Musa: Memperjuangkan Nasib Rakyat

Doa merupakan pilar keberhasilan hidup dan pelayanan sang pemimpin yang harus dibangun dengan kokoh.

Nama Musa ditulis sebanyak 806 kali di dalam Alkitab kita, bisa ditemukan dalam 31 kitab di Perjanjian Lama dan Baru. Sejarah mencatatnya sebagai pemimpin besar yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, membawa bangsa ini keluar dan berjalan menuju tanah yang dijanjikan Tuhan.

Musa adalah seorang pemimpin yang berani bersikap tegas terhadap para pengikutnya, tetapi juga berbelas kasih untuk mendoakan mereka.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Musa menghadap Firaun bukan dengan modal keberanian atau strategi politik, melainkan dengan kuasa Tuhan. Ia sendiri tidak fasih berbicara (Keluaran 4:10). "Biarkan umat Tuhan pergi", kata Musa dengan lantang. Ketika Firaun menolak, Musa memerintahkan sepuluh tulah turun atas bangsa Mesir hingga akhirnya mereka takluk.

Jutaan umat Israel berjalan menyemut menyusuri padang gurun. Pekik kemenangan dan sorak kegirangan terdengar, tetapi tentara Mesir mengejar mereka dari belakang. Musa tampil sebagai pemimpin bangsa yang diurapi. Di bawah otoritas ilahi ia membelah laut Teberau menjadi jalan pintas bagi bangsa Israel, menutupnya kembali untuk menenggelamkan pasukan berkuda Mesir yang memburu mereka.

Musa jelaslah bukan pemimpin biasa. Tuhan bekerja melalui hamba-Nya ini secara supernatural. Tuhan mengadakan mukjizat, keajaiban, dan rupa-rupa tanda heran -- tiang awan, tiang api, manna turun dari surga, air pahit menjadi tawar, mata air memancar dari gunung batu, dan seterusnya.

Tuhan juga memberi otoritas khusus sehingga Musa dapat membangun tatanan sosial politik bangsa Israel, meskipun itu atas masukan Yitro, mertuanya (Keluaran 18:17-24). Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang, dan pemimpin sepuluh orang (Keluaran 18:25).

Musa menetapkan sistem norma bagi bangsa Israel, hukum yang berdasar pada firman Tuhan (Keluaran 20:1-17). Musa juga membangun tatanan kehidupan religius bangsa ini yang berpusatkan pada ibadah di bait suci (tabernakel). Seluruh tatanan sosial-politik-religius bangsa ini bersumber dari pewahyuan yang diterimanya dari Allah.

Satu lagi keberhasilan kepemimpinan Musa, ia mempersiapkan penerusnya dengan baik. Sehebat-hebatnya seorang pemimpin, belum bisa dikatakan sukses jika tidak berhasil melakukan regenerasi. Adapun Musa, sejak awal ia mempersiapkan Yosua. Ketika Musa mati, Yosua menggantikannya, dan bangsa Israel semakin maju.

Kehidupan Doanya

Musa mengenyam pendidikan Mesir yang modern untuk ukuran pada masa itu (Kisah Para Rasul 7:22). Mentalitas dan karakternya juga telah tergembleng selama 40 tahun ketika menjadi seorang gembala di Midian (Keluaran 3:1). Tetapi, otoritas dan keberhasilan kepemimpinannya berasal dari Tuhan.

Musa

Pelayanan Musa sebagai pemimpin dimulai dari hubungan pribadinya dengan Tuhan di padang stepa. Ketika muda, Musa memang sangat terbeban untuk menolong bangsanya yang terjajah di Mesir. Ia bahkan berani membunuh orang Mesir demi belas kasihannya atas bangsa Israel (Keluaran 2:11-12). Tetapi, jika Musa tidak bertemu dengan Tuhan secara pribadi (Keluaran 3:2), ia takkan pernah menerima panggilan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir itu.

Banyak pemimpin Kristen memulai pelayanannya dengan sebuah ide, gagasan, pemikiran, rasa belas kasihan, tetapi bukan pewahyuan ilahi. Visi kepemimpinan yang sejati haruslah berasal dari Tuhan. Jangan menjadi pemimpin karena terbeban atau -- lebih buruk lagi -- terpaksa, tetapi karena panggilan Tuhan. Untuk itulah kita perlu memulai dengan doa, pertemuan pribadi dengan Tuhan.

