Hakikat Iman

"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dan segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1)

Iman bukanlah perasaan misterius yang kita temukan dalam diri kita, melainkan akibat alami karena pengenalan akan Kristus, baik melalui Kitab Suci maupun dalam kehidupan kita. Iman adalah pandangan ke luar, bukan ke dalam.

Banyak orang mengeluh tidak sanggup memercayai apa yang tidak dapat mereka lihat. Mereka tidak menyadari, bahkan sewaktu membuat pernyataan ini, bahwa mereka melawan diri sendiri. Iman yang memerlukan bukti sama sekali tidak dapat disebut iman. Memercayai seseorang, atau suatu kebenaran, secara tidak langsung berarti bahwa berdasarkan pengalaman, kita tidak dapat mengetahui atau memahaminya, tetapi kita menerimanya berdasarkan pernyataan orang lain.

Saya bukan ahli kimia. Saya tidak tahu apa-apa tentang efek samping obat-obat tertentu pada tubuh saya. Namun, jika saya dinasihati untuk minum obat tertentu, saya akan bergantung sepenuhnya pada kebijaksanaan orang yang memberikan obat tersebut. Saya harus memercayainya. Namun, jika saya telah terlatih dalam bidang obat-obatan, dan dapat meyakinkan diri sendiri tentang kemurnian setiap bahan dan resep itu, maka saya tidak membutuhkan iman lagi, karena saya dapat mengetahui dan melihat. Iman adalah semata-mata memercayai Allah dan bertindak sesuai kepercayaan kita terhadap-Nya, dengan menerima berkat-berkat-Nya secara pribadi.

Diambil dari:

Judul asli buku : Quiet Times With D.L. Moody
Judul buku terjemahan : Waktu Teduh Bersama D.L. Moody
Judul artikel : Hakikat Iman
Penulis : D.L. Moody
Penerjemah : Nani Tjahjani
Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2004
Halaman : 14

Komentar