Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
Daniel adalah orang Israel yang dibawa ke Babel sejak masih belia, dan ia meninggal pada usia yang sangat lanjut. Dengan demikian, Daniel mengalami segenap zaman pembuangan yang 70 tahun lamanya itu. Ia mengalami masa pemerintahan Babel oleh Nebukadnezar (34 tahun), Evil-Merodach atau Amel Marduk (2 tahun), Neriglissar (4 tahun), Labashi Marduk (4 bulan), Nabonidus, Belsyazar, Darius, dan pemerintahan Media-Persia oleh raja Koresy.
Sejak muda, pada masa-masa awal kedatangannya di negeri pembuangan, Daniel sudah sangat menonjol. Daniel dan ketiga temannya (Hananya, Misael, dan Azarya), sangat pandai: mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaan (Daniel 1:20).
Pada zaman raja Nebukadnezar, Daniel dikenal sebagai tokoh yang cerdik dan bijaksana (Daniel 2:14). Kemampuannya menafsir mimpi, membuat sang raja takut kepada Allah Israel (Daniel 2:47). Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa alas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel (Daniel 2:48).
Pada zaman raja Belsyazar, Daniel berhasil menafsirkan tulisan yang muncul di dinding secara ajaib. Karena kebijaksanaannya itu, Daniel diberi kewenangan yang besar. Atas titah Belsyazar, dikenakanlah kepada Daniel pakaian dan kain ungu, dan pada lehernya dikalungkan rantai emas, dan dimaklumkanlah tentang dia, bahwa di dalam kerajaan ia akan memunyai kekuasaan sebagai orang ketiga (Daniel 5:29).
Pada zaman raja Darius, Daniel sempat dijebloskan dalam gua singa, karena ketaatannya untuk hanya menyembah kepada Yahweh. Tetapi, Tuhan melindunginya, sehingga tetap selamat. Mukjizat itu membuat Darius takut akan Tuhan, lalu memberi perintah agar seluruh rakyatnya menyembah Allah Israel (Daniel 6:27). Daniel pun diberi kedudukan tinggi, yang terus dijabatnya sampai pada zaman pemerintahan raja Koresh (Daniel 6:29).
Daniel adalah seorang pemimpin futuris. Melalui pewahyuan yang diterimanya, Daniel melihat masa depan Israel. Bahkan, ia menangkap visi tentang kedatangan Kristus yang kedua pada akhir zaman. Hal itu terlihat, jika kita bandingkan ayat Daniel 7:13-14 dengan ayat-ayat dalam Injil (Matius 10:23; 16:27-28; 19:28; 24:30; 25:31).
Kehidupan Doanya
Sejak muda, Daniel menunjukkan komitmennya yang sangat kuat kepada Tuhan. Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja (Daniel 1:8). Pertama, sikap itu menunjukkan keseriusannya untuk hidup suci. Kedua, tindakan itu adalah bentuk puasa, sebab ia mengurangi dan memantang makanan tertentu, hanya makan sayur dan minum air secara bersahaja saja (Daniel 1:12).
Kehidupan doa seorang pemimpin akan sangat bagus, jika dibarengi dengan puasa. Berpuasa ala Kristen itu berbeda dengan berpuasa menurut versi agama dunia yang menekankan keprihatinan, penderitaan, penyiksaan diri, dan aturan yang kaku. Kelaparan dan kesakitan tidak menjadi ukuran. Yang Tuhan lihat adalah komitmen dan iman. Mungkin karena kesibukan dan beratnya pekerjaan, kita hanya sanggup berpuasa sampai tengah hari, tidak menjadi soal. Yang penting adalah iman dan kesungguhan hati kita.
Kehidupan doa Daniel sangat kuat karena ia memunyai tim yang sevisi. Di tempat pembuangan, di tengah negeri asing, Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya merupakan sebuah kelompok yang kuat. Ketiga rekan Daniel adalah orang-orang yang sangat militan imannya, terbukti dari mukjizat terlepasnya mereka secara ajaib dari perapian yang menyala-nyala (Daniel 3).
