Doa dan Proses Iman

Oleh: Thomas

Sebuah istilah menarik sering saya dan juga Anda dengar. Istilah tersebut adalah doa merupakan napas orang Kristen. Kita mungkin sering mendengar penjelasan dari istilah tersebut. Satu yang pasti bahwa sebagai orang Kristen kita tidak boleh lepas dari tradisi berdoa. Berdoa merupakan sebuah pelaksanaan iman yang nyata dan konkret. Yesus mengatakan pentingnya untuk bertekun dalam doa (Markus 3:9). Hal yang sama juga ditegaskan Paulus untuk tidak jemu-jemu berdoa. (1 Tesalonika 5:17-18) Dengan demikian, doa menjadi sesuatu yang vital dalam kehidupan iman orang kristiani.

Persoalan yang kemudian muncul yaitu tentang kesetiaan hati kita dalam berdoa. Kesetiaan yang dimaksud di sini adalah berdoa dalam segala hal. Lebih-lebih kesetiaan untuk tetap berdoa dalam masa kesulitan. Saya merasa hal ini bukanlah sesuatu yang mudah bagi kita sebagai orang beriman. Berdoa dalam situasi sulit merupakan tantangan tersendiri yang dirasakan setiap orang. Saya mempunyai pengalaman khusus mengenai hal ini. Pengalaman tentang doa yang tekun sebagai proses iman di tengah kesulitan.

Mengucap Syukur

Sejak kecil saya dididik sebagai orang untuk taat dan patuh dalam Tuhan. Orang tua saya selalu mengajarkan rajin ke gereja, rajin membaca Alkitab, dan bergaul dengan orang-orang yang mengenal Tuhan. Singkatnya saya tumbuh menjadi orang yang benar-benar percaya akan Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat, dan sumber utama dalam hidup saya. Saya tumbuh dalam keadaan bahagia dan penuh kasih sayang dalam asuhan orang tua saya. Seperti pohon saya dipupuk subur dan tumbuh tinggi. Dominasi kekristenan muncul melalui Sekolah Minggu, kegiatan gereja, sampai pelayanan di lingkungan sekitar tempat tinggal saya.

Setiap hari saya rajin berdoa. Penuh semangat. Rasa syukur. Semua terlewati dengan penuh kebahagiaan. Kemudian, peristiwa yang tidak saya sangka-sangka pun tiba. Ekonomi keluarga saya jatuh dalam keterpurukan. Saudara-saudara saya yang merupakan orang berpunya hanya diam tanpa suara. Belum lagi saya ditimpa masalah saat di sekolah. Saya dipertemukan dengan orang-orang yang suka mengejek, membolos, dan suka bertengkar. Alhasil saya merasa begitu terasing. Persoalan semakin rumit, saat saya mengalami penurunan prestasi dan harus puas bersekolah di sekolah negeri yang mayoritas berisi anak-anak nakal. Rasa-rasanya saya sudah habis. Setiap hari energi saya seperti tidak tersisa. Perasaan khawatir dan terhimpit muncul dalam benak saya setiap hari. Lambat-laun, saya mulai seperti batu terkikis. Berat untuk menengok hari yang baru. Berat pula untuk berbaring dengan tenang.

Saya masih sangat ingat, peristiwa tersebut terjadi saat saya masih SMA. Saya menyadari selama tiga tahun berada di SMA seperti melalui oase yang tak mudah. Puncaknya benar-benar tak mudah. Suatu hari saya benar-benar menyerah berdoa. Saya ragu sedalam-dalamnya mengenai peran Yesus dalam hidup saya, dan dalam perjalanan hidup saya. Saya memutuskan untuk lebih banyak berdiam, dan memutuskan untuk lebih banyak menyendiri. Pertentangan dan pergumulan dengan sebuah kesimpulan bahwa saya menyerah membuat saya menjadi seorang yang hancur berkeping-keping. Saya seperti menjalani dilema hidup yang tidak berkesudahan dari waktu hingga saya merasa tidak ingin mengenal siapa Yesus.

Berdoa merupakan proses iman, tetaplah berdoa meski keadaan tidak memungkinkan, sebab jalan Tuhan akan baik adanya.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Tatkala itu terjadi, saya mengalami sebuah peristiwa yang unik. Saya bermimpi aneh sekali. Dalam mimpi saya tersebut, saya seperti sedang berjalan di sebuah jalan lurus. Kemudian, saya seperti mendengar sebuah suara, "Percayalah bahwa Dia Allah yang hidup, bahwa dia akan menyelamatkanmu". Saya ingat suara tersebut terdengar tiga kali. Kemudian saya terbangun dari mimpi saya. Aneh bin ajaib dari peristiwa mimpi tersebut, saya menjadi sadar. Jalan yang saya ambil adalah jalan yang salah. Saya lantas memperbaiki semuanya. Saya lebih tekun berdoa. Hasilnya? Ekonomi keluarga saya membaik. Lebih lagi, proses studi saya lancar sampai akhir. Bahkan, saya bisa melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri. Apa yang dapat dipetik dari peristiwa yang saya alami? Jawabannya satu: Berdoa merupakan proses iman, tetaplah berdoa meski keadaan tidak memungkinkan, sebab jalan Tuhan akan baik adanya.

Komentar