Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
Dari abad ke abad, terjadi banyak perdebatan mengenai kematian Kristus. Namun, kita tidak boleh mengabaikan keunikan kematian-Nya -- ini adalah inti pernyataan iman orang Kristen.
Banyak orang sulit memahami bagaimana pengurbanan Yesus dapat menjadi efektif atau memadai. Untuk meredakan kegalauan intelektual manusia, ada yang berusaha membuat salib lebih dapat dipahami oleh akal budi. Namun, Paulus berkata benar ketika ia menulis:
"tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia." (1 Korintus 1:23-25)
Perdebatan yang paling seru mencapai puncaknya pada pertanyaan menyangkut penebusan dosa: bagaimana Allah memuaskan tuntutan sifat kudus-Nya sendiri, sementara Ia masih memperlihatkan kedalaman kasih-Nya bagi umat manusia? Banyak pemikir merasa tidak menyukai gagasan bahwa Allah membuat Yesus menanggung kesalahan dan hukuman akibat dosa kita. Mereka berulang kali mengemukakan teori-teori dengan tujuan untuk menghindari kesimpulan yang buruk ini. Namun akhirnya, tidak ada teori yang dapat mengabaikan fakta bahwa Kristus dipersembahkan sebagai kurban pengganti dosa-dosa kita:
"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24)
Bahkan, Paulus menggali fakta ini secara makin dalam ketika ia meminjam bahasa yang dipergunakan Kitab Ulangan. Yesus bukan hanya menebus kita dari kutuk akibat dosa kita, Ia dijadikan kutuk itu sendiri. Inilah makna yang paling hakiki dari Kalvari. Sesuatu bukan hanya terjadi pada Yesus, namun sesuatu itu juga terjadi di dalam Dia! Paulus berkata:
"Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13)
Dosa karena Kita
Tidak ada kitab Injil yang menekankan fakta ini lebih jelas dari 2 Korintus 5:21, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."
Sebuah catatan kaki di dalam Alkitab "New International Version" menyodorkan alternatif, yaitu untuk menjadi "kurban penghapus dosa" bagi kita. Kurban-kurban penghapus dosa yang berada di bawah Perjanjian Lama hanyalah sebuah bayangan dari apa yang akan terjadi di dalam Yesus.
Penulis surat Ibrani memperjelas hal ini:
"yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban." (Ibrani 7:27)
Yesus melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh imam besar lain mana pun. Yesus menjadi pengganti kita, tidak hanya dengan memikul dosa kita, namun menjadi kutuk akibat dosa itu sendiri. Kemenangan atas dosa, maut, dan kuasa Iblis tidak hanya dikerjakan oleh Dia -- namun dilaksanakan di dalam Dia!
Ayat Kitab Suci yang menakjubkan ini mengandung segala rahasia dan keajaiban Kalvari. Bagaimana kita akan mampu memahami apa yang dilakukan Allah bagi kita melalui kematian Anak-Nya? Kita tidak boleh meremehkan fakta ini! Beberapa pengertian mendasar akan menolong kita untuk melihat sesuatu dari semua kuasa dan keajaiban itu.
Penting bagi kita untuk memahami makna penderitaan Yesus. Kita sudah terlalu lama memercayai gagasan-gagasan yang merendahkan nilai pengurbanan Yesus.
Tidak satu ayat pun di dalam Perjanjian Baru yang mengajarkan bahwa Yesus seorang yang berdosa. Yesus sendiri tidak pernah berbuat dosa. Inilah sebabnya kita menyebut Dia sebagai penanggung hukuman dosa kita, bukan hukuman atas setiap dosa yang diperbuat-Nya. Penulis surat Ibrani mengulangi pernyataan bahwa Yesus mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban sempurna yang tidak bercacat:
"Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup?" (Ibrani 9:14)
Philip Bliss menulis sebuah renungan yang indah mengenai salib berjudul "Man of Sorrows". Dalam sebuah bait puisinya, ia membandingkan diri kita yang berdosa dengan persembahan yang diberikan Kristus:
Berdosa, cemar dan tak berdaya kita; Anak Domba Allah yang tak bernoda, itulah Dia. "Penghapus dosa yang sempurna" bukan? Haleluya! Sungguh seorang Juru Selamat!
Allah menyelesaikan masalah dosa bukan hanya dengan melaksanakan persembahan kurban. Dia masuk ke dalam kematian itu melalui Yesus.
Kematian jasmani disebabkan oleh dosa dan ketidaktaatan manusia, namun ini bukan satu-satunya akibat. Penghakiman dari Allah, ikatan setan, kesakitan, dan penyakit disebabkan juga oleh dosa. Sementara itu, kematian rohani disebabkan oleh dosa yang paling parah. Agar kita dilepaskan dari fakta dan akibat dosa, Sang Anak perlu memikul kutuk karena semua dosa ini. Tidak dapat disangkal, kita enggan menghadapi kebenaran fakta yang mengerikan ini! Kita perlu datang ke Kalvari dengan khidmat, melepaskan alas kaki kita, karena tempat kita berdiri adalah tanah yang kudus.
Sebagian masalah timbul ketika kita menggunakan kata-kata secara ceroboh. Menjadi manusia, sejauh yang kita ketahui, bersifat fana. Namun, ketika Allah menciptakan makhluk hidup, apakah Ia membuat kita tunduk kepada maut? Jawabannya pasti tidak.
