berdoalah. Orang yang dikisahkan dalam Lukas 11:5-8 tidak memunyai roti untuk tamunya, jadi ia pun pergi ke teman yang memunyai roti. Binalah kesadaran bahwa kuasa Allah disempurnakan dalam kelemahan-kelemahan Anda (2 Korintus 12:9). Kalau tidak ada yang dapat Anda lakukan selain berdoa, maka berdoalah! Berdoa merupakan hal yang paling penting yang harus Anda lakukan.
Jangan jadikan doa sebagai pengganti tindakan. Saya khawatir, namun saya mendeteksi ada dua alasan yang sangat kurang menarik bagi kelancaran doa-doa syafaat saya. Yang satu ialah bahwa saya merasa sering berdoa untuk orang lain ketika saya seharusnya melakukan sesuatu untuk mereka. Lebih mudah berdoa untuk orang yang membosankan daripada pergi menengok dia. Dan hal lainnya yang serupa dengan itu. Andaikata saya berdoa agar kepada Anda diberi anugerah untuk mampu melawan dosa yang sudah berakar ... ya, seluruh jerih payah harus dilakukan oleh Allah dan Anda. Jika saya berdoa untuk dosa yang sudah berakar yang ada dalam diri saya, maka akan ada pekerjaan yang harus saya lakukan.
Sungguh-sungguh bersatu dalam doa bersama orang lain. "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapaku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20) Berkumpul bersama dalam nama Tuhan Yesus dan sepakat bukanlah masalah duduk bersama dalam satu ruangan dan bersama-sama mengatakan "Amin". Maksud sebenarnya ialah bahwa satu kelompok orang Kristen dipersatukan karena memunyai satu maksud dan memunyai komitmen yang sama demi hal yang terbaik bagi masing-masing. Mereka bertindak bersama-sama, serta membersihkan segala hal yang menyebabkan mereka tidak dapat saling mengampuni.
Berimanlah bahwa Allah mendengar dan menjawab doa.
Bertahan dan bertekunlah.
Berdoalah sesuai dengan kehendak, watak, dan wewenang Kristus.
APAKAH BEDANYA MEDITASI KRISTEN DENGAN APA YANG LAZIM DILAKUKAN DALAM AGAMA-AGAMA TIMUR?
Meditasi yang dipraktikkan dalam agama-agama Timur berarti mengosongkan pikiran dan membuka diri secara spiritual terhadap suara atau pengaruh apa saja yang ada. Meditasi Kristen ditujukan untuk memusatkan pikiran Anda terhadap suara Allah semata-mata. Meditasi Kristen adalah disiplin agar hati Anda berpegang pada apa yang sudah Anda miliki dalam Kristus. Ketika Anda menjadi orang Kristen, Kristus secara keseluruhan datang dan tinggal dalam Anda, Roh Kudus secara keseluruhan, dan Allah Bapa secara keseluruhan. Segala sesuatu yang Anda perlukan untuk memungkinkan Anda berpikir dan bertindak seperti Kristus sudah ada dalam hati Anda, tempat Kristus tinggal (2 Petrus 1:3-4).
Dalam pemikiran alkitabiah, hati itu merupakan pusat atau inti dari seseorang, sumber dari segala asumsi, motivasi, emosi, dan kehendak. Anda dapat mempelajari Alkitab dan menghafal berjilid-jilid buku mengenai fakta-fakta tentang Allah dan kehidupan Anda dalam Kristus, tetapi jika semuanya itu tidak mengendap dari watak Anda ke dalam hati Anda, semuanya itu tidak akan memengaruhi kebiasaan-kebiasaan Anda dan cara-cara Anda memberi respons dalam suatu keadaan kritis. Segala kuasa itu sudah tersedia dalam Anda, dan semua janji-janji-Nya ada dalam Alkitab, tetapi Anda harus melakukan sesuatu untuk memegang semuanya itu dalam hati Anda.
Tuhan Yesus sanggup berjalan melalui khalayak ramai yang bergejolak tidak puas (Lukas 4:28-30), dan para rasul dengan rendah hati sanggup menahan ancaman kematian (Kisah Para Rasul 4:1-31), karena mereka mengetahui dalam lubuk hati mereka sendiri siapa sebenarnya mereka dan siapa Allah itu. Pengetahuan yang berakar mendalam semacam ini mendatangkan damai sejahtera dan merupakan hasil dari meditasi atau renungan tentang Allah dan firman-Nya.
"Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu Supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji-Mu." (Mazmur 119:11, 97,148)
Orang Kristen memakai kata "meditasi" untuk menggambarkan dua hal yang sedikit berbeda. Yang pertama adalah suatu pemikiran yang terpusat dan terarah misalnya ketika kita memikirkan dengan mendalam suatu nas Alkitab untuk meresapi intisarinya. Yang kedua adalah semacam doa. Hal ini berkaitan dengan merenungkan firman dengan maksud menenangkan pikiran Anda secukupnya untuk membiarkan firman Allah mengendap di dalam hati Anda.
"Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam." (Mazmur 4:5)
"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!" (Mazmur 46:11a)
Kata-kata "diam" di sini berarti "melepaskan" (Mazmur 46:11a), "berhenti" atau "berdiri di tempat" (Mazmur 4:5). Jika kita marah, (jengkel, khawatir, atau ragu-ragu), Allah tidak menghendaki kita menekan emosi kita. Hal demikian hanya akan membuat kita dari luar kelihatan diam tetapi batin kita sama sekali tidak tenang. Sebaliknya, Ia menginginkan kita memeriksa hati kita, membeberkannya di hadapan-Nya, dan membiarkan apa yang ingin dikatakan Allah itu mengubah kita. Berikut ini adalah cara untuk melakukan hal ini, yang dapat Anda sebut "meditasi" atau "berdiam diri di hadapan Allah". Cara ini memakai pola dari Mazmur.
Mengakui dan melepaskan kekhawatiran, ketegangan, dan segala yang mengalihkan perhatian. Melepaskan diri dari segala yang mengalihkan perhatian itu sangat sulit. Makin keras Anda berusaha untuk tidak memikirkan tentang desakan waktu atau tentang sakit leher Anda, makin besar kemungkinan hal itu akan menarik Anda tenggelam makin dalam. Itulah sebabnya mengapa banyak pemazmur memulai dengan mengakui kepada Tuhan segala yang mengalihkan perasaan dan perhatian mereka dari Tuhan (Mazmur 10:1-11; 22:2-3, 7-9, 13-19; 42:2-6; 63:2; 73:2-14; 74:1-8; .4-12).
Mengakui dan melepaskan hal-hal yang mengalihkan perhatian Anda mungkin memakan waktu 5 menit atau 30 menit. Anda mungkin menghabiskan waktu untuk mengakui hal-hal tersebut dulu sebelum Anda tiba pada tahap ketika segala hal yang mengalihkan perhatian Anda sudah cukup ditenangkan sehingga Anda dapat melanjutkan doa Anda. Jika Anda merasa terlalu sukar untuk berkonsentrasi selama berdoa, latihlah untuk mendisiplin pikiran Anda dan memusatkannya pada Allah sepanjang hari itu.
Pusatkan perhatian pada siapa Allah itu. Setelah mengakui perasaan-perasaan mereka dengan jujur, para pemazmur beralih pada pengakuan tentang apa yang mereka ketahui sebagai kebenaran tentang Allah. Hal ini terlihat dalam bentuk pujian yang cocok dengan perasaan-perasaan yang spesifik yang senantiasa menggugah mereka (Mazmur 22:24, 42:6-12). Ketika Anda menegaskan kebenaran yang mengena untuk mendiamkan perasaan-perasaan Anda, tenggelamlah ke dalam hadirat Allah yang sedang Anda puji itu. Biarkan pujian menarik Anda ke dalam penyembahan.
Bukalah hatimu, masuklah ke tempat Roh Allah diam dalam Anda, dan bersekutulah dengan-Nya.
"... Yesus berdiri dan berseru: `Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.` Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh...." (Yohanes 7:37-39)
Perhatikanlah urutan dari pengakuan tentang perasaan-perasaan di bawah ini, tentang memasuki hadirat Allah dengan pujian yang menegaskan kebenaran mengenai Dia, dan tentang dijamu dengan kehadiran-Nya:
"Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, Jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu. Seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair, Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, Sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu Sebab kasih setia-Mu lebih daripada hidup; Bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah aku memuji Engkau seumur hidupku Dan menaikkan tanganku demi nama-Mu. Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, Dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji. Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam. "(Mazmur 63:2-7)
Menyerahkan diri. Sesudah pengakuan dan pujian, para pemazmur menjadi mampu untuk memandang situasi-situasi mereka dalam perspektif yang benar. Mereka tampak kecil dibandingkan dengan kebesaran Allah, sehingga mereka dengan penuh kepercayaan menyerahkan diri mereka kepada kehendak-Nya.
