Berjaga-jaga dan Berdoa, Keinginan dalam Doa, dan Waktu dan Tempat untuk Berdoa

Juru Selamat kita setidaknya dua kali mengingatkan agar murid-murid-Nya berjaga-jaga dan berdoa (Markus 13:33 dan 14:38). Sebab itu kedua tugas tersebut merupakan kesatuan. Kita harus berjaga-jaga sementara kita berdoa dan berdoa sementara kita berjaga-jaga. Paulus mengingatkan jemaat Kolose, "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur."

Dan kepada Jemaat Efesus, "Berdoalah setiap waktu di dalam roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu." Saat ini banyak doa yang dinaikkan hanya sekadar sebagai formalitas dan tidak menghasilkan apa-apa. Kita memisahkan dua hal yang sebenarnya telah dipersatukan oleh Tuhan, yaitu berjaga-jaga dan berdoa. Kita seumpama berusaha bernapas tanpa oksigen, atau minum air tanpa hidrogen. Berjaga-jaga sangat diperlukan sebelum kita berdoa, saat kita berdoa, dan setelah kita berdoa. Berjaga-jaga merupakan persiapan dari semua doa sejati. Kita harus berjaga-jaga bagi kesempatan untuk berdoa. Beberapa orang berdoa hanya dalam saat-saat tertentu saja, dan hanya merupakan kebiasaan.

Mereka mengulang-ulang Doa Bapa Kami dan permohonan yang sama pada setiap pagi dan malam, dan mereka mengira bahwa itu adalah doa. Tetapi mereka sebenarnya hanya mengucapkan doa. Mereka melakukan pengulangan kosong seperti yang dilakukan oleh para penyembah berhala. Paulus mengingatkan kita untuk "berdoa setiap waktu" dan kita sering mendengar bahwa "doa adalah napas orang Kristen". Seandainya bernapas harus dilakukan dengan sengaja, seandainya kita harus memikirkan dahulu sebelum melakukannya, tidakkah kita akan mencari-cari kesempatan untuk bernapas ketika kita sedang berbicara atau berjalan? Namun, karena doa dilakukan secara otomatis seperti halnya napas, maka kita harus berjaga-jaga sepanjang hari. Jika kita telah menyelesaikan suatu pekerjaan, kita harus berhenti cukup lama untuk bersyukur kepada Allah atas pertolongan-Nya dan meminta kepada-Nya untuk menyertai kita saat kita melangkah di hari berikutnya. Oh, betapa akan lebih kayanya kehidupan, pengalaman, serta pengharapan kekristenan kita seandainya kita terus-menerus berjaga-jaga untuk berdoa!

Kita harus berjaga-jaga untuk objek-objek yang akan didoakan. Doa harus jelas dan spesifik. Berlutut pada malam hari dan meminta Allah menenangkan mereka yang menderita merupakan beban yang samar dan umum sehingga kita berdoa tanpa beban yang dalam. Tetapi, jika kita menemukan orang yang menderita dan kita berusaha untuk menenangkannya, kita akan berdoa sungguh-sungguh untuk dia -- doa akan mengalir dari hati kita kepada hati Allah. Dan lebih dari semuanya, kita harus berjaga-jaga atas hati kita sendiri, memerhatikan percobaan-percobaan yang menyerang kita dan dosa-dosa yang sangat mudah menimpa kita, sehingga kita tahu untuk apa kita berdoa. Di dalam doa, kita mencari berkat Allah bagi kita dan bagi orang lain. Kita mungkin berkata bahwa kita tidak perlu menyebutkannya secara terperinci karena Allah mengetahui segala sesuatu. Ketika saya meminta Dia untuk mengasihi orang berdosa, Dia tahu siapa yang saya maksudkan tanpa saya perlu menyebutkan nama mereka. Tetapi jika demikian adalah masuk akal untuk mengatakan, karena Allah mengetahui segala sesuatunya, mengapa kita harus berdoa kepada-Nya? Doa adalah saluran yang dipilih bagi anugrah-Nya. Dia harus dicari. Dia berfirman, "Mintalah, maka kamu akan menerimanya," dan permintaan tersebut tidak mungkin sungguh-sungguh, penuh hasrat, dan sepenuh hati kecuali permintaan tersebut spesifik.

