Kegagalan Adalah Juga Jawaban dari Doa

Tanggal 10 Agustus 2009 saya berangkat dari Kralsruhe ke Chemnitz (pukul 05.00 pagi saya sudah berangkat dari Bahnhof -- stasiun kereta api Karlsruhe, Jerman). Saya menepuh perjalan dari Karlsruhe ke chemnitz selama 7 jam perjalanan naik kereta api. Kenapa saya berangkat ke Chemnitz? karena tanggal 14 Agustus 2009 saya ujian DSH di Chemnitz (salah satu kota di Jerman Timur) dan kata teman-teman saya ujian DHS (Deutsch Sprechen Hochschule/setifikat bahasa jerman untuk uni di Jerman) lebih mudah di Chemnitz dibandikan dengan kota-kota lain di Jerman. Saya belajar untuk persiapan ujian ini lebih dari 1 bulan dan 2 minggu terahir saya belajar kira-kira 8 jam perhari dan ditambah lagi dengan kursus selama 4 hari di Chemnitz. Disamping belajar saya juga banyak berdoa dan juga minta dukungan doa dari teman-teman.

Ujian DSH ini dibagi menjadi 3 bagian: 1. Ujian mendengar; 2. Ujian memahami bacaan dan gramatik; 3. Ujian membuat sebuah karangan maksimal 200 kata. Di ujian mengarang saya membuat suatu kesalahan. Saya membuat karangan saya di balik dari lembar soal, dan pada 5 menit terahir sebelum ujian beraKhir pengawas datang kepada saya dan mengatakan bahwa karanganya bukan di buat dibalik lembaran soal tapi ada kertas khusus yang disediakan untuk karangan. Saat itu saya hanya bisa bilang kehendak-Mu yang jadi Yesus. Sebelum ujian saya sudah banyak membuat rencana kalau lulus ujian. Lulus ujian saya mau pergi liburan ke Hungaria karena teman saya membelikan tiket liburan ke budapest(ibukota Hungaria) selama seminggu . Kalau lulus ujian saya mau ke Indonesia natalan dan ketemu sama pacar saya tercinta, bisa ketemu sama keluarga saya. Saya juga ada buat rencana sama teman-teman saya di Jerman akan natalan bareng diMrumah saya (teman saya ini adalah orang Jerman) dan selain natalan, akan main selancar di Nias dan naik gunung sinabung, Sibayak (di Sumatera Utara). Pokonya saya sudah buat banyak rencana kalau lulus ujian DSH ini.

Tanggal 19 Agustus 2009 diumumin hasil ujian saya dan teryata saya tidak lulus, dan saya tertunduk lemas. saya merasa semua hilang dan lenyab seketika. Saya mau mengis dan berteriak kenapa Tuhan kok bisa seperti ini. Kenapa Tuhan, Kamu tahukan Tuhan saya sudah membuat banyak plan dan kenapa rencana itu semua lenyap seketika tidak berbekas sama sekali. Kata itu yang saya bisa bilang ke Tuhan. Ada suara dalam hati aku, Anak-Ku pada waktu kamu berdoa kamu mengatakan kehendak-Mu yang jadi Tuhan, tapi sebenarnya saat itu kamu mengucapkan kata itu hanya pemanis kata-kata doamu saja. Tidak terasa air mata saya jatuh dan mengatakan "Ampuni saya Tuhan", saya sering berdoa biarlah kehedak-Mu yang jadi Tuhan, tapi pada saat yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan saya malah saya marah-marah ke Tuhan.

Salah satu ayat favorit saya adalah: "Tuhan tidak pernah berjanji akan panas terus dan Tuhan juga tidak pernah berjanji akan selalu hujan, tapi Tuhan berjanji akan memberikan kekuatan pada saat badai datang." saat ini aku cuman bisa bilang dan minta ke Tuhan: "Berikan aku kekuatan itu Tuhan, aku mau semangat lagi Tuhan, dan aku berencana mau ujian DSH lagi bulan November mendatang Tuhan. Berikan aku roh hikmat supaya bisa mengerti dan memahami kehendak-Mu dalam hidup aku. Tuhan Yesus buat saya bisa bersyukur pada saat saya gagal dan tidak rendah diri. Buat juga saya tetap rendah hati kalau saat saya sukses dan bukan malah sombong." Teman-teman aku percaya bahwa dibalik hujan yang lebat dan dibalik mendung yang tebal akan muncul seberkas pelangi yang indah. Pelangi sukacita yang datangnya dari Tuhan kita Yesus kristus. Tuhan meberkati Kita semua. Amin

Tuhan tidak Pernah Terlambat

Terima kasih untuk sharingnya yang sangat memberkati. Memang terkadang apa yang kita inginkan tidak terjadi seperti apa yang kita harapkan. Hal ini juga yang sering membuat kita merasa bahwa sepertinya Tuhan terlambat, namun kita harus percaya bahwa ia memiliki waktu yang tepat dalam menjawab setiap pergumulan yang kita hadapi.

Beberapa tahun yang lalu, saya juga sempat mengalami seperti yang Anda alami. Waktu itu saya sedang menanti untuk ujian akhir skripsi. Di tempat saya kuliah dulu, sebelum kami ujian akhir kami harus mengikuti seminar awal dulu, dan jika pada seminar tersebut bisa lolos, baru bisa mengikuti ujian akhir. Beberapa minggu menjelang batas akhir pendaftaran seminar, ketika saya hendak bimbingan untuk makalah yang telah saya perbaiki, saya diberti tahu teman saya bahwa hari ini pembimbing saya harus berangkat ke Australia untuk beberapa minggu ke depan. Saya sempat menangis dan kecewa, karena ini artinya keinginan saya untuk bisa mengikuti ujian batal dan saya harus menunggu semester berikutnya. Namun di tengah perasaan yang kacau, Tuhan berbicara kepada saya "Aku tidak akan pernah mengingkari janji yang telah Aku berikan kepadamu".

Singkat cerita, akhirnya saya bisa mengikuti ujian. Namun yang membuat saya terheran-heran adalah ketika saya sedang membereskan kelengkapan administrasi untuk dapat mengikuti ujian. Semua bisa saya selesaikan hanya dalam waktu satu jam, sedangkan teman-teman saya kebanyakan bisa sampai berhari-hari untuk mengurusi kelengkapan tersebut. Dan yang lebih ajaib lagi ketika ujian yang diberi waktu 90 menit, saya hanya berada dalam ruangan mungkin sekitar 30 atau 45 menit dengan 3 pertanyaan. Ketika berada di ruang ujianpun, rasanya tidak seperti ujian, melainkan seperti diskusi saja. Saya juga mendapatkan penguji yang baik, dan saya juga lulus dengan nilai yang baik juga.

Komentar