Selamat Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
https://natal.sabda.org
Oleh: Santi Titik Lestari
Bagi saya, doa itu merupakan sesuatu yang misterius. Saya tidak bisa memahaminya dalam waktu yang singkat atau memercayai begitu saja perkataan orang lain mengenai doa.
Ketika saya masih bersekolah, doa menjadi sebuah rutinitas agamawi saja karena saya mewarisi tradisi keluarga, lebih tepatnya tradisi yang diturunkan dari agama. Entah mengapa, ada masa-masa saya bergumul tentang doa. Berawal dari paksaan orangtua saya, saat itu saya akan ujian akhir nasional, supaya saya berdoa di suatu tempat tertentu, pada jam-jam tertentu, dan selama beberapa hari tanpa boleh sehari pun terlewat. Dalam pikiran saya, apa pentingnya tempat dan kapan saya harus berdoa. Saya menolak permintaan orangtua saya, bukan menolak doanya lho, tetapi menolak cara berdoa yang dianjurkan. Dan, saat itulah ketegangan demi ketegangan mulai terjadi, lebih-lebih mengenai konsep doa dan bagaimana saya memandang doa, iman, bahkan pentingnya ke gereja.
Meski ada ketegangan, saya justru bersyukur dengan pemikiran saya mengenai doa. Bagi saya, doa itu relasi; berupa hubungan yang sangat dekat, yang "tersembunyi", yang intim, bahkan sampai menyentuh kedalaman hati seseorang ketika mengetahui apa yang Allah inginkan. Bukan berarti dengan mengatakan hal semacam ini, saya adalah pendoa yang tekun, bukan. Saya hanyalah orang percaya, yang percaya bahwa Allah begitu dekat dengan saya dan saya bisa menjumpai-Nya kapan saja.
Ketika berdoa, saya belajar percaya kepada Tuhan, belajar menolak kekuatan diri, belajar mengerti keinginan saya, belajar memahami keinginan Allah, dan belajar menerima apa saja yang Allah berikan kepada saya. Saya bersyukur bahwa sampai saat ini, Allah tidak pernah mempermasalahkan bagaimana saya memahami tentang doa. Allah tetap menyambut saya ketika saya berdoa, dalam keadaan apa pun saat itu. Saya percaya bahwa Allah sebenarnya berdiam dalam hati setiap orang percaya, asalkan kita menyadari dan menyambut-Nya. Akhir-akhir ini, saya diyakinkan betapa Allah itu begitu dekat dan begitu memahami hati orang percaya. Bahkan, ketika saya tidak meminta atau bahkan memikirkannya, Allah telah menyediakan-Nya bagi saya, termasuk Anda jika Anda memercayai-Nya. :)