Resolusi Tahun Baru

Pengakuan di Times Square pada malam Tahun Baru, "Saya tidak pernah membuat Resolusi Tahun Baru, lagi," kata pria itu kepada saya, "Lagi pula, saya tidak pernah menepatinya." Saya dapat mengingat begitu banyak resolusi yang telah saya buat, tetapi saya pun dapat membiarkannya menghilang. Namun, saya percaya resolusi tahun baru layak untuk dibuat. Izinkan saya memberi tahu Anda alasannya.

Pertama, kita semua membutuhkan perubahan. Beberapa dari kita mendapati bahwa sangat sulit untuk mengaku kepada diri sendiri. Saya pernah mendengar orang yang berkata, "Saya tidak pernah menyesal dengan kehidupan saya. Jika saya diberi kesempatan untuk memiliki hidup itu lagi, saya akan menjalaninya dengan cara yang sama." Akan tetapi, itu adalah sikap yang terlalu buta dan mementingkan diri sendiri, sejauh yang saya ketahui. Ada kekuatan besar dalam pengakuan -- kepada diri sendiri, Allah, dan orang lain. Mengakui kegagalan kita adalah langkah pertama yang menyakitkan di jalan yang menuju sesuatu yang lebih baik.

Kedua, pergantian kalender merupakan waktu yang tepat untuk penilaian ulang. Bagaimana tahun lalu berjalan? Apa yang ingin saya lakukan secara berbeda tahun ini? Waktu-waktu pada awal tahun selalu mengingatkan saya pada satu bagian dari Kitab Suci, yang dimengerti dengan lebih baik oleh petani di pinggiran kota: "Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh" (Yer. 4:3). Masuk akal. Semakin banyak lahan yang dimasukkan ke dalam produksi, semakin makmurlah Anda. Akan tetapi, beberapa dari kita cukup bodoh untuk mencoba menabur benih di tanah yang dipenuhi oleh tanaman berduri tanpa membajak tanahnya dan memeliharanya dengan mencabut tanaman berduri yang tumbuh. Katakanlah itu kemalasan. Katakanlah itu kebodohan.

Izinkan saya mengajukan pertanyaan serius. Berapa persen dari hidup Anda yang menghasilkan sesuatu yang berharga bagi Allah? Berapa banyak "tanah yang belum dibajak" yang Anda miliki, yang harus dibajak pada tahun yang akan datang dan membuatnya berguna? Lakukanlah penilaian kembali. Awal tahun baru merupakan waktu yang baik untuk penilaian ulang.

Ketiga, tahun baru merupakan waktu yang tepat untuk melakukan koreksi di tengah perjalanan hidup. Tentu saja, kita mungkin gagal dalam apa yang kita tetapkan untuk dilakukan, tetapi jika kita gagal untuk merencanakan, pepatah lama mengatakan, kita merencanakan untuk gagal. Jika Anda begitu takut akan kegagalan sehingga Anda tidak menata barisan kaleng untuk ditembak, kemungkinan besar Anda tidak akan menembak satu kaleng pun. Kegagalan bukanlah akhir. Bagi orang yang berketetapan hati untuk belajar darinya, kegagalan adalah teman.

Salah satu pahlawan saya dalam Alkitab adalah Rasul Paulus. Berbicara tentang kegagalan di sepanjang hidupnya, ia ditentang, dianiaya, terdampar, dirajam batu dan dibiarkan mati, ditinggalkan oleh rekan kerja yang tepercaya, difitnah, dan dicemooh. Kadang-kadang, pekerjaan-pekerjaan yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun seolah berubah menjadi debu di depan matanya. Akan tetapi, selama menjalankan salah satu tugasnya di penjara, kita dapat melihat dari salah satu suratnya suatu keengganan untuk menyerah. "Melupakan apa yang di belakang," tulisnya, "dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Flp. 3:13-14). Tidak heran, ia membuat tanda pada dunianya. Ia berhenti melihat ke belakang dan lebih melihat ke depan sebagai gantinya. Ia tidak membiarkan rasa takut akan kegagalan menghentikannya untuk mencoba lagi.

Keempat, tahun baru merupakan waktu untuk belajar lebih mengandalkan kasih karunia Allah. Saya sudah bertemu dengan beberapa pria dan wanita yang mengandalkan dirinya sendiri, dan demikian juga dengan Anda, tetapi begitu sering orang-orang ini tampak bangga dan terdorong. Ada cara lain: mulailah percaya pada pertolongan Tuhan. Satu rahasia lagi dari Rasul Paulus: "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp. 4:13). Dan, kekuatan Tuhan ditunjukkan kepadanya melalui banyak hal -- melalui rasa sakit, sukacita, dan prestasi.

Jika tahun lalu kita tidak berlatih mengandalkan Tuhan sebanyak seharusnya, sekaranglah waktunya untuk membuat resolusi tahun baru. Bahkan, mengapa kita tidak mengucapkan sebuah doa singkat sekarang juga -- gunakan kata-kata ini jika Anda bersedia: "Ya Tuhan, aku ingin tahun baru menjadi berbeda bagiku." Sekarang, uraikanlah dalam doa beberapa perubahan yang ingin Anda lihat. Kemudian, tutuplah seperti ini: "Tuhan Yesus, aku tahu bahwa aku akan membutuhkan banyak bantuan untuk hal ini. Jadi, sekarang, aku meletakkan diriku di tangan-Mu. Tolonglah aku untuk menerima kekuatan dari-Mu. Amin." Nah, sekarang, kita telah mendapatkan kesempatan yang jauh lebih baik untuk tahun baru yang membahagiakan. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Joyful Heart
Alamat URL : http://www.joyfulheart.com/new-years/new-year.htm
Judul asli artikel : New Year's Resolutions
Penulis artikel : Dr. Ralph F. Wilson
Tanggal akses : 18 Juni 2015

Komentar