Doa Penginjilan

Ketika saya masih kecil saya punya seorang paman yang selalu datang berkunjung sekitar satu kali setahun. Dia hanyalah seorang tukang pos yang bekerja keras – di tengah hujan, hujan es dan salju, salju atau hujan batu es. Tidak ada sesuatu yang istimewa tentang dirinya, tetapi dia bisa membuat dirinya disayangi oleh semua keponakannya. Setiap tahun saat dia datang, dia akan membawa beberapa trik sulap yang membuat kami terkesan dan terkagum-kagum. Tanpa itu, kami mungkin tidak memperhatikan kedatangannya. Dengan hal itu, dia mendapatkan semangat kami setiap kali dia pulang.

Ketika saya melihat cara Yesus memanggil murid-murid-Nya, saya jadi sedikit teringat akan paman saya itu. Misalnya panggilan kepada Petrus. Yesus bisa saja berjalan mendekati dia dan berkata, “Hai, Aku Mesias. Mari ikutlah Aku,” dan Petrus akan ditulis dalam sejarah berakhir sebagaimana nelayan-nelayan tak dikenal lainnya yang bekerja di Danau Galilea. Akan tetapi, Yesus menarik perhatiannya dengan satu-satunya hal yang pasti disukai oleh nelayan –- tangkapan ikan yang banyak sekali (Lukas 5:1-11). Setelah mereka kembali ke darat Petrus tidak lagi perlu diyakinkan tentang siapa Dia – Petrus tahu ada sesuatu yang istimewa pada Orang ini.

Ketika kita berbicara tentang berdoa untuk jiwa-jiwa yang terhilang, sering sekali kita menggunakan istilah yang tampaknya berliku-liku. Kita masuk ke kamar, berdoa dalam keheningan bagi keselamatan sesama kita dan kemudian menunggu tanda dari Allah bahwa kita telah diberi lampu hijau untuk memberitahu mereka bahwa Yesus mengasihi mereka. Saya bukannya melarang untuk berdoa dalam keheningan bagi sesama kita, tetapi sudah saatnya kita mulai memperhatikan bahwa berdoa bisa menjadi salah satu hal yang sangat menarik perhatian orang-orang itu. Ketika mereka tidak hanya tahu bahwa kita mendoakan mereka, tetapi juga melihat jawaban doa yang khusus, mereka akan menyadari bahwa ada sesuatu yang istimewa tentang Yesus ini yang mereka dengar dari kita.

Saya harap bukan ini kasusnya, tetapi terlalu sering seakan-akan kita meremehkan doa. Kita terbiasa datang ke gereja dan melihat daftar nama orang-orang yang sakit dan yang butuh didoakan. Kita begitu sadar ketika kita sedang butuh kita bisa langsung menelpon teman yang akan meninggalkan segala sesuatu untuk kemudian berlutut berdoa untuk kita. Kita begitu terbiasa dengan pokok-pokok doa dan daftar pujian sehingga kita lupa apa artinya hidup tanpa jaminan kehadiran Allah dan dukungan para pendoa syafaat.

Akan tetapi, bagaimana dengan sesama kita? Kapan terakhir kali seseorang memberitahu mereka bahwa mereka didoakan? Kapan terakhir kali mereka menceritakan kebutuhan mereka yang terdalam kepada seseorang yang merespon, “Saya akan berdoa untuk itu”? Fakta yang menyedihkan adalah itu tidak pernah terjadi. Mereka bahkan mungkin tidak menyadari bahwa penghiburan dan kekuatan seperti itu tersedia bagi mereka.

Perhatikanlah Gereja dalam Kisah Para Rasul 2. Mereka adalah kelompok baru, berbeda dari orang-orang Yahudi di sekitar mereka, dan sering disalahmengerti. Akan tetapi, mereka melihat ribuan orang meresponi pesan mereka. Apakah itu karena khotbahnya saja? Tidak. Kisah Rasul 2:43 memberitahu kita bahwa “Maka ketakutanlah mereka semua (orang percaya dan juga yang bukan), sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.” Orang-orang sangat ketakutan saat melihat ada kuasa yang seperti itu pada para pengikut Yesus yang tidak didapati di tempat lain. Rasa takut yang menginspirasi itulah yang memungkinkan murid-murid tersebut didengar oleh orang-orang di sekitar mereka, yang kemudian membalikkan dunia.

Beberapa bulan yang lalu, saya menelpon seorang montir setempat untuk memperbaiki mobil saya. Istrinya, yang juga bekerja sebagai resepsionis, memberitahu saya bahwa mereka belum bisa mengerjakan apa pun karena tidak ada yang membantu di bengkel. Semakin hari keadaan semakin sulit dan dia takut suaminya akan terpaksa kembali bekerja mengemudikan truk, bekerja di jalanan jauh dari keluarganya selama berhari-hari supaya mereka bisa bertahan hidup. Akan sangat mudah untuk berkata terima kasih saja kepadanya dan kemudian mencari montir lain dari buku telepon, tetapi saya berkata kepadanya bahwa saya akan berdoa untuk masalah mereka. Saya tahu dari jawabannya bahwa kata-kata itu membuat dia merasa sangat terhibur, dan saya pun berdoa.

Sekitar satu bulan kemudian telepon saya berbunyi. Dari istri montir itu. Suaranya penuh emosi ketika dia memberitahu bahwa saya bisa kapan saja membawa mobil ke tempatnya – mereka sudah memiliki bantuan yang mereka perlukan dan bisnis mulai membaik kembali. Tampaknya dia menahan tangis saat dia berterima kasih untuk doa saya dan memberitahu bahwa suaminya tidak perlu bekerja di jalanan.

Saya berani katakan bahwa dia belum pernah begitu gembira mengenai doa yang dijawab sebelumnya. Saya juga bertaruh jika lain kali keluarga mereka berada dalam krisis, dia akan ingat perbedaan yang bisa dibuat dengan doa. Dan, entah dia menyadarinya atau tidak, dia sekarang telah menempatkan dirinya pada posisi di mana Allah mendapatkan perhatiannya dan panggilan “mari ikutlah Aku” menjadi lebih bermakna.

Kabar baik yang Anda ceritakan kepada sesama Anda memiliki kuasa untuk membawa hidup yang kekal pada mereka. Akan tetapi, jangan lupa bahwa doa yang Anda berikan kepada sesama Anda memiliki kemampuan untuk memenuhi mereka dengan rasa heran saat mereka melihat Allah yang hidup yang memperhatikan kebutuhan mereka. Pastikan untuk menceritakan sumber kekuatan dan ketakutan itu kepada mereka.

Brett Hammond adalah pendeta senior di Kansas Christian Church.
(t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Harvest Prayer
URL : http://www.harvestprayer.com/resources/articles/prayer-evangelism/prayer-evangelism
Judul asli artikel : Prayer Evangelism
Penulis artikel : Bret Hammond
Tanggal akses : 4 Agustus 2017

Komentar