Setiap kota besar memiliki regu pemadam kebakaran. Di dalam markas mereka, bisa dijumpai orang-orang, kuda, kereta penyemprot, dan mesin yang siap berangkat pada saat terdengar suara peringatan. Mereka tidak pergi berburu api. Mereka menunggu hingga mereka dipanggil. Di atas menara di tengah kota berdiri seorang penjaga. Dia melihat ke utara, selatan, barat, dan timur. Segera setelah dia melihat asap yang berasal dari kebakaran besar, dia membunyikan alarm dan segera regu pemadam kebakaran bergerak. Penjaga tersebut memberi tanda ke mana mereka harus berangkat, dengan demikian tidak ada waktu yang terbuang. Sekarang kita mengerti pentingnya berjaga-jaga dalam kasus ini. Begitu pula dengan doa, betapa pentingnya kita harus berjaga-jaga. Allah tidak bergantung kepada tanda yang diberikan oleh penjaga untuk mengetahui di mana anugerah-Nya dibutuhkan, tetapi Dia memilih untuk memberikan anugerah-Nya hanya untuk mereka yang menanggapi, dan doa seperti itu bersifat spesifik.

Kita harus berjaga-jaga sementara kita berdoa karena saat itulah setan akan berusaha untuk memenuhi benak kita dengan pikiran yang melayang-layang. Kita harus berjaga-jaga terhadap keinginan daging. Seperti seorang jenderal di dalam peperangan yang berjaga-jaga terhadap setiap gerakan musuh, yang selalu siaga untuk mendeteksi setiap strategi baru, demikianlah seharusnya kita di dalam doa kita. Kita harus berjaga-jaga terhadap jawaban doa kita. Jika seseorang menemui temannya untuk meminta bantuan, dia tidak berkata, "Bapak A, bersediakah Anda meminjami saya uang sepuluh juta?" dan kemudian dia buru-buru pergi sebelum Bapak A menjawab pertanyaannya. Tentunya tidak demikian. Dia akan memerhatikan wajah Bapak A, dan mungkin dapat membaca jawabannya sebelum diucapkan. Kemudian, dia akan mendengarkan jawaban yang diucapkan. Dan jika jawaban tersebut samar, dia akan mengulangi dan menekankan permohonannya. Tidak menunggu jawaban yang kita harapkan menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar berhasrat dan berharap.

Memang kita tidak dapat memerhatikan wajah Allah seperti memerhatikan wajah seorang teman. Tetapi ada satu cara yang dapat kita tunjukkan bahwa kita menanti dengan penuh harap kepada-Nya. Contohnya, seorang Kristen berdoa dengan penuh hasrat dan dalam iman agar Allah mencurahkan Roh-Nya atas hati seorang teman yang belum bertobat. Jika dia mengharapkan Allah mendengar dan menjawabnya, tidakkah dia akan menemui temannya esok harinya dan berbicara dengannya untuk melihat jika hatinya diperbaharui dan tertarik kepada hal-hal rohani? Pemanah yang menembakkan sebuah anak panah pada suatu sasaran akan melihat apakah anak panahnya telah mengenai sasaran tersebut. Dia tidak memanah karena harus memanah, tetapi dia memanah untuk mencapai suatu tujuan yang pasti dan dia menunjukkan minat kepada hasil yang diperoleh. Demikian pula seharusnya kita. Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa dilihat dari formalitas doa kita; ketika meminta sesuatu, kita tidak sungguh-sungguh berharap untuk memperolehnya. Jika kita sungguh-sungguh berharap, kita akan berjaga-jaga pada saat kita berdoa untuk melihat jawabannya di dalam pemeliharaan Allah atau merasakan denyutannya di dalam hati kita.

