Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
Perbuatan terakhir yang Yesus lakukan di bumi dimaksudkan untuk memenangkan kepercayaan Anda.
Ini adalah perbuatan terakhir Yesus dalam hidup-Nya. Dalam ukuran kesimpulan dari kehidupan-Nya di dunia, kita mendengar suara dari seorang pria yang haus.
Dan, melalui rasa haus-Nya, melalui bunga karang dan seguci anggur asam, Ia meninggalkan seruan terakhir.
"Kamu dapat mempercayai Aku."
Yesus. Bibir pecah-pecah dan mulut sangat kering. Tenggorokan-Nya begitu kering sehingga Ia tidak dapat menelan, dan suara-Nya sangat serak sehingga hampir tidak bisa berbicara. Ia haus. Untuk menemukan kapan terakhir kali kelembaban menyentuh bibir-Nya Anda harus mundur dua belas jam sebelumnya, saat jamuan makan terakhir di ruang atas. Karena mencicipi secawan anggur itu, Yesus telah dipukuli, diludahi, badannya memar dan luka-luka. Ia menjadi pemikul salib dan penanggung dosa, dan tidak ada cairan yang menyembuhkan tenggorokan-Nya. Ia haus.
Tidakkah Ia dapat melakukan sesuatu dalam keadaan itu? Tidak sanggupkah Dia? Tidakkah Ia telah mengubah air menjadi anggur? Bukankah Ia telah membuat dinding dari Sungai Yordan dan dua dinding dari Laut Merah? Bukankah Ia, dengan satu kata, menghalau hujan dan menenangkan gelombang? Bukankah Alkitab mengatakan bahwa ia "mengubah gunung batu menjadi kolam" (Mazmur 107:35 BIS) dan "batu yang keras menjadi mata air" (Mazmur 114:8 BIS)?
Bukankah Allah telah berfirman, "Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus." (Yesaya 44:3)
Jika demikian, mengapa Yesus harus menanggung rasa haus?
Sementara kita menanyakan pertanyaan ini, tambahkan beberapa pertanyaan lagi. Mengapa Ia merasa letih di pinggir sumur di Samaria (Yohanes 4:6), merasa heran di Nazaret (Markus 6:6), dan marah di Bait Allah (Yohanes 2:15)? Mengapa Ia tertidur saat berada di dalam perahu di Danau Galilea (Markus 4:38), menangis di depan kubur Lazarus (Yohanes 11:35), dan merasa lapar di padang belantara (Matius 4:2)?
Mengapa? Dan, mengapa ia merasa haus di kayu salib?
Ia tidak perlu menderita kehausan. Setidaknya, tidak sampai pada tingkat yang Ia rasakan. Enam jam sebelumnya, Ia telah ditawari minum, tetapi Ia menolaknya.
Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota (yang berarti tempat tengkorak). Kemudian, mereka menawarkan kepada-Nya anggur yang bercampur dengan mur, tetapi Ia tidak mengambilnya. Dan, mereka menyalibkan Dia. Setelah membagi-bagi pakaian-Nya, mereka membuang undi untuk melihat apa yang masing-masing dapatkan (Markus 15:22-24).
Sebelum paku ditancapkan, minuman ditawarkan kepada-Nya. Markus mengatakan bahwa anggur itu becampur dengan mur. Matius menggambarkannya sebagai anggur yang dicampur dengan empedu. Baik mur maupun emepedu mengandung bahan sedative yang mengakibatkan mati rasa pada syaraf. Tetapi, Yesus menolaknya. Ia menolak untuk menjadi mati rasa karena obat, dan malah memilih untuk merasakan sakit yang hebat dalam penderitaan-Nya.
Mengapa? Mengapa Ia menanggung semua perasaan ini? Sebab, Ia tahu Anda akan merasakannya juga.
Ia tahu Anda akan merasa letih, heran, dan marah. Ia tahu Anda akan mengantuk, berduka, dan lapar. Ia tahu bahwa Anda akan menghadapi rasa sakit. Jika bukan rasa sakit dari tubuh, mungkin rasa sakit di dalam jiwa, rasa sakit yang terlalu tajam untuk dapat ditangani dengan obat apa pun. Ia tahu Anda akan menghadapi rasa haus. Jika bukan rasa haus akan air, setidaknya rasa haus akan kebenaran, dan kebenaran yang kita dapat dari citra Kristus yang haus, Ia mengerti.
Dan, karena Ia mengerti, kita dapat datang kepada-Nya. (t/N. Risanti)
Diambil dari:
Nama situs | : | Thoughts About God |
Alamat URL | : | http://www.thoughts-about-god.com/easter/max_thirsty_on_cross.html |
Judul asli artikel | : | Thirsty on the Cross |
Penulis artikel | : | Max Lucado |
Tanggal akses | : | 14 Maret 2014 |