Titik Balik dalam Doa

Temukan Titik Balik dalam Doa dengan Mengamati Cara Yesus Berdoa

Doa merupakan pengalaman yang paling menggembirakan sekaligus paling membuat frustrasi dalam kehidupan. Ketika Allah menjawab doa Anda, tidak ada perasaan yang dapat menyamainya.

Anda tertegun selama beberapa hari, terpesona karena Pencipta Alam Semesta mengulurkan tangan dan bekerja dalam hidup Anda. Anda tahu satu mukjizat telah terjadi, besar atau kecil, dan bahwa Allah melakukan hal itu hanya karena satu alasan: karena Ia mencintai Anda.

Ketika akhirnya kaki Anda mendarat di tanah, Anda berhenti membenturkan diri ke dinding dalam waktu yang cukup lama, untuk menanyakan pertanyaan yang sangat penting: "Bagaimana saya dapat membuat hal tersebut terjadi lagi?"

Kapan hal itu tidak terjadi

Sering kali, doa kita tidak mendapat jawaban seperti yang kita inginkan. Jika itu masalahnya, jawaban doa itu dapat menjadi hal yang mengecewakan, yang membuat Anda menangis. Itu akan terasa berat, terutama saat Anda meminta sesuatu yang benar-benar baik kepada Allah - kesehatan seseorang, sebuah pekerjaan, atau kesungguhan dalam sebuah hubungan. Anda tidak mampu memahami mengapa Allah tidak menjawabnya sesuai dengan yang Anda inginkan.

Anda melihat orang lain mendapatkan jawaban doa mereka, dan Anda bertanya,
"Mengapa saya tidak?"

Kemudian, Anda mulai memiliki dugaan kedua terhadap diri sendiri, berpikir mungkin ada beberapa dosa tersembunyi dalam hidup Anda yang menghalangi Allah untuk campur tangan. Jika Anda dapat menemukan dosa itu, akui dan bertobatlah. Akan tetapi, kenyataannya adalah kita semua adalah orang berdosa dan tidak pernah dapat menghadap Allah dengan benar-benar bebas dari dosa. Untungnya, pengantara Agung kita adalah Yesus Kristus, Kurban yang tidak bernoda, yang dapat membawa permintaan kita ke hadapan Bapa-Nya, yang mengetahui bahwa Allah tidak akan menolak putra-Nya.

Namun, kita tetap mencari pola. Kita memikirkan tentang waktu-waktu ketika kita memperoleh jawaban tepat seperti yang kita inginkan dan mencoba mengingat kembali segala sesuatu yang telah kita perbuat. Apakah ada formula yang dapat kita ikuti untuk mengontrol bagaimana Allah menjawab doa-doa kita?

Kita percaya bahwa berdoa adalah seperti memanggang sebuah adonan kue. Ikuti tiga langkahnya yang sederhana, dan akhirnya akan berhasil dengan bagus setiap saat. Meskipun semua buku menjanjikan hal semacam itu, tidak ada prosedur rahasia yang dapat kita gunakan untuk menjamin hasil yang kita inginkan.

Titik Balik dalam Doa

Dengan semua hal tersebut berada di dalam pikiran, bagaimana kita dapat menghindari rasa frustrasi yang sering kali mengiringi doa-doa kita? Saya yakin jawabannya terletak dalam mempelajari cara Yesus berdoa.

Jika ada orang yang tahu bagaimana berdoa, orang itu adalah Yesus. Ia tahu cara pikir Allah karena Dia adalah Allah. "Sebab Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30)

Yesus menunjukkan sebuah pola melalui kehidupan doa-Nya, yang dapat kita tiru. Dalam ketaatan, Ia membawa kehendak-Nya sejajar dengan kehendak Bapa-Nya.

Ketika kita mencapai kondisi di mana kita bersedia melakukan atau menerima kehendak Allah, dan bukannya kehendak kita sendiri, kita telah mencapai suatu titik balik dalam doa.

Yesus menghidupinya: "Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku." (Yohanes 6:38)

Memilih kehendak Allah melebihi kehendak kita itu sangat sulit ketika kita begitu menginginkan sesuatu. Adalah sebuah penderitaan untuk bertindak seolah-olah itu bukanlah masalah bagi kita. Itu masalah bagi kita. Emosi kita berusaha meyakinkan kita bahwa tidak ada cara yang memungkinkan kita untuk menyerah.

Kita dapat berserah pada kehendak Allah dibandingkan pada kehendak kita sendiri, semata-mata karena Allah dapat dipercaya. Kita beriman bahwa kasih-Nya murni. Allah menginginkan yang terbaik bagi kita di dalam hati-Nya, dan Ia selalu melakukan apa yang menguntungkan bagi kita, tak peduli seperti apa hal itu terlihat pada awalnya.

Akan tetapi, untuk berserah pada kehendak Allah, terkadang kita juga harus menangis seperti yang dilakuakn ayah dari seorang gadis kecil yang sakit, yang berkata kepada Yesus, "Aku percaya; tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (Markus 9:24)

Sebelum Anda Menghantam Dasar Karang

Seperti ayah dalam kisah tersebut, kebanyakan dari kita menyerahkan kehendak kita kepada Allah sesaat setelah kita menghantam dasar karang. Ketika kita sudah tidak memiliki alternatif lainnya dan Allah adalah tempat perhentian terakhir, kita dengan enggan menyerahkan kebebasan kita dan membiarkan Dia mengambil alih. Seharusnya tidak seperti itu.

Anda dapat memulai dengan memercayai Allah sebelum segala sesuatu tak terkendali. Ia tidak akan tersinggung jika Anda menguji-Nya di dalam doa-doa Anda. Ketika Anda memiliki semua pengetahuan, seluruh Penguasa semesta mencari Anda dalam kasih yang sempurna, tidakkah masuk akal untuk bergantung pada kehendak-Nya daripada pada kekuatan Anda yang kecil?

Segala sesuatu yang kita percayai di dunia ini memiliki potensi untuk gagal. Allah tidak. Ia secara konsisten dapat diandalkan, bahkan jika kita tidak setuju dengan keputusan-keputusan-Nya. Ia selalu menuntun kita ke arahan yang benar jika kita berserah dalam kehendak-Nya.

Dalam Doa Bapa Kami, Yesus berkata kepada Bapa-Nya, "..., jadilah kehendak-Mu ...." (Matius 6:10). Ketika kita mengatakan hal itu dalam ketulusan dara rasa percaya, kita telah mencapai titik balik dalam doa. Allah tidak pernah mengabaikan mereka yang percaya kepada-Nya.

Ini bukan tentang saya, ini bukan tentang Anda. Ini adalah tentang Allah dan kehendak-Nya. Semakin cepat kita mempelajarinya, semakin cepat doa-doa kita akan menyentuh hati Dia yang tidak mengenal kemustahilan. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Christianity About
Alamat URL : http://christianity.about.com/od/topicaldevotions/a/turningpointpra.htm
Judul asli artikel : The Turning Point in Prayer
Penulis artikel : Jack Zavada
Tanggal akses : 26 September 2013

Komentar