KEINGINAN DALAM DOA

Iman adalah sumber, kehidupan, dan kekuatan proyeksi doa. Doa tergantung kepada nama, kebaikan, dan perantaraan Kristus. Melalui dasar, syarat, dan kekuatan vital di dalam doa, kita menemukan dasar doa yang ditempatkan di dalam hati manusia. Dasar doa bukan semata-mata kebutuhan kita, karena jika demikian, kita akan terus berdoa karena kita selalu dipenuhi dengan kebutuhan. Dasar doa bukanlah sebuah harapan, suatu dorongan hati yang lewat, sebuah pandangan singkat ke arah surga. Keinginan adalah dasar dari doa. Kristus berkata, "Apa saja yang kamu inginkan ketika kamu berdoa." Keinginan dianggap sebagai hasrat dalam tindakan. Keinginan adalah suatu perasaan kuat yang digairahkan dalam pikiran oleh suatu kebaikan. Keinginan mengangkat sesuatu dan memakukan pikiran padanya. Keinginan memiliki pilihan, keterpakuan, dan api di dalamnya. Doa yang berdasarkan kepada keinginan adalah doa yang jelas dan spesifik. Orang yang berdoa seperti itu mengetahui kebutuhannya dan merasakan, serta melihat hal-hal yang diminta.

Doa bukanlah sebuah pertunjukan, bukan pula suatu tuntutan umum yang tidak pasti. Doa didorong oleh keinginan yang mengobarkan jiwa dan pandangannya kepada objek yang diinginkan. Doa seharusnya menjadi bagian kebiasaan rohani kita, tetapi doa akan berhenti jika hanya dijalankan oleh kebiasaan semata. Kedalaman serta intensitas keinginan rohanilah yang memberikan gairah kepada doa. Keinginan memberikan desakan, suatu urgensi yang tidak dapat disangkal, menanti dan memohon, serta tidak akan beranjak hingga keinginannya dipenuhi. Keinginan kuat menghasilkan doa yang kuat. Keinginan sangat terbantu dengan pemikiran. Dengan merenungkan keadaan kita, kebutuhan kita, serta kesediaan Allah dan kuasa-Nya membuat keinginan bertumbuh.

Rahasia dari doa kering yang tidak dijawab terdapat pada lemahnya keinginan kita. Doa yang tidak dipedulikan adalah bukti yang menakutkan atas keinginan rohani yang mati, jiwa telah menjauh dari Allah ketika keinginan di hadapan-Nya tidak lagi menekan jiwa untuk masuk ke dalam kamar doa. Walaupun kita mungkin berdoa tanpa keinginan, tidaklah mungkin ada doa sejati jika keinginan kita tidak ada. Kita mendaftarkan banyak hal di dalam doa kita, kita melingkupi banyak wilayah, tetapi apakah keinginan kita melingkupi permintaan-permintaan tersebut? Apakah keinginan kita memetakan wilayah yang dilingkupi oleh doa kita? Keinginan itu bersifat kuat dan sempit. Ia tidak dapat menyebarkan dirinya di atas bidang yang lebar. Ia mengingini sedikit hal dan ia mengingininya dengan sangat, begitu sangatnya sehingga tidak satu pun kecuali kehendak Allah sajalah yang dapat memuaskannya.

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan."