Berkaitan dengan penyebab maut, Alkitab bersikap tegas. Kejadian 3:22 menjelaskan bahwa Allah mengusir Adam dan Hawa dari Taman Eden karena mereka berdosa. Sejak saat itu, mereka tidak dapat hidup kekal karena memakan buah pohon kehidupan itu. Paulus menulis:
"Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa." (Roma 5:12)
Karena Yesus tidak berdosa, Dia tidak menjalani hidup-Nya di bawah ancaman maut -- akibat dosa yang tidak dapat dihindarkan -- sampai Dia dengan sukarela memikul dosa kita. Dia adalah satu-satunya manusia yang pernah hidup di muka bumi, yang berhak atas nyawa-Nya sendiri:
"Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku." (Yohanes 10:17-18)
Ini merupakan fakta yang luar biasa mengenai Kalvari: satu-satunya orang yang tidak perlu mati baik secara rohani ataupun jasmani adalah Pribadi yang mengenakan maut pada diri-Nya sendiri. Dengan melakukan ini, Dia menghancurkan kuasa maut.
"Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut." (Ibrani 2:14-15)
Dengan pandangan rohaninya yang hebat, Charles Wesley memproklamasikan:
Semua misteri ini! Sang Kekal mati: Siapa yang sanggup menggali rancangan-Nya yang aneh ini? Sia-sia Serafim sulung berusaha Menyuarakan dalamnya kasih ilahi. Segala kemurahan ini! Biarlah bumi memuja; Biarlah pikiran malaikat tidak menyelidiki lagi.
Di atas kayu salib, pribadi yang tidak dapat matilah yang harus mati. Hanya ketika Yesus menjadi kutuk akibat dosa kitalah maka Dia memasuki fakta kematian. Itulah pergumulan di Taman Getsemani. Di sana, Yesus bergumul dengan kenyataan mengerikan di hadapan-Nya. Dengan kekuatan manusia normal, tidak seorang pun sanggup menghadapi apa yang dihadapi oleh Yesus. Lukas menceritakan kisah itu dengan dukacita yang dalam:
"Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah." (Lukas 22:41-44)
Di Taman Getsemani Yesus mempersembahkan diri-Nya seutuhnya kepada kehendak Bapa-Nya dan Dia menerima apa yang telah digariskan dalam hidup-Nya, yaitu memikul dosa seluruh umat manusia.
Orang-orang yang membantah bahwa Yesus dilahirkan oleh perawan mengatakan bahwa pernyataan itu tidak relevan. Namun, para penulis Injil menyatakan kebenaran ini dengan jelas. Matius dan Lukas memberikan sebuah catatan yang rinci mengenai kelahiran Yesus. Ketika Yohanes menyebutkan tentang mereka yang memperoleh kelahiran baru di dalam iman, ia sedang menggambarkan kebenaran tentang kelahiran Yesus sendiri:
"... yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah." (Yohanes 1:13)
Dari Kitab Suci diketahui dengan jelas bahwa Yesus memiliki tubuh daging yang nyata, dan Dia mengalami pencobaan yang nyata pula. Ini sama sekali bukan kepura-puraan. Sejauh menyangkut tubuh jasmani, dasar-dasar kemanusiaan-Nya sama seperti dasar-dasar kemanusiaan kita juga. Penulis surat Ibrani memperjelas hal ini:
"Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." (Ibrani 4:15)
Bagian terakhir menekankan fakta bahwa ada sesuatu tentang Yesus yang membedakan Dia dari manusia mana pun. Yesus tidak dapat berbuat dosa dan Dia memiliki kuasa untuk mengalahkan setiap pencobaan yang menyerang Dia. Penggambaran Lukas mengenai Yesus yang dicobai di padang gurun (pasal 4) menunjukkan hal ini dengan sangat bagus.
Yesus tidak diperanakkan dari Adam: Dia diperanakkan dari Roh Kudus. Ini sama sekali berbeda dari manusia biasa mana pun. Kita semua memiliki silsilah, kelemahan, dan dosa dari Adam yang pertama. Yesus adalah Adam yang terakhir, manusia dari surga (lihat 1 Kor. 15:45-49). Dari segi jasmani, Yesus sama seperti kita. Namun, tidak dari segi rohani. Sebelum manusia diperanakkan dari Allah melalui Roh Kudus, kita tidak memiliki kesamaan dengan manusia dari surga.
Yesus diperanakkan dari Roh Kudus dan hidup di dalam kuasa Roh. Faktanya, Yesus sungguh menjalani kemanusiaan yang sejati, kemanusiaan yang diciptakan Allah bagi Adam dan yang dijalani Adam sampai ia jatuh ke dalam dosa. Karena Yesus diatur oleh Roh Allah, Dia tidak pernah mengalami kenyataan dan akibat dosa sampai akhir hidup-Nya. Kemudian, Dia menanggung semua akibat hukuman dosa yang mengerikan ke dalam diri-Nya sendiri.
Diambil dari:
Judul buku | : | Kuasa Salib |
Judul buku asli | : | Explaining the Cross |
Penulis | : | Bob Gordon |
Penerjemah | : | Lily Christianto |
Penerbit | : | (PBMR) ANDI, Yogyakarta 2004 |
Halaman | : | 15 -- 25 |
Dipublikasikan di: http://wanita.sabda.org/semua_misteri_ini