Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
TO, seorang Kristen dari latar belakang agama lain, tahu pentingnya berdoa dan mengampuni musuh. "Alkitab telah mengajar aku untuk mengasihi mereka dan peduli kepada mereka, apa pun yang telah mereka lakukan terhadapku," katanya. "Oleh karena itu, aku mengampuni mereka karena Tuhan telah mengampuni aku. Ia telah mengampuni aku karena dosa-dosaku, dan sekarang Dia meminta aku untuk mengampuni mereka yang telah berbuat dosa terhadap aku," kata TO. Ketika Kristus mengampuni, demikian juga kita harus mengampuni." Itulah apa yang Dia harapkan dari kita untuk dilakukan, bahkan saat kita menghadapi penganiayaan."
Bertahun-tahun yang lalu, ketika TO menerima Kristus dan menikahi pria Kristen, keluarga agama lainnya menolak mengakui iman barunya. Ketika suaminya meninggal mendadak, mereka sama sekali tidak mau mengakui TO sebagai bagian dari keluarganya sendiri. Penolakan keluarga bukanlah satu-satunya yang ia alami. Pada tahun 2004, segerombolan agama lain hampir membunuhnya. "Mereka memukul kepalaku dengan papan tebal berpaku," kata TO. Ia berusaha mempertahankan diri ketika penyerangan berlanjut. "Para penyerang mengambil sebuah belati dan menyobek lengan kanan dan kirinya. Dan, setelah belati mereka terjatuh, mereka menggunakan kayu untuk memukuli sekujur tubuhku; mereka memukuli kepalaku dengan tongkat. Ketika aku melihat sekitarku, ada orang-orang agama lain yang hanya berdiri dan menonton," katanya.
Para penyerang melanjutkan penyerangan brutal mereka dengan gelas yang pecah. Luka TO berdarah hebat. Ia berlari menuju seorang pria yang sedang berjalan menuju ke mobilnya. "Aku berkata, 'Tolong aku! Orang-orang ini akan membunuhku,'" kata TO. "Pria itu berkata, 'Pergilah dariku; kamu kafir. Apa yang aku lakukan dengan kafir sepertimu di mobilku? Biarlah mereka membunuhmu. Itulah yang sepantasnya kamu dapatkan.'" "Aku melihat sekelilingku dan tidak ada lagi tempat untuk berlari; mereka mengitari aku. Lalu aku berkata, 'Yesus, aku menyerahkan rohku ke dalam tangan-Mu; biarlah rencana-Mu jadi dalam hidupku'" Segera setelah TO berdoa, seorang agama lain menolongnya dari gerombolan penyerang tersebut dan membawanya ke rumah sakit. "Aku mengalami pendarahan serius. Tetapi, Tuhan masih menjagaku," kata TO.
Selama penyerangan, TO tidak menyadari bahwa orang-orang Kristen di seluruh Kano sedang diburu seperti mangsa, ditembak, dan ditikam hingga mati oleh kelompok tertentu dari agama lain. Kelompok itu membenarkan tindakan mereka sebagai balasan atas kerusuhan yang terjadi sebelumnya di kota Jos. Anak-anak TO, E dan J, membesuknya di rumah sakit sore harinya. E (8 tahun) berkata, "... Mama, mama pasti selamat. Yesus telah menyelamatkanmu; tidak ada seorang pun yang dapat melakukan itu untukmu .... Jangan menangis mama." TO menyeka air matanya. "... sampai hari ini, Tuhan memakainya untuk menguatkan aku," tambahnya.
Alkitab Adalah Senjata Kami
Setelah dua minggu di rumah sakit, TO pulang. Tuhan mengubah kejadian yang hampir merenggut nyawanya itu menjadi suatu kesaksian yang luar biasa, yang ia gunakan untuk menguatkan wanita lain. TO sekarang bekerja dengan salah satu lembaga Kristen di Kano. Tugasnya adalah menjadi pembimbing bagi para janda yang telah kehilangan suami mereka karena penganiayaan. "... Aku mengatakan kepada para janda bahwa mereka harus memandang diri mereka sesuai dengan firman Tuhan. Jika kamu mempunyai firman Tuhan, tidak ada yang dapat menghalangi langkahmu. Alkitab telah memberikan kepada kita semua senjata. Itulah apa yang aku katakan pada mereka setiap waktu."
TO mempunyai pengertian yang benar tentang apa yang firman Tuhan katakan, mengenai penderitaan yang ia bagikan dengan wanita lain. Ia mendorong mereka untuk mengenal Tuhan lebih lagi. Ini menolong meneguhkan iman mereka selama mereka mengalami kesulitan atau penganiayaan. "Itu akan terjadi ketika kamu mengikuti Yesus dan percayalah bahwa aku tahu rasanya menderita -- keluarga besarku telah membuang aku ... mereka berkata, 'Kami ingin tahu keadaanmu dan kapan kamu akan kembali pulang?' Aku berkata, 'Aku tidak akan pernah pulang dan hidupku hanya untuk Yesus.'"
Ia bahkan tahu beberapa orang yang diam-diam menjadi Kristen, tetapi mereka begitu takut untuk menyatakan iman karena kemungkinan akibat yang akan timbul. "Jika kamu seorang agama lain dan kamu berpindah keyakinan menjadi Kristen, mereka akan mencari cara untuk membunuhmu, untuk menyingkirkanmu, tanpa berpikir dua kali," katanya. Ia menjawab ketakutan para janda dengan menunjukkan pada mereka karakter Kristus. "Yesus tidak pernah meminta kita untuk berperang bagi-Nya; bahkan Dia malah mengatakan bahwa kita harus berdoa bagi mereka yang menganiaya kita. Dan itulah yang sebaiknya kita lakukan setiap hari, dan kita tidak berdoa agar Tuhan membalaskan dendam kita."
Diambil dari | ||
Judul buletin | : | Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Edisi September - Oktober 2009 |
Judul asli artikel | : | Tidak dicantumkan |
Penulis | : | Derek Prince |
Penerbit | : | Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2009 |
Halaman | : | 5 -- 7 |