Mengetahui Kehendak Allah Lewat Doa

Bacaan: Markus 14:32-42

Kita telah berbicara tentang bagaimana mengetahui kehendak Allah. Satu hal yang saya tekankan kepada Anda adalah bahwa sering kali, kita benar-benar mengetahui kehendak Tuhan, tetapi kita tidak mau melakukannya atau terlalu takut untuk mengikutinya. Kita perlu menyadari bahwa dalam doa, Yesus sendiri pun harus tunduk pada kehendak Bapa. Di dalam doalah Yesus berkeputusan untuk mengesampingkan kehendak-Nya sendiri dan setia melakukan kehendak Bapa.

Salah satu pertanyaan yang harus saya tanyakan kepada diri sendiri dalam doa adalah, "Apakah kamu benar-benar ingin mengetahui kehendak Allah?" Itu tampak seperti pertanyaan konyol pada awalnya. Akan tetapi, banyak orang tidak benar-benar ingin mengetahui kehendak Allah. Apa yang mereka inginkan hanyalah agar Tuhan memberkati kehendak mereka. Apakah Anda bersedia menyerahkan kehendak itu kepada Allah? Apakah Anda bersedia membiarkan Dia mengubahnya, menyingkirkannya, membuatnya menjadi sesuatu yang baru? Sesuatu yang perlu Anda ingat adalah bahwa Allah tidak akan sering berbicara tentang kehendak-Nya kepada kita sampai kita siap untuk menerimanya dan bersedia mengikutinya. Ia tahu apakah Anda bersedia atau tidak. Yesus sendiri berdoa, "... tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Yesus mengatakan doa tersebut bukan karena Ia ingin manusia binasa. Akan tetapi, karena kengerian jalan yang akan menghantar-Nya untuk menebus manusia. Jalan yang harus dijalani sendiri oleh Yesus.

Beberapa dari kita berlaku seperti pengkhotbah yang sedang melakukan diet dan berdoa saat ia sedang menyetir untuk bekerja, "Jadi Tuhan, jika adalah kehendak-Mu supaya aku tidak makan donat pagi ini, tolong pastikan agar tidak ada tempat parkir di depan toko donat." Dan, kemudian ia berkata, "Aku makan donat karena ada dua tempat tepat di depan mobilku pada perjalananku mengelilingi jalan di sekitar daerah itu untuk ke-8 kalinya." Kita perlu memastikan bahwa kita tidak memainkan permainan "menjadikan bimbingan Allah sesuai dengan keinginan kita", melainkan mencari tahu apakah yang kita inginkan sesuai dengan rencana-Nya atau tidak.

Saya sendiri menyediakan waktu mencari kehendak Allah secara intens ketika mengetahui dengan pasti bahwa program kerohanian yang sedang saya jalani akan segera berakhir. Pemotongan anggaran merupakan masalah tetap dalam kegiatan yang di dalamnya saya terlibat. Salah satu kegiatan ditutup dan saya beralih ke kegiatan lain, di mana saya benar-benar merasa sepertinya Tuhan tidak menginginkan saya. Tetapi, saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Allah menggunakan periode diam untuk mendapatkan perhatian saya. Kadang-kadang, Allah menggunakan periode diam seperti itu untuk memberi kita waktu agar lebih serius dalam berdoa dan benar-benar mencari waktu untuk bersama-Nya. Ada saat ketika ketika Allah "meregangkan" kita dan membantu kita untuk bertumbuh melalui proses tersebut. Ini dapat menjadi waktu yang membuat kita lebih dekat kepada Tuhan.

Menulis tentang bimbingan Allah yang pasti, Pendeta Inggris, Frank W. Boreham, menceritakan saat seorang pelayan Tuhan mengunjungi rumahnya di Selandia Baru. Masih muda dan belum berpengalaman, Boreham meminta nasihat dari tamunya itu. Dia mengatakan bahwa suatu pagi, mereka duduk di beranda, melihat ke hamparan pegunungan yang diterangi sinar keemasan serta keunguan dari matahari. Ia bertanya kepada sang pelayan Tuhan, "Dapatkah seseorang merasa yakin bahwa dalam kebingungan, ia akan benar-benar dipimpin oleh Allah? Dapatkah ia merasa aman untuk tidak membuat langkah yang salah?" "Saya yakin akan hal itu," seru sang pelayan Tuhan, "hanya jika dia memberikan waktu kepada Tuhan! Selama hidup, ingatlah untuk memberi Tuhan waktu!" (Dari Tim LaHaye, "How to Study the Bible For Yourself" (Bagaimana Belajar Alkitab untuk Diri Sendiri, red.), Harvest House, hlm.95-96).

Saya harus menyadari bahwa sejujurnya, kehendak saya tidak selalu selaras dengan kehendak Tuhan. Melalui masa-masa kegigihan dalam doalah Allah memiliki kesempatan untuk membentuk saya, menghukum saya, dan berbicara kepada saya. Saya harus mendengarkan dia dan juga berbicara kepada-Nya. Ini membutuhkan waktu dan upaya kita, dan tidak dapat diburu-buru. M.Blaine Smith mengatakan tentang hal ini dalam bukunya “Knowing God’s Will” (Mengetahui Kehendak Tuhan, red.) bahwa "kemungkinan untuk mengubah kehendak Allah tanpa doa adalah seperti mengambil gambar dengan kamera kosong." (Smith, hlm.88) Jadi, hal pertama yang dilakukan oleh doa adalah membiarkan Tuhan mengubah pikiran dan hati saya menuju kehendak-Nya.