Keinginan ini telah memasuki keinginan rohani dan tuntutan yang harus dipuaskan, dan ini menjadi dasar suatu doa yang memenuhi kita dengan jawaban-jawabannya. Tidakkah doa-doa kita sering kali hanya sebuah harapan atau ekspresi lemah dari suatu kepedulian dan keinginan yang teringat? Kadang-kadang, doa kita hanyalah kata-kata yang sudah tersusun dan dalam proporsi yang biasa, yang kesegaran dan kehidupannya sudah berlalu beberapa tahun lalu. Api keinginan yang memenuhi yang ada sekaranglah yang naik kepada Allah. Hasrat yang diciptakan oleh keinginanlah yang menjalar kepada takhta belas kasihan dan memperoleh permohonannya. Kegigihan keinginanlah yang memberikan kemenangan dalam pertempuran di dalam pergumulan besar doa. Beban berat keinginanlah yang memenangkan dan membuat kita tidak tenang dan jiwa kita terus berada dalam pergumulan besar. Keinginanlah yang mempersenjatai doa dengan ribuan permohonan dan melingkupinya dengan semangat yang tidak terkalahkan dan kekuatan yang menaklukkan semua.

Kita lebih banyak gagal dalam keinginan doa daripada kegagalan penampilan luar doa. Kita mempertahankan bentuk, tetapi kehidupan batin pudar dan mati. Bukankah kelemahan keinginan kita akan Allah, akan Roh Kudus, dan akan seluruh kepenuhan Kristus merupakan penyebab doa yang sedikit dan kendor? Apakah kita merasa keinginan terdalam kita sama dengan harta benda surgawi ini? Apakah suara erangan dari keinginan kita memacu jiwa kita untuk bergumul dengan hebat? Apinya menyala dengan kecil. Panas yang mendidih telah menurun menjadi kesuaman. Apakah kita memiliki keinginan yang menekan kita untuk bersekutu dengan Allah yang diisi dengan api yang membakar yang tak terkatakan dan menahan kita di sana selama berjam-jam di dalam permohonan yang memacu jiwa dan pergumulan mendalam? Hati kita perlu dibajak, tidak hanya untuk mengeluarkan perkara-perkara jahat, tetapi juga untuk membawa masuk perkara-perkara baik; dan dasar serta inspirasi bagi kebaikan yang datang adalah keinginan. Api yang kudus dan menyala-nyala ini yang ada di dalam jiwa yang membangkitkan perhatian surga, dan perbendaharaan surga yang melimpah menanti untuk mengisi keinginan yang lahir di surga ini.

WAKTU DAN TEMPAT UNTUK BERDOA

Waktu dan tempat, walaupun tidak terlalu utama dalam doa, merupakan kondisi yang penting bagi pelaksanaan doa yang benar dan berhasil. Doa memiliki berbagai bentuk ekspresi, tetapi harus ada waktu dan tempat bagi doa yang tidak terganggu atau semua bentuk ekspresi doa itu akan berhenti atau akan menjadi dingin, lesu, atau tidak menghasilkan buah. Doa merupakan waktu pertemuan yang diberikan Allah kepada manusia, dan jika kita tidak memiliki tempat yang dikhususkan bagi pertemuan tersebut dan tidak menyediakan waktu kudus bagi persekutuan ilahi ini, maka kita memperlakukan pertemuan tersebut dan semua hal penting di dalamnya dengan pandangan rendah dan melakukan penghinaan kepada Tuhan yang telah merendahkan diri bagi kita, yang merupakan hak istimewa tinggi bagi kita. Waktu bagi persekutuan yang penuh berkat bukan merupakan waktu yang sempit dan terburu-buru, yang diambil dari kegiatan-kegiatan lain. Segala sesuatu yang harus dikerjakan harus dilakukan dengan baik. Tidak menyediakan waktu untuk berdoa sama dengan tidak berdoa sama sekali. Tidak memiliki tempat untuk berdoa menjadikan doa perkara ringan dan tidak terasa.