Sangat penting bagi seorang pemimpin Kristen, untuk hidup dan bertumbuh dalam sebuah kelompok para pemimpin. Dulu, Musa juga ditopang oleh Harun dan Hur. Dalam sebuah kelompok kecil, kehidupan doa dapat dibangun bersama, dengan saling mendoakan dan menopang satu sama lain.
Secara pribadi, Daniel memunyai kehidupan doa yang sangat kuat. Alkitab mencatat bahwa di kamar atasnya, ada tingkap-tingkap terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya (Daniel 6:11). Daniel berdoa bukan ketika ancaman datang, tetapi ia tekun berdoa setiap hari.
Ketekunan doa akan selalu membuahkan hal-hal besar pada waktunya. Siapa menabur doa akan menuai mukjizat. Sedikit menabur sedikit menuai, banyak menabur banyak menuai (2 Korintus 9:6). Mengapa Daniel meraih sukses dalam kariernya, mencapai kedudukan yang tinggi, dan mengalami mukjizat ajaib di gua singa? Semua itu adalah buah dari ketekunan doa yang dilakukannya setiap hari!
Peperangan Tingkat Strategis
Sebagai pemimpin orang Israel, Daniel berdoa bagi bangsanya yang rindu pulang ke tanah air mereka. Ia berdoa untuk kepentingan umat Tuhan: "Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu. Gunung-Mu yang kudus ... sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri." (Daniel 9:16-17)
Ketika Daniel terus berdoa syafaat bagi kota tercinta, Tuhan mengutus malaikat Jibrail berkunjung kepadanya. Jibrail menjelaskan bahwa sesungguhnya ia sudah diutus Tuhan untuk membawa jawaban sejak hari pertama Daniel berdoa, tetapi kedatangannya dihambat oleh musuh. Kata Jibrail: "Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia." (Daniel 10:13)
Kepada Daniel, Jibrail mengatakan bahwa ia memberi jawaban doa dari Tuhan yang berupa wahyu tentang akhir zaman. Tetapi, Jibrail tidak bisa berlama-lama, sebab ia harus berperang lagi, katanya: "Sebentar lagi aku kembali untuk berperang dengan pemimpin orang Persia, dan sesudah aku selesai dengan dia, maka pemimpin orang Yunani akan datang." (Daniel 10:20b)
Dalam buku "Commentary on the Old Testament" karangan Kiel dan Delitzch, yang merupakan salah satu buku komentar Alkitab yang tepercaya, dijelaskan bahwa "raja Persia" yang dimaksud di atas adalah kekuatan spiritual yang menguasai kawasan Persia. Demikian juga dengan "pemimpin orang Yunani", adalah roh-roh teritorial atau penguasa penghulu udara yang menguasai daerah tersebut.
Para pemimpin Kristen akan ditentang oleh roh-roh jahat yang menguasai kota, bangsa, atau daerah-daerah pelayanannya. Semakin ia berpengaruh atas jiwa-jiwa di daerah tertentu, roh-roh penguasa wilayah itu akan semakin menyerang dia. Karena itu, seorang pemimpin Kristen mau tak mau harus belajar berdoa dalam dimensi peperangan rohani pada tingkat strategis.
Daniel menang dalam doa peperangan, sehingga ia menerima jawaban doa dari Tuhan yang berupa wahyu ilahi, meskipun jawaban itu terhambat beberapa hari. Kemenangan atas setan itu terjadi karena Daniel berpuasa (Daniel 9:3, Matius 17:21), merendahkan diri dengan mengaku dosanya (Daniel 9:4, Yakobus 4:7), dan memohon pelayanan malaikat (Daniel 10:12-13,20-21).
Diambil dari:
Judul buku | : | Mezbah Doa Para Pemimpin |
Penulis | : | Haryadi Baskoro |
Penerbit | : | Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008 |
Halaman | : | 75 -- 80 |