Saya juga harus ingat bahwa ketika mencari kehendak Allah melalui doa, Allah tidak akan bertentangan dengan diri-Nya sendiri. Jadi, jika saya merasa Tuhan sepertinya menyuruh saya untuk melakukan sesuatu, saya harus membaca firman Tuhan dan melihat apakah itu sesuai. Beberapa orang mencari "pengalaman rohani" dengan Allah melalui penglihatan dan mimpi, yang kadang-kadang terjadi dalam Perjanjian Lama. Umumnya pada masa kini, Ia berbicara kepada kita melalui firman-Nya dan melalui Putra-Nya dan mungkin dalam cara yang kurang dramatis. Saya selalu dapat berasumsi bahwa kehendak Allah berada dalam kepentingan terbaik saya sendiri. Saya juga selalu dapat berasumsi bahwa Allah bertindak keluar dari kasih karunia-Nya.

Ada sebuah kisah tragis dalam Yosua 9 tentang apa yang bisa terjadi ketika kita tidak meluangkan waktu untuk berdoa dan mencari wajah Allah. Yosua dan umat Allah pindah ke tanah perjanjian untuk mengambilnya. Mereka telah mengalami kemenangan atas kota Ai dan Yerikho. Tuhan telah mengatakan kepada Yosua untuk tidak mengampuni semua orang yang tinggal di tanah tersebut, tetapi benar-benar menghukum mereka karena dosa-dosa mereka. Pesan ini beredar di antara orang-orang Gibeon bahwa Yosua dan umat Allah diberi perintah oleh Tuhan untuk menghancurkan mereka. Setelah jatuhnya Yerikho, mereka menyadari bahwa mereka berada dalam situasi yang dipenuhi dengan keputus asaan. Jadi, orang Gibeon datang dengan rencana ini untuk menipu Yosua. Mereka berdandan dan berpura-pura berasal dari jauh dan berusaha untuk membuat perjanjian dengan Yosua. Lalu, dikatakan dalam Yosua 9:14, "Lalu orang-orang Israel mengambil bekal orang-orang itu, tetapi tidak meminta keputusan TUHAN." Lalu, Yosua membuat perjanjian damai dengan mereka untuk membiarkan mereka hidup dan para pemimpin umat itu mengesahkannya dengan sumpah." Mereka menjadi percaya diri bahwa mereka mengetahui kehendak Allah. Akibatnya, mereka bertindak seolah-olah mereka tidak perlu bertanya kepada Allah. Allah bisa saja menghentikan hal itu dan berbicara melalui tiang awan, atau seorang nabi, dan mengatakan masalahnya kepada Yosua. Tetapi, Allah mengizinkan Yosua untuk membuat kesalahan. Kesalahannya ada untuk mengajar kita. Kesalahan ini akan berdampak pada Yosua dan umat Allah selama bertahun-tahun sesudahnya. Orang-orang Gibeon akan menjadi batu sandungan karena berhala-berhala mereka. Pelajaran ini penting untuk kita ingat: Jangan menganggap bahwa Anda mengetahui kehendak Tuhan. Serahkan keputusan Anda kepada Tuhan dalam doa.

Ada kisah tentang dua orang yang bekerja di departemen audit sebuah bank besar. Mereka mengadakan perjalanan selama semalam ke sebuah cabang yang jauh dari bank pusat dan makan malam di restoran setempat. Kepala auditor mengatakan kepada rekannya, "Pertama kita akan "hit" (hit dalam bahasa Inggris bisa berarti memukul atau menemui, red) tellernya, dan kemudian mengambil isi lemari besinya." Mereka tiba di bank keesokan harinya, hanya untuk segera ditangkap oleh polisi negara bagian. Selama penyelidikan, mereka mengetahui bahwa ternyata kapten polisi juga makan di restoran yang sama malam itu dan mendengarkan percakapan tentang "memukul teller dan mengambil isi lemari besi." Kapten polisi itu telah membuat asumsi yang sangat baik tentang situasi tersebut berdasarkan informasi saat ia mendengar hal tersebut, tetapi asumsinya juga sangat salah. (penulis asli tidak diketahui) Jadi, bagaimana kita bisa menghindar dari membuat asumsi yang salah ketika kita berusaha menemukan pikiran Tuhan?

Hal-hal untuk diingat:

  1. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah saya benar-benar ingin mengetahui kehendak Tuhan, atau apakah saya hanya meminta-Nya untuk memberkati kehendak saya?"
  2. Apakah saya memberi Tuhan waktu untuk menjawab saya? Apakah saya sudah bersungguh-sungguh berdoa?
  3. Apakah saya mau menyadari bahwa kadang-kadang, kehendak Tuhan dan kehendak saya tidaklah sama?
  4. Apakah saya berasumsi bahwa saya mengetahui kehendak Tuhan?(t/ N. Risanti)

Diterjemahkan dan disunting dari:

Nama situs : Sermoncentral
Alamat URL : http://www.sermoncentral.com/sermons/knowing-gods-will-through-prayer-jeff-simms-sermon-on-knowing-gods-will-80582.asp?Page=1
Judul asli artikel : Knowing God's Will Through Prayer
Penulis artikel : Jeff Simms
Tanggal akses : 1 November 2013

Komentar