Kehidupan doa Musa, dalam arti hubungan akrabnya dengan Tuhan, terlihat jelas dari setiap kali ia mendengar suara Tuhan. Segala keputusan yang diambil selalu mengacu pada perkataan Tuhan. Demikianlah seharusnya pemimpin Kristen, tidak berjalan menurut pikirannya sendiri, tetapi dengar-dengaran dulu dengan Roh Kudus. Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan selalu memimpin kita (Yohanes 16:13).

Musa pastilah seorang pendoa yang karib dengan Tuhan. Bayangkan, Tuhan senantiasa memberi petunjuk yang sangat rinci (detail). Pemimpin Kristen masa kini kadang hanya mendengar Roh Kudus berkata, "Anakku, dirikanlah yayasan bagi-Ku!" Atau kita mendapat penglihatan sebuah bangunan gereja dan kesaksian batin bahwa Tuhan menyuruh kita menggembalakan jemaat. Lain dengan Musa, petunjuk Tuhan begitu lengkap sampai pada hal yang kecil-kecil. Hal itu terlihat jelas ketika Tuhan menyuruh Musa membangun kemah sembahyang (tabernakel), petunjuk Tuhan sangat rinci sampai pada hal-hal yang kecil (Keluaran 25-30).

Banyak pemimpin Kristen kekurangan ide karena kurang berdoa. Padahal seringkali kesalahan-kesalahan kecil berakibat fatal. Pemimpin harus teliti dan cermat, serta melibatkan Tuhan dalam segala perkara. Untuk itulah kita perlu menambah jam doa, tidak hanya berdoa lima menitan!

Musa adalah tipe pendoa yang senang menyendiri bersama Tuhan. Ia pergi naik ke Gunung Sinai dan berdoa berhari-hari di sana, lalu pulang dengan urapan penuh dan membawa pesan-pesan Tuhan. Pemimpin Kristen perlu berdoa secara khusus, misalnya menyendiri di bukit doa. Jangan hanya berdoa secara sambil lalu!

"Hapuskanlah Kiranya Namaku!"

Musa adalah seorang pemimpin yang berani bersikap tegas terhadap para pengikutnya, tetapi juga berbelas kasih untuk mendoakan mereka. Kadang kita hanya bersikap keras, tetapi tidak pernah mendoakan anak buah kita. Ketika karyawan kita bersalah, kita memarahi mereka dan bahkan mengutuki mereka. Sebaliknya, ada pemimpin yang sangat murah hati, mengasihi jemaatnya, mendoakan mereka, tetapi tidak berani menegur dan menempelak ketika mereka bersalah dan berdosa.

Doa Musa

Pada waktu bangsa Israel jatuh berdosa karena menyembah patung anak lembu emas, Musa marah dan menghukum mereka (Keluaran 32:25-29). Tetapi, keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap Tuhan, mungkin aku akan dapat mengadakan perdamaian karena dosamu itu." (Keluaran 32:30)

Dalam doanya, Musa membela rakyatnya di hadapan Allah. Karena kasihnya kepada Israel, Musa mau mengorbankan dirinya sendiri. Demikian doanya: "Kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis." (Keluaran 32:32) Itu merupakan karakteristik kepemimpinan Kristus. Ia tidak bersalah, tetapi mau berkorban dan menerima hukuman untuk menebus dosa manusia. Kitalah yang seharusnya dihukum oleh karena dosa kita, tetapi justru Yesus yang mati di kayu salib.

Doa Musa bukan basa-basi. Itu merupakan permohonan yang keluar dari hati yang penuh kasih. Apa yang kita ucapkan keluar dari dalam lubuk hati kita (Lukas 6:45). Banyak pemimpin Kristen yang sepertinya bersikap ramah dan baik terhadap para karyawan, mengampuni kekurangan dan kesalahan mereka, tetapi di dalam hatinya tersimpan kepahitan, kemarahan, dongkol. Dalam doanya ia berkata, "Oh Tuhan, hukumlah dia. Buatlah dia tidak kerasan dan keluar dari perusahaan ini. Kirimkan pekerja yang baru, ya Tuhan!" Munafik!

Kesimpulan

1. Semua pemimpin Kristen yang berhasil pastilah anak-anak Tuhan yang tekun berdoa

2. Pemimpin harus menjadi penggerak atau motivator doa umat

3. Apabila para pemimpin bersatu untuk berdoa, perkara-perkara ajaib Tuhan nyatakan dengan dahsyat

Download Audio

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Mezbah Doa Para Pemimpin
Penulis : Haryadi Baskoro
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman : 9 -- 14, 123

Komentar