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingin di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. (Mazmur 73:25-26)
TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong Aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku
Seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya Ya seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya! (Mazmur 131)
"Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti dan aku mengharapkan firman-Nya Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih daripada pengawal mengharapkan pagi, lebih daripada pengawal mengharapkan pagi." (Mazmur 130:5-6)
Dalam 1 Raja-Raja 19:11-12, Tuhan berbicara bukan dalam angin besar ataupun dalam gempa, melainkan dalam "angin sepoi-sepoi basa". Mengakui adanya hal-hal yang mengalihkan perhatian, merenungkan kebenaran-kebenaran tentang Allah, dan menyerahkan diri kepada kehendak-Nya seharusnya dapat membawa Anda pada ketenangan sehingga Anda dapat mendengarkan bisikan "angin sepoi-sepoi basa" itu. Ambillah beberapa menit untuk menantikan Tuhan dalam keteduhan. Tuhan mungkin akan berbicara melalui ayat-ayat Alkitab, kata-kata lain, atau perasaan-perasaan. Mungkin juga Tuhan diam saja. Nikmati sajalah kehadiran-Nya dan perhatikanlah baik-baik.
Jika Anda tidak mendengarkan sesuatu setelah selang waktu yang singkat, lanjutkanlah ke hal-hal lain. Jika Anda mendengar sesuatu, tulislah pada secarik kertas, dan ujilah hal itu. Jiwa/kehendak kita begitu kuat dan mudah ditipu oleh hati sehingga dapat menghasilkan "kata-kata dari Tuhan", jika Anda sangat merindukannya. Makin banyak waktu yang Anda pakai untuk mendengarkan dalam keadaan diam, makin banyak kesempatan Anda berikan kepada hati Anda untuk memperdayakan Anda. Jangan berusaha keras untuk mendengarkan sesuatu jika Tuhan tidak berbicara; itu adalah ramalan, semacam ilmu sihir.
Jika Anda tidak pernah mendengar sesuatu dalam saat-saat semacam ini, Anda tetap masih dapat menikmati damai sejahtera yang Allah berikan ketika Ia tinggal dalam Anda. Berdiam diri di hadapan Allah dan merenungkan kebenaran-kebenaran-Nya sangat penting untuk memperoleh damai sejahtera, salah satu ciri dari buah Roh Kudus (Galatia 5:22).
APAKAH YANG HARUS SAYA LAKUKAN JIKA WAKTU DOA SAYA TERASA KERING?
Ada bahaya besar untuk tergoda oleh keinginan keras untuk sempurna dalam berdoa. Apabila doa terasa kering, kita justru harus mengambil langkah-langkah iman yang lebih panjang lagi dan terus bertahan. Kita sebaiknya mengatakan kepada Allah: "Saya sudah kehabisan tenaga, saya sebenarnya tidak dapat berdoa; terimalah, ya Tuhan, suara yang menjemukan ini dan kata-kata doa ini, dan tolonglah saya...." Roh Kuduslah yang pada saatnya, dengan setia dan sabar, akan memenuhi doa dengan makna dan kedalaman kehidupan baru. Jika kita berdiri di hadapan Allah ketika kita mengalami kesusahan dan patah hati, kita menggunakan kehendak kita. Namun, jika pada saat tertentu kita sedang tidak merasakan apa-apa, berdoalah berdasarkan keyakinan. Biarlah doa kita meluap dari iman yang kita miliki dengan sadar. Kalaupun tidak ada perasaan hati yang menyala-nyala, ketika berdoa gunakanlah akal kita.
APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN JIKA SAYA MERASA TIDAK LAYAK UNTUK MENGHAMPIRI ALLAH?
Mulailah dengan mengaku, kemudian mendekati Allah dengan permohonan-permohonan Anda dengan menyadari bahwa Tuhan Yesus telah berhasil membuka jalan bagi Anda. Semakin kita merasa susah dan patah hati, semakin besar pula perlunya berdoa. Dan pasti itulah yang dirasakan oleh John dari Kronstadt pada suatu hari ketika ia sedang berdoa, diamati oleh Iblis yang sedang menggerutu: "Kamu orang munafik, berani benar kamu berdoa dengan otakmu yang kotor, penuh dengan pikiran-pikiran yang dapat saya baca." Ia menjawab: "Justru karena otak saya penuh dengan pikiran-pikiran yang tidak saya sukai dan yang sedang saya lawan itulah, maka saya sekarang berdoa kepada Allah."
Diambil dari:
Judul buku | : | Kompas Kehidupan Kristen |
Judul buku asli | : | A Compact Guide to the Christian Life |
Judul artikel | : | Doa |
Penulis | : | K. C. Hinckley |
Penerjemah | : | Gerrit J. Tiendas |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989 |
Halaman | : | 35 -- 46 |