Doa merupakan tanggung jawab pekerjaan orang Kristen. Kedudukan resmi yang dijabat orang Kristen adalah pendoa syafaat. Orang Kristen adalah imam Allah, dan jika kita tidak memberikan waktu maupun tempat bagi pekerjaan kudus dalam kedudukan ini, maka kita mengorbankan pekerjaan itu. Doa merupakan "bisnis besar" orang Kristen. Tidak memberikan waktu maupun tempat bagi pekerjaan doa tersebut merupakan "kebangkrutan yang memalukan". Satu-satunya cara untuk membuat pekerjaan doa menjadi berhasil adalah masuk ke dalamnya dengan rajin dan penuh hasrat, memenuhi semua syarat yang cenderung membuatnya berhasil. Alasan mengapa begitu sedikit doa yang dilakukan dan mengapa sedikit doa yang dilakukan tersebut membawa hasil yang sedikit dan lemah adalah bahwa kondisi waktu dan tempat tidak terpenuhi. Mereka yang dengan hati-hati menyusun waktu dan ruang bagi doa adalah mereka yang memperoleh hasil terbesar. Bagi mereka, doa menjadi lebih berkuasa serta menarik. Sejarah agama tidak pernah menunjukkan seseorang yang memiliki faktor kuasa rohani di dalam gereja, tidak menonjol dalam doa -- menyediakan waktu khusus untuk berdoa dan memiliki suatu tempat yang dikhususkan bagi saat kudus. Bagi mereka yang mengenal Alkitab akan menemukan catatan mengenai tempat-tempat yang dipakai untuk berdoa yang teratur atau tempat yang dicari untuk berdoa.

Daniel memiliki tempat untuk berdoa secar teratur dan dikhususkan bagi hak istimewa doa yang mulia. Karena murid-murid mengenal baik tempat-tempat yang sering didatangi Yesus, mereka dapat dengan mudah menemukan-Nya ketika Ia keluar untuk berdoa sebelum hari yang ditentukan untuk penyaliban-Nya. Pada malam itu, Yudas menemukan Yesus karena Yesus sering datang ke tempat tersebut untuk berdoa dan mengajar murid-murid-Nya. Kesunyian padang belantara dan privasi, kesendirian, dan naik ke atas gunung merupakan tempat di mana rencana penebusan mendapatkan inspirasi, kekuatan, dan keberhasilannya. Petrus memilih loteng rumah untuk berdoa, sehingga ia bisa menyendiri bersama Allah. Kristus memerintahkan kita untuk masuk ke kamar kita -- tempat yang sangat pribadi dan jauh dari kebisingan -- dan menutup pintu. Kita harus menyendiri dengan Allah, terpisah dari teman duniawi kita dan dari semua daya tarik dunia dan berada dalam pekerjaan kita dengan Allah. Kita seharusnya memiliki tempat di mana kita datang secara teratur, dan dikhususkan bagi Allah dan doa. Dengan menggunakan tempat yang sama, kita akan terbantu untuk memiliki minat doa.

Tempat di mana biasa kita datang dengan teratur akan membantu mengobarkan jiwa, memiliki iman yang lebih hidup, hasrat yang lebih kuat, mengangkat perasaan dengan cepat, dan kuat dalam mengonsentrasikan pikiran tentang berkat-berkat yang telah diberikan. Tempat di mana kita biasa bertemu dengan Allah menjadi suatu tempat surgawi, suasana surgawi melingkupinya, dan para utusan surgawi ada di sana. William Bramwell, dengan iman dan doa, memiliki sebuah hutan favorit untuk menemui Allah dan menyendiri bersama-Nya. John Fletcher memiliki sebuah ruangan kecil tempat di mana ia bergumul dalam doa. Samuel Rutherford memiliki tempat khusus yang terbuat dari kayu di mana ia berdoa -- "Di sanalah aku bergumul dengan malaikat dan menang." Manusia-manusia Allah perlu memiliki tempat doa. Tanpa sebuah tempat doa, mereka akan merasa kehilangan lebih dari tubuh kehilangan makanan pentingnya. Mereka merasa kehilangan lebih dari rasa kehilangan orang malang ketika emas miliknya dirampas. Tentara yang paling kuat dan paling berani tidak dapat terus berada di garis depan berperang melawan musuh. Kericuhan kumpulan orang dan tekanan pekerjaan melelahkan jiwa, jadi manusia iman harus mundur untuk pemulihan dan penyegaran. Kita harus mundur berdoa bagi objek khusus. Kita harus menjadikan doa sebagai objek tunggal. Doa tidak boleh dicampur dengan hal-hal lain.

Bagaimana bisa seseorang berkhotbah tanpa mendapat pesan segar dari Allah di kamar doanya? Bagaimana mungkin ia berkhotbah tetapi imannya tidak dibangkitkan, pandangannnya tidak diterangi, dan hatinya tidak dihangatkan dalam kesendiriannya dengan Allah? Khotbah dari seseorang yang tidak disentuh oleh api doa akan menjadi kering dan tidak membangkitkan semangat dan kebenaran ilahi tidak akan pernah disampaikan dengan kuasa. Mimbar tanpa doa akan gersang. Tidak menentukan tempat khusus untuk berdoa berarti melakukan pertunjukan sia-sia baik bagi doa itu sendiri maupun bagi kehidupan kudus. Bersekutu dengan Allah memerlukan waktu, jadi waktu harus disediakan untuk berdoa -- waktu yang baik dan tenang. Pekerjaan ini bersifat sangat berat. Jiwa harus dipersiapkan dan ini memerlukan waktu. Kadang-kadang kita jauh dari siap untuk bersekutu dengan Allah, dan waktu diperlukan untuk membangkitkan semangat yang lesu. Kita harus mengizinkan waktu untuk mengatasi dan menanggulangi halangan-halangan doa yang ada di luar kita -- yang tidak terlihat, kuat, dan berbahaya.

Doa merupakan tugas utama, pekerjaan tertinggi, devosi yang paling menghanyutkan. "Banyak waktu dalam doa telah menjadi moto dan ciri para pemenang kudus Allah." Brainerd berkata, "Saya suka menyendiri di pondok saya di mana saya dapat menghabiskan banyak waktu berdoa." Luther menghabiskan waktu 3 jam sehari untuk berdoa. Rutherford bangun jam tiga pagi untuk bertemu dengan Allah dalam doa. John Welch menghabiskan 7 atau 8 jam sehari dalam doa. Mc Cheyne memberikan waktu berjam-jam sehari untuk berdoa, demikian juga Wesley. Doa tidak dapat diukur dengan waktu, tetapi menyediakan sedikit waktu untuk berdoa sama dengan sama sekali tidak berdoa. Yesus Kristus memberikan contoh ilustratif penuh kuasa, bangun pagi-pagi sekali untuk menyediakan waktu berdoa. Acap kali Dia berdoa semalaman. Dia memerintahkan kita untuk tidak jemu-jemu berdoa dan hal ini membutuhkan waktu, kesabaran, serta komitmen. Daniel berdoa tiga kali sehari. Dia menyisihkan banyak waktu dari urusan kenegaraan untuk berdoa, tetapi waktu yang dia habiskan dalam doa menjaga politiknya tetap murni, negaranya makmur, dan imannya kuat. Waktu dan tempat merupakan syarat penting bagi doa yang benar. Doa tanpa tempat akan berubah menjadi sentimen yang dangkal. Doa tanpa waktu, dan waktu yang banyak akan menjadi sebuah tindakan yang kering, terburu-buru dan tanpa arti.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Doa dan Api
Judul asli buku : Prayer and Revival
Judul asli artikel : Berjaga-jaga dan Berdoa, Keinginan dalam Doa, dan Waktu dan Tempat untuk Berdoa
Penulis : E.M. Bounds
Penerjemah : Josep Tatang dan Susan
Penerbit : Tunas Pustaka
Halaman : 11 -- 20 dan 79 -- 